Senin, 14 November 2011

tumbarr jahhheee

di suatu jumat sore bulan november, 2010, saya dapat sms untuk menonton acara tarian India di taman Ismail Marzuki pada pukul 7 malam. mentor sehama saya, bimo gelora, mengabari info tersebut. bimo gelora adalah makhluk paling luar biasa yang pernah saya temui, anaknya optimis dan kocak, juga kritis dan cerdas, dengan gayanya yang kocak. dia mahasiswa jurusan filsafat universitas indonesia. kalau dengar dia bicara, saya melongo saja deh, saking luar biasa cerita-ceritanya, anak semuda itu! dia suka bermain flute, cara jalannya lucu, cara ketawanya seru, garing dan panjang. kebetulan setahun ini dia suka menyanyikan ISAbella-nya amy search dan marah bila oranglain menyanyikannya versi charlie ST12. sampai hari ini Isabella melekat pada diri bimo (tapi ini cerita lain. itu adalah siasat lucu si bimo untuk mendapatkan tatiana, gadis manis asal prancis yang magang bekerja di kontras selama 4 bulan).

well..that was my lucky day. karena saya gak niat ke kampus bawa kamera hari itu, alasannya sederhana : ngapain berat-beratin bawa kamera dslr nikon d90 cuma buat ke kampus, gak ada yang minta tolong difoto juga hari itu, (sindrom belagunya fotografer), lagipula sudah bawa laptop berat-berat, bikin ribet aja lah.

ternyata saya beruntung, karena saya bawa kamera.

tadinya saya juga gak ada rencana mau brainstorming sama petra soal ini itu di kampus. minggu-minggu itu memang minggu-minggu sibuk mencek ulang kesiapan skenario dan pemain. hari jumat itu saya putuskan tunda dulu diskusi-diskusi berat, kita have fun saja lah cari angin, ngerokok sambil nge bir, naik bis jurusan mana saja yang bisa bawa kita keliling jakarta.  sore-sore saya berangkat ke kampus. (kalau pagi menuju siang saya tidur. siang ke sore menuju pagi saya hidup. gak sehat banget! tapi gimana lagi, jam kreatif saya ya jam segitu.)

oke, saya cerita dulu tentang petra. waktu itu kami sedang dalam proses pengerjaan film independent (belum berhasil dikerjakan sampai sekarang karena hambatan dana, waktu, dan teknologi, tapi saya masih percaya suatu hari akan terlaksana juga niatan tersebut). film tersebut berjudul cerita rumah, mudah-mudahan suatu hari impian ini betul-betul jadi nyata.

mudah-mudahan cerita rumah bisa lanjut produksi lagi. aminnn :)

biar cepet naik taksi pet, sekalian ngobrolin film. mahal dikit gak papa, daripada telat.

akhirnya kami tiba juga di taman ismail marzuki dan segera menuju kineforum di belakang bioskop XXI.

kineforum kebetulan adalah tempat tongkrongan favorite saya. sudah setahun ini saya rutin mampir untuk menonton film-film di sana. ada cerita lain tentang taman ismail marzuki. kebetulan di usia 15 tahun, saya jatuh cinta dengan seorang anak IKJ (ciee...ciee... saya bela-belain latihan teater sampai jam 5 pagi..di hari sekolah lagi..uhhuuyy banget gak tuh, mentang-mentang sekolah saya tarakanita puloraya banjir dan libur). saya kepingin banget masuk IKJ, tapi bapak ibu melarang. nah..bentuk berontak saya adalah dengan terus mendatangi TIM, sekadar nonton di kineforum, melihat pertunjukan teater, atau sekadar ngobrol di depan pelataran teater besar. kencan paling indah itu ya nonton pertunjukan bintang di planetarium (kasihan yaa anak jakarta, gak bisa lihat langit di rumahnya sendiri).

di kineforum disediakan tempat duduk bagi pengunjung. saya dan petra menunggu kedatangan tommy dan kalis. kalis adalah pemeran “bimo” dalam film cerita rumah (yang sampai sekarang tertunda-tunda terus, karakternya saya beri nama bimo karena saya terkesan pada bimo. dan hari itu 2 bimo bertemu).

sementara tommy adalah kawan SEHAMA (sekolah hak asasi manusia) angkatan kedua, program beasiswa yang diselenggarakan Kontras, agustus 2010.  selama 3 minggu kami bertemu dengan indonesia kecil, 30 mahasiswa seantero indonesia dari aceh sampai papua bertemu dan belajar kehidupan bersama (agak bangga juga, bahwa, saya terpilih sehama, diantara pelamar yang lain). tommy bertubuh gempal, sering berkeringat, jarang mandi, dan suka makan-makanan pedas. kelak saya mengantar Morten, kawan dari norwegia makan kwetiauw bersama tommy di TIM juga, obrol-obrol busuk dan bodoh, tapi menyenangkan untuk dikenang.  

Tommy mahasiswa fakultas hukum UII jogja, dia selalu menyebut Universitas Indonesia cabang Islam, dan tertawa geli. Anak ini hebat, dibanding kawan lain sesama mahasiswa yang saya kenal di kampus, anak ini sangat hebat. Dia aktif di Persma Keadilan, dia mengikuti banyak sekali pelatihan penulisan, cara menulis dia baik, dia bisa jadi pemenang pulitzer dan mendapatkan beasiswa niewman di harvard, saya yakin itu. saya kira saya beruntung, sempat berkenalan dengan bimo dan tommy, mereka menumbuhkan semangat baru buat saya, perspektif baru, saya menolak kedangkalan dan mereka menyambutnya dengan gembira. bimo dan tommy sebaya dengan petra, saya lebih tua 2 sampai 3 tahun dari mereka, dan ilmu saya kebetulan, cetek banget cinnn!!

tommy datang dengan cerita seru. dia baru tiba dari jogja pagi tadi dan langsung ikut acara yang disediakan mabes polri, tentang intelijen, dia gak mau cerita banyak, dan merasa prestisius dengan kesempatan itu. saya paham, hal-hal semacam ini memang tidak bisa gegabah diceritakan ke banyak orang.

“kau harus main ke jogja ren. nanti kita ngejam bareng dengan komunitas jazz di sana. sik asikk banget pasti.” tommy belajar piano secara otodidak. kelak, selama bekerja di kontras, saya dan tommy kerap berduet di kesempatan istirahat dan jam pulang kantor. lumayan untuk mengusir bayangan ngeri yang terpeta setelah mendekam seharian dengan dokumen-dokumen penganiayaan dan pelanggaran ham berat. berat..berat memang. hidup harus dibuat seimbang, dan bernyanyilah kami.

“kenapa orang dibiarkan terus bodoh. coba kalau setiap kampus punya teater sendiri untuk nonton film, untuk diskusi, untuk klub buku. anak jaman sekarang sudah hedon dangkal pula.”  saya gak ingat siapa yang melontarkan cakap ini. tapi kami setuju bahwa, wajah kebudayaan terus berubah.

 “nanti kalo gw kaya pet..gw bikin banyak tempat nongkrong asik menyajikan budaya-budaya bermutu dan banyak gratisan supaya orang-orang kita pikirannya makin maju.” angan-angan itu indaaahh bener.

obrolan-obrolan mengalir hangat, tukar mimpi, tukar cerita, tukar tawa. 10 menit lagi menuju jam 7 malam. kami bangkit dari kursi nyaman di kineforum menuju depan teater kecil. well hari itu buaaannyaaak banget muda-mudi seliwar seliwer. mereka berniat nonton ONROP. saya dan kalis cek tiket ONROP yang tersisa, yang ada tinggal 550ribu. makasih deh, belum ada duit. nelen kecewa sebentar dan mandangin teater besar sambil ketawa-ketawa, “ntar gw traktir tongseng deh lis, biar gak dongkol.kalo 15ribu gw mampu. hahahhaaaa.”

(sebetulnya hari itu kami bisa saja menyelinap masuk menonton ONROP gratis, karena kenalan Petra bertugas malam itu. sayang gak tahu. tapi memang sudah janji sama bimo untuk nonton pertunjukkan tarian india).

bimo gelora datang. perutnya makin buncit. dia tertawa-tawa, “gara-gara tiap hari ngabisin makanan festival kebudayaan india nih gw. ayo masuk, ngakunya anak UI ya, anak filsafat.”

teater kecil TIM penuh dengan orang India (ya iyalah..mosok penuh orang batak, emang mau nonton Panbers). kalis bersedih di pojok kiri, ia melihat antrian “aku bisa nerobos gak ya kak-rens..”  dia masih kepingin menyaksikan ONROP. kalis selalu memanggilku kak-rens tanpa jeda. junior-junior di kmk dan choir ikut-ikutan memanggil kak-rens tanpa jeda, mereka mengira namaku kak-rens.

“nih veggie samosa buat yang bersedih!” haphaphap..samosa dengan irisan bawang merah yang banyak. dengan pesto mint dan kari kacang.

pertama kali mencicipi kuliner india, bimo berujar : kapan lagi lo bisa makan bawang banyak-banyak.. seraya menguarkan aroma hah hehh hohh bawang dari mulutnya.

ada cerita lucu, kawan-kawan mengantri makanan dan diambilkan sedikit sekali oleh pelayan, giliran antrian saya, pelayan itu menumplek-blek-kan makanan sebanyak-banyaknya ke piring saya. “Dia udah capek nyet, gak mau bolak-balik ngeladenin elu.” kata petra yang kerap menambahkan nyet sebagai tanda keakraban kami.

sejam selanjutnya kami gak ngobrol. tengsin bokk...sama aroma sedap bawang merah. teater kecil itu penuh sesak, orang-orang berjejalan menonton sampai tidak tersedia tempat duduk. tiket masuknya cukup mahal, 500.000 rupiah, karena mendatangkan penari dan pemusik langsung dari india. kami ‘mahasiswa filsafat ui’ berdiri karena masuk dengan gratis. saya membiarkan petra memfoto dengan kamera yang ‘akhirnya’ saya bawa. hasilnya bagus-bagus. saya males foto-foto, sedang ingin menikmati tariannya saja.

 tidak sempat lelah berdiri karena acaranya memukau. tari-tariannya luar biasa. salut banget. musiknya bergema keras dan membikin hati melonjak-lonjak. itu kali pertama saya mendengar dan menyaksikan musik dengan nyanyian dan tarian india. indah banget. bikin diri meletup-letup dan pengen goyang. happy terus bawaannya selama nonton. tak sempet melintas pikiran lain, karena tak sempet bosen. dan tanpa terasa sejam berlalu.




kami duduk-duduk di pelataran teater besar. bagus bener sekarang.

“eh kita foto-foto di sini, ceritanya lagi autumn di belgia.”

autumn kok kemringet..hahhaaa...

ayo-ayo foto, biar bisa ditunjukin ke tatiana. (urusan positive thinking, bimo memang nomer satu. gak ada yang bilang kau gak bisa ketemu tatiana lagi suatu hari bim.  foto buat mama... begitu kelakar bimo – mama di sini tatiana tentu, bukan mama bimo sendiri).

bimo asli ketemu bimo dalam cerita rumah

obrolan berlangsung konyol dan bodoh.

lanjut mau nonton harry potter and the deathly hallows part 1 tapi gak ada yang midnight. alhasil kami berpisah. tommi dan bimo melanjutkan ke ui naik kereta api, mereka jalan kaki ke stasiun cikini. 2 orang itu memang kuat jalan.

saya, kalis dan petra ke depan dan makan tongseng.

“ini tongseng langganan-nya rensi, lis. kalau ngedate dia suka di sini.”

“dih sotooyy... yang dulu itu kencan singkat doank. belum tau mau dilanjutin atau enggak.”

“tetep aja makannya sepiring berdua.”

“asssuuu... ahhahahahaaa...”

"setiap cowok di-sajenin-nya di sini.. semua dibikin patah hati."

“asssuuu tenannn... gak lagi-lagi cerita.”

 sudah pukul 12 dini hari.

pulang ah..lanjutin beresin skript film.

“pulang lo jangan mampir-mampir lagi!”





tengs ya bim, udah ngajakin kami ketemu sedikit budaya india. mudah-mudahan suatu hari tiba di sana. mau ke calcutta dan ke taj mahal. mau lihat sepenggal dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar