Jumat, 18 Mei 2012

your soulmate

Dear my love, my soul mate..

Whoever and wherever you are.. I believe that somehow and someday we've touched the same wall in time. You might be a guy who have seated next to me in a bus. I might be ever smell your perfume (i bet i love your perfume) on the street. We might be ever went to the same movie, in the same cinema and at the same time. There's kinda invisible chains that would be always connect us to make us feel the echoes of each other.. Now I wish the universe won't let me down by let my self discovering you in the perfect term of us.. No need to be rush, I want to make it perfect.. Cause once I find you, I won't let you go.. So, I'll be here waiting and keep searching on you.. Like I always have and I always do..

Love,

Your Soul mate..





PS : tulisannya my best friend ellen.. bikin meleleh

Selasa, 15 Mei 2012

in the mood for love


SPOILER  ALERT !!

saya terlambat kenal wong kar-wai, malah saya tak menyangka bahwa film garapan dia berhasil meluluhlantakkan hati, mood saya jadi berantakan. saya pernah menonton my blueberry nights dengan bintang jude law dan norah jones sebelum menonton in the mood for love, tanpa pernah menyadari ada wong kar-wai di balik film tersebut.

judulnya betul-betul ngeri, in the mood for love, yang bisa kita duga memang demikian : larut dalam mood cinta itu. but, all we can see is always fragment, right. kita bisa terus menerus bertanya : kenapa ketemunya sekarang.

hal ini tentu saja meninggalkan perih dan pahit, tak seperti film hollywood yang biasa saya tonton dan diakhiri dengan happy ending.



adalah chow mo-wan (tony leung) yang bekerja di suratkabar dan su li zhen (maggie zhen) sekretaris cantik dengan tatanan rambut dan dress cheongsam yang selalu menarik. mereka bertetangga dalam sebuah apartement riweuh dan padat di hongkong pada tahun 1962, keduanya telah menikah dan sering ditinggal pasangannya ke jepang.

keduanya menemukan perasaan serupa, sepi dan sendiri. ada beberapa adegan yang menguatkan perasaan sendiri itu, ketika su li zhen berada di kamarnya sendirian, kita melihat dia dari kejauhan, seperti mengintip isi hatinya yang rapuh (seharusnya saya tak menghakimi dia, tapi begitulah kesan yang ditularkan bagi saya).

saya suka adegan ketika su li zhen mengetuk pintu apartmen mr.koo, ia mencari chow mo-wan untuk diajak ngobrol. saya juga suka adegan ketika su li zhen dipertemukan semesta dengan kalimat : dia kepingin sirup wijen. scene sebelum dan setelahnya membikin hati saya makces dan gemes.

sinematografinya apik dengan pilihan filter warna yang makin memunculkan sendu. meski awalnya saya tak terbiasa dengan pergerakan yang lambat dan tak proporsional di mata saya, tapi justru itu daya tariknya untuk menunjukkan kedekatan yang terasa berjarak dan sebaliknya. lewat teknik seperti ini, di hati saya muncul perasaan sedih : dapat dijangkau tapi tak dapat digapai, dapat digapai tapi tak terjangkau. begitulah.

menunggu waktu dan merindu, itu juga yang saya rasakan, sebab semua kejadian itu bukan sekedar tak sengaja berpapasan atau kebetulan yang diulang ketika mereka terus menerus ketemu di lorong menuju penjual mie atau sekedar bercakap ringan di lorong dan anak tangga kusam apartement.

saya tentu saja tak bisa jadi mereka. saya bayangkan jika saya su li zhen, telah menikah dan telah aktif secara seksual, kadang-kadang masturbasi tak pernah cukup, meskipun tak harus ada desir seksual dalam perkawanan, tapi saya percaya, yang terjadi lebih dari sekedar menemukan kawan ngobrol yang tektok dan memiliki minat yang sama akan cerita silat.


 sinyal betebaran di mana-mana, perasaan itu tentu saja susah diabaikan. saya tak bisa menjelaskannya dengan jernih dan rinci. kalau kamu pernah tahu bagaimana mengumpulkan keberanian untuk first move,kemudian lelah pada perasaanmu sendiri dan kebingungan untuk mengakhirinya, sekaligus kecut untuk menerima keputusanmu sendiri, mungkin kamu paham yang saya maksud.

dalam sebuah percakapan dengan rekan kerja, chow mo-wan berkata : in the old days, if someone had a secret they didn't want to share... you know what they did? kawannya ah ping berkata : have no idea. kemudian chow mo-wan menjawab : They went up a mountain, found a tree, carved a hole in it, and whispered the secret into the hole. Then they covered it with mud. And leave the secret there forever.

kelelahan dengan perasaan sendiri sekaligus jengkel dan marah, mereka berpisah. hari-hari habis begitu saja.

Su li zhen terus mempertahankan pernikahan. Ia pindah dari tempat itu dan suatu hari kembali ke apartemennya yang dulu, ketika mrs. Suen yang gila mahjong si pemilik apartement berniat pindah ke amerika untuk membantu putrinya menjaga cucu di sana. 



kedatangan mr. chow ke cambodia tentu saja untuk sebuah perkara yang sangat serius, ia mengempit rahasia itu hingga singapura yang ternyata tak membikin dirinya lega. hampa itu tentu saja tak hilang semalam. ia bisikkan unheard feelings and regrets itu ke dalam sebuah celah lubang di dinding angkor wat, lalu menutupnya dengan lumpur.

hati saya ikutan patah.

semesta tak mengijinkan mereka berpapasan kembali.

in the mood for love adalah film yang nyebelin luar biasa karena saya dibuat jatuh cinta berulangkali, seolah sedang menatap cermin dan melongok ke hati paling dalam.

film ini betul-betul bikin saya sesak nafas dan lemes, barangkali karena saya pernah berulang kali berada dalam situasi tarik ulur dan menggantung yang bikin diri jadi ringkih. gak tahu gimana memulai, tak bisa melawan perasaan itu, ngambang dan pahit.

itulah.

terlalu banyak kebetulan.

ada satu kalimat yang bikin saya speechless : It is a restless moment. She has kept her head lowered... to give him a chance to come closer. But he could not, for lack of courage. She turns and walks away. ini adalah kalimat yang saya cari-cari selama ini tapi tak pernah saya temukan sampai saya menyetel dvd in the mood for love pinjeman mas fahri. saya tak pernah bisa memampatkan perasaan ini dalam sebuah tulisan, dan wong kar-wai membikinnya kelewat indah, kelewat perih, manis sekaligus getir. saya berterimakasih.




coretan dan sepenggal kenangan


buku saya selalu penuh coretan.



coretan pertama adalah tanda tangan saya di halaman muka, dengan tanggal saya mendapatkan buku itu, di mana buku itu saya beli, serta ‘tambahan kesan’ yang saya bubuhkan.

ini adalah kebiasaan dalam keluarga. waktu saya kecil dan sudah bisa membaca, saya cemburu pada kakak. sebab di banyak buku yang kami miliki sebelum tahun kelahiran saya selalu ada tulisan : untuk aryo. dan saya bertanya : aku manaaaa mammaaaa???  lalu menangis geru-geru. begitulah.

coretan kedua adalah tulisan –gamut– di halaman paling belakang. artinya buku itu telah habis saya baca. gamut sendiri kependekan dari gajah marmut, sebuah julukan yang diberikan hani, kawan saya yang kocak, dia betul-betul memampatkan saya dalam sebuah julukan yang jitu. saya yang berbadan besar seperti gajah dan memiliki gigi tonggos macam marmut.

coretan ketiga dan yang terasa begitu mengganggu bagi orang-orang yang meminjam buku saya adalah coretan-coretan berwarna kuning stabilo. saya selalu menggaris bawah setiap rangkaian kata yang saya pikir menyentakkan, yang membikin saya menemukan moment jegagig, dan rasa heran yang tak berhenti. saya tahu suatu hari coretan ini bisa saya pergunakan kembali untuk ‘mengembangkan sesuatu’ ketika merasa buntu.

yang paling parah adalah kesan norak yang saya tuliskan di halaman-halaman buku tersebut, rata-rata opini sok tahu nan dangkal yang membikin saya tertawa di kemudian hari dan berkata : aje gile tololnya kau ren. demikian, saya kerap menertawakan diri sendiri, sebagai bagian dari being fair dalam hidup.

suatu hari saya menemukan buku resep masakan yang kertasnya telah berubah coklat dan rapuh dengan ejaan lama. saya membolak balik buku tersebut dan tertawa ngakak. bapak saya yang norak telah mencentang dan melingkari setiap masakan yang dinilainya lezat, dia juga membubuhkan beberapa pesan dan kesan yang lucu. suatu hari saya bertanya pada ibu perihal buku tersebut. saya tanya “mama dulu pacarannya ngomongin makanan? kayak gak ada kerjaan lain aja.” mungkin ibu saya lupa bila diingatkan sekarang tentang pertanyaan saya ini. tapi saya ingat waktu itu kami tertawa ngakak  karena ibu menceritakan kebusukan bapak yang menurut saya kocak dan masih berlaku hingga hari ini. saya tentu saja tak akan mempermalukan dia lebih jauh dengan menceritakan dengan detail kebusukan apa sajakah itu.

besok-besok saya harus menulis kesan saya terhadap haruki murakami, malcolm gladwell, laura ingalls, truman capote, tracy chevalier,roald dahl dan astrid lindgren yang saya sukai. membaca tulisan mereka seperti menemukan cinta pada pandangan pertama. saya hanya tahu telah menemukan kawan yang saya rindu dari dulu, begitu klik dan cocok, yang tak mungkin saya abaikan dan saya lawan perasaan tersebut. 



saya kenal laura ingals dari keluarga, sampai kini masih jatuh cinta, masih rindu dan ingin kembali bertemu dengan halaman-halaman yang menularkan masa kecil yang indah.

waktu saya mendekam di rumah sakit selama 42 hari, buku james and the giant peach karangan roald dahl membantu saya melupakan rasa nyeri yang menyerang setiap saat. saya minta ibu membawa buku-buku karangan roald dahl yang lain dari perpustakaan sekolah (ibu saya guru sd). setelah keluar rumah sakit saya getol melengkapi koleksi karangan roald dahl. dia memurupkan semangat untuk pergi lihat sepenggal dunia.

saya membeli novel haruki murakami dengarlah nyanyian angin, the girl with pearl earring tracy chevalier, tipping point malcolm gladwell secara tak sengaja, saya tak pernah menyangka isinya luar biasa. saya masih mengumpulkan buku-buku mereka dalam edisi bahasa inggris dan indonesia.

setelah saya pikir-pikir detik ini, saya tak hanya jatuh cinta kepada pengarang yang telah menerbitkan buku. saya juga ternyata bisa jatuh cinta secara personal kepada mereka yang mampu menulis dengan baik, yang telah menyentakkan diri saya. kadang-kadang saya bisa ikutan sedih dan ngelangut saking terpengaruh dengan tulisan mereka/dia.

mungkin kamu juga pernah mengalami kejadian serupa. secara tak sengaja menemukan blog yang bagus menurut standartmu dan kemudian melacak tulisan-tulisan orang itu. kemudian merasa seperti kenal dia pelan-pelan, mengamati sejarah hidupnya. kamu barangkali ikut mendoakan dia supaya terus berkarya dan membagi inspirasi sebab kamu sendiri merasa terbantu hanya karena membaca tulisannya dan mendapati dirimu diubah.kita sama-sama gak tahu masing-masing ada, hidup, berkarya dan bertahan hidup, sebab tak ada gambar, tak ada wajah. hanya tulisan dan gagasan yang membikin kita merasa sangat dekat dan tak berjarak, sekaligus teramat berjarak.

saya tak ingat sejak kapan gila buku. membaca buku bagi saya adalah sebuah moment intim yang saya miliki seorang diri, privasi yang mewah. saya selalu merasa menemukan penghiburan pada buku-buku yang saya baca, dengan demikian saya jadi tahu bahwa perasaan yang saya alami juga dialami oleh orang-orang di luar sana. membaca membikin saya belajar lebih peka terhadap kesulitan dan kepedihan sehari-hari. ada kepedihan yang berangsur pulih dengan membaca. 

saya sedang mengingat-ingat berapa banyak buku saya yang hilang. agak jengkel sebetulnya, sebab statusnya adalah dipinjamkan, bukan diberikan. saya bukan orang yang pelit. setiap kali ada diskon dan cuci gudang, saya kerap membeli buku-buku yang saya anggap bagus untuk kemudian saya bagi-bagikan pada kawan-kawan, dengan harapan mereka tertular juga kesukaan membaca buku dan minimal kalau besok-besok ngobrol ada topik asik yang bisa didiskusikan dengan seru. saya menyisihkan uang jajan untuk melakukan bahagia kecil tersebut. karena itu saya kesal setiap kali buku saya hilang, sebab membeli buku bagi saya tetap merupakan sebuah perjuangan.



saya termasuk orang yang teliti dan rapi. ibu saya mengajarkan untuk tertib dan disiplin. sejak 3 sd saya menyampul buku saya sendiri, baik buku pelajaran sekolah atau buku bacaan lain. sikap itu tertanam sampai hari ini, setiap buku saya tersampul plastik mika, saya jadi tertular ibu yang tak suka membaca sebelum bukunya tersampul. saya sebel melihat buku saya lecek dan kusam. kalau urusan corat coret itu lain soal. saya tak bisa menunda-nunda apa yang terlintas dalam benak. kalau saya tunda, saya khawatir lupa, itu juga sebabnya jam tidur saya begitu terganggu. sebab saya menulis ketika keadaan sepi dan dingin, di malam hari. saya tertidur di pukul 9 pagi atau 12 siang, tergantung level lelah si otak.

saya menulis ini sambil mendengarkan cover version the beatles dan mengingat-ingat betapa tahun-tahun sungguh berlalu. saya teringat manda, sobat saya dari smp yang sampai hari ini masih sering pergi berburu buku jika dia datang ke jakarta (dia tinggal di singapore setelah menikah). saya kira saya kelewat impulsif, membeli tanpa berpikir, dan memang hampir selalu demikian bila berkenaan dengan buku. saya suka belanja online setelah dengan teliti searching sana sini mencari mana harga yang menurut kantong saya pas. dihitung-hitung saking kalapnya belanja dan gesek atm sana sini, bill itu mencapai angka yang membikin saya kaget sendiri – cukup buat beli tiket pp jakarta singapore lah tanpa harga promo naik garuda, manda ketawa ngakak tiap kali saya ngeluh dan bilang haadeehh abis lagi duit gw.

saya juga teringat sejak november 2011 lalu, gramedia mengadakan cuci gudang gila-gilaan. sampai bulan april kemarin saya rutin menyambangi gramedia melawai dan semanggi lt 4 sebelah foodcourt, alhasil ketika saya hitung total pengeluaran, lagi-lagi saya kaget sendiri. anehnya saya memiliki dalih yang bagus : tenang ren..lo belinya yang diskonan, jadi elu gak boros.

oke..boros gak boros.. tetep aja duit. sekarang setiap kali saya kepingin beli buku baru, saya lihat tumpukan buku saya dan menemukan begiiiiittttuu banyak buku yang belum saya baca. ibu saya bilang saya persis petasan : lebai di depan. ihihihihihi... begitu keinginan terpenuhi, sudah begitu saja. saya mencerna omongan ibu dan tentu saja dia benar. tapi lagi-lagi saya punya dalih yang seru : lahh...ini buku kan hadiah bagi diri saya sendiri, terserah donk saya bacanya kapan. lagipula ini adalah bekal mendongeng yang baik bagi anak saya kelak, warisan yang saya persiapkan sejak hari ini. 


saya betul-betul impulsif. saya mengumpulkan buku-buku jadul karangan enid blyton dan beragam dongeng lain. saya ingat pernah sedih karena saya telah menjadi difabel, saya juga khawatir tidak akan bisa mengandung anak sendiri karena saya difabel, pokoknya sebagai seorang perempuan hati saya hancur berkeping-keping, saya membayangkan masa depan memangsa saya dengan ganas. satu-satunya cara berpengharapan adalah dengan membiarkan diri terus jejak, saya masih mau berharap suatu hari masih punya anak, ini membikin saya melewati hari-hari dengan sebaik mungkin, saya menyiapkan bekal pelan-pelan sebab saya berencana menjadi ibu yang komplit meskipun difabel. tak ada hubungannya dengan buku, tapi saya memang berencana membuat tattoo pianisario dan marcello dimitri di pergelangan tangan saya kelak ketika sudah terkumpul dana. saya tahu bahwa harapan membikin saya tetap hidup, harapan membikin saya terus berjuang.

pianisario adalah nama yang akan saya berikan untuk setiap anak perempuan saya. dari pianississimo dan rosario. putri, kawan saya ngebolang memberi saya ide tersebut, tadinya saya akan menamainya pianississimo, tapi pianisario rasanya lebih bagus. saya adalah gadis yang trengginas dan meletup-letup (itu menurut bapak ibu saya, mereka sulit membikin saya jadi gadis yang anteng dan aleman) karena itu saya berharap anak saya perempuan punya sikap lembut seperti nada yang dimainkan dalam pianississimo.

sementara marcello dimitri adalah nama yang akan saya berikan untuk setiap anak lelaki saya. sebab saya menyukai alat musik cello. geraman cello membersihkan luka di hati saya. itu saja, tak ada alasan lain.

setiap kali saya melihat tumpukan buku di rumah, saya tahu buku itu punya cerita dan punya sejarahnya sendiri. saya telah menulis perasaan tersebut dalam “kertas lapuk” yang juga saya muat dalam blog ini.

makanan dan sepenggal kenangan


ada beberapa makanan yang akan saya ingat sampai mati. 

saya suka berteman dan tukar pikiran. saya senang menghabiskan waktu luang untuk mengobrol bersama kawan atau keluarga dan memasak bagi mereka. karena itu saya lebih memilih menghabiskan waktu untuk mengobrol di rumah/kost-an kawan, di tempat manapun kita punya kebebasan waktu sesungguhnya ketimbang di mall, karena saya punya kebiasaan melek sampai pagi. satpam selalu mengusir saya dan ellen yang hobi nongkrong sampai larut. kadang ngobrol sampai pagi di sevel juga gak asik, kebanyakan kuping, kalau mau mewek juga malu, nanti dikira cengeng, lagipula – dan ini yang paling penting – jadi keluar banyak duit.

punya keterampilan memasak rasanya luarbiasa. bukannya pelit, tapi setiap kali mencoba makanan di suatu tempat, maka hal pertama yang saya lakukan adalah membayangkan terbuat dari apa makanan itu, bagaimana cara membuatnya, dan seterusnya. maka kalau saya jajan dan menemukan makanan yang dibawah standart saya plus harganya gak masuk akal, biasanya saya ngedumel dalam hati : bussettt..segini doank nih.. mending masak di rumah.

biasanya saya memasak bersama bapak di rumah. saya beritahu ya, masih bisa memasak bersama bapak itu rasanya luar biasa, meski itu hanya membuatkan dia oseng peda cabe ijo yang sangat dia nikmati, atau ceker oseng sereh supaya tulangnya bisa ikut dimakan choki, karena saya tahu besok-besok barangkali saya tak akan sempat lagi melakukan hal ini berdua bapak, umur jelas punya saatnya sendiri.

ah saya teringat bapak saya berkata : kalau bikin isian lumpia, jangan lupa kasih gula, biar agak manis.

atau dia yang berkali-kali mengajak saya bikin donat bantat, supaya bisa dia celupkan ke kopi susu di pagi hari.

tahu telur seledri dengan kuah cuka kental pedas manis gurih


kami sama-sama menyukai tahu. ini adalah sebuah warisan yang diturunkan dari bapak ke saya. saya sungguh-sungguh lho J kakek saya dari pihak bapak menggemari makanan sederhana : tahu putih goreng (dari kacang hijau yang lembut) disiram dengan bumbu pecel yang kental dan taburan seledri yang banyak. setiap kali bapak makan tahu model begini, dia selalu bercerita tentang simbah yang mengelola gedung bioskop di kaliwungu, bangkrut pada masa 65 : ini makanan kesukaan bapakku, begitu ujarnya.

saya belum pernah berjumpa dan kenal simbah mus, ayah bapak saya, dia telah meninggal jauh sebelum saya lahir. ibu bilang mbah mus adalah orang yang kaya, uangnya yang disimpan di lemari sampai berjamur. tapi kemudian datang masa 65 dan keluarga besar kami jatuh miskin. bapak adalah orang yang tegar dan gigih dalam memperjuangkan hidupnya, dia selalu bilang bahwa takdir tentu saja tak dapat kita tolak, tapi nasib, kamu harus memperjuangkan hidupmu sendiri, kamu harus genggam lagi dirimu sendiri. sebetulnya saya ingin mengajak bapak ngobrol banyak tentang masa kecilnya, tentang bioskop simbah dan tentang banyak hal di masa lalu yang barangkali dia ingin sampaikan pada saya. kalau bapak nonton film hugo, barangkali dia akan kembali dalam nostalgia itu, tapi saya belum tega untuk membiarkan dia menonton film itu.

selain itu kami juga suka tahu campur. ini adalah sebuah makanan yang terdiri dari bumbu pecel, tahu goreng berkulit, bakwan goreng dipotong-potong, kol dan tauge seduh, seledri, yang kemudian disiram dengan kuah cuka.  suatu hari saya minta dibuatkan tahu campur ketika berkunjung ke rumah bulek saya di malang dan dia menyuguhkan tahu campur lamongan dengan kuah kikil, lontong dan mie kuning. saya tak terbiasa dengan tahu campur model begitu. tiap kali makan tahu campur saya teringat simbah dari pihak ibu di ambarawa yang saya panggil mak jah, dalam memori saya dia selalu tua, dengan jarik harum lerak, kebayanya yang tipis dan kutang torso. dia gemuk, putih, matanya agak sipit. ibu bilang nenek seperti gemblong. saya teringat suaranya yang khas, cempreng dan ramah : nok.. arep digaweke opo? tahu susur gelem opo tahu campur? (kamu mau dibuatkan apa? tahu isi mau atau tahu campur?).

saya ingat sejak kecil ibu selalu memfoto hari-hari penting di keluarga kami : ulangtahun anak-anaknya, natal, kenaikan kelas, liburan sekolah, acara penting di gereja. saya suka membuka album-album kenangan itu. ibu adalah penjepret moment yang baik, bapak tak pernah sekalipun memegang kamera. saya teringat setiap tanggal 10 november, hari ulangtahun ibu, sejak dua hari sebelumnya kami telah sibuk mempersiapkan es buah untuk dibawa ke sekolah dan dimakan bersama kawan-kawan guru. selama lebih dari 35 tahun mengajar di sd, tak pernah alpa ibu membawakan suguhan tersebut ke sekolah. dia kini tak lagi bekerja di sana, saya kira, dia akan mengalami periode sedih di setiap 10 november kelak.

waktu sma dan kebagian jatah latihan vocal group di rumah, kawan saya morla berkata bahwa makanan favoritnya adalah tumisan pare dengan taburan teri. saya tertawa kemudian berkata : kalau gw, makanan yang bakal gw inget sampai kebawa mati adalah tumis buncis ati ampela. ibu saya sering sekali menyediakan santapan itu sebagai bekal saya ke sekolah, praktis soalnya, sayur dan lauk sudah jadi satu. saya kira kamu juga punya pengalaman sendiri, dengan sendu dan sedih, dengan tawa dan geli tentang makanan dan kedekatan kita dengan ibu.

juga ada cerita tentang nasi uduk, tentang nyak odah dan keriput di wajahnya. kenangan masa kecil tentang nasi uduk saya tuangkan dalam cerita mutiara. kalau kamu hidup di perkampungan jakarta, kita tak asing lagi dengan penjual nasi uduk di sekitaran rumah. dan tiba-tiba hari ini kita sadar, hari-hari telah betul-betul berlalu.

nasi uduk mengingatkan saya akan asti, kawan sebangku saya semasa sma, yang kini tinggal di austria sejak tahun 2003 dan menjadi artis yang komplit, ia kuliah jurusan teater, piawai dalam akting dan bernyanyi. waktu kecil saya tergila-gila akan sound of music dan hafal semua soundtracknya, sejak itu saya berkeinginan bisa sampai austria suatu hari. hari kepindahan asti ke austria adalah salah satu hari terperih dalam hidup saya waktu itu, umur saya masih 16 tahun dan merasa tak nyaman bersekolah di sma. pengalaman itu pula yang membikin saya meluangkan waktu secara serius untuk membikin latihan menulis novel berjudul nyanyian kembang kapas yang dengan PD-nya saya kirim ke DKJ dan menangis bombay karena gak menang. saya masih mengenang moment-moment itu sambil bergetar geli menahan tawa.

saya banyak tertawa bersama ellen. ellen benci sekali ketumbar, dia tak suka dendeng, dia benci sambel tumpang dengan krupuk karak (padahal saya suka banget sambel tumpang). tapi suatu hari dia mengakui bahwa ketumbar itu enak. lee memasakkan lasagna yang aduhaiii gila bener enaknya, dengan menambahkan ketumbar di saus bolognaise buatan sendiri. saya tak akan pernah lupa ekspresi wajahnya ketika berujar dengan kaget dan riang : Enaakk nyeett !!!

berpetualang dengan ellen memperkaya pengalaman wisata kuliner bagi saya. saya suka sekali makan kwetiauw goreng, suatu hari dia mengantarkan saya untuk mencoba kwetiauw goreng yang menurutnya enak banget. ternyata betul. kwetiauw goreng di restoran itu enak sekali. saya harus mengakui belum ketemu kwetiauw yang lebih enak dari kwetiauw restoran surya di dekat pasar kramat jati. saya sudah keliling jakarta untuk ngicipin kwetiauw dan menduplikasi sedemikian rupa, tetep gak bisa nemuin resep aduhaii kwetiauw surya.. resep saya enak sih, tapi tetep gak sama dengan resep kwetiauw surya.

saya dan ellen masih ingin punya restoran suatu hari nanti, konsepnya sih oke, sayang dananya sepeser pun belum ada.mengkhayal terus sampai mati..biarlah..daripada kehilangan harapan..lebih baik mengkhayal yang bodoh-bodoh supaya jadi bahan bakar untuk bertahan hidup.




perlu 3 tahun bagi saya untuk memberanikan makan sushi setelah restoran sushi menjamur di pelosok mall jakarta. akhirnya pada januari 2012 ellen menemani saya makan sushi di senayan city. norak betul-betul. tapi sejak hari itu saya suka sekali dengan sushi. ellen sampai bingung karena saya justru suka yang betul-betul mentah dan tergila-gila pada ocha dingin. saya adalah orang yang lucu, yang tak suka coba-coba dan ganti-ganti menu, maka setiap kali mampir ke resto maka menu pilihan saya akan sama, itu dan itu dan itu lagi.



sekarang saya jadi teringat ada seorang kawan kuliah saya suatu hari berkelakar – pantesan elu kalau naksir orang ya itu-ituuu aja, enam tahun diaaaa doank, ganti gebetan pun model-modelnya mirip, mirip lagunya john mayer i’m gonna find another you.

biasanya hang-out saya dan ellen selalu diakhiri dengan karaoke.kebetulan kami memang begitu senang menyanyi. tiba-tiba saya teringat marsy yang kerap menemani kami karaoke, ini masih berhubungan dengan itu dan itu dan itu lagi. elu tuh ya ren, kalau karaoke pilihan lagunya selalu : warwick avenue-nya duffy, you make it real-nya james morrison, put your records on-nya corrine, i still haven’t found-nya U2, breakeven-nya the script, sama fidelity-nya regina spektor. ahahhaaa.. ini lucu, sebab dia betul, karena saya seneng dapat nilai 98, kedipan, dan keplok-keplok.

 kalau ngomong-ngomong tentang menyanyi, saya betul-betul merindukan latihan paduan suara. dulu saya pernah sangat aktif dalam kegiatan paduan suara dan mencurahkan segala perhatian ke sana, saya teringat seringkali membawa risoles daging oregano dan makaroni skotel di hari gladi resik wisuda untuk kami makan sebelum latihan. saya betul-betul merindukan masa-masa berlatih menaklukkan partitur. saya teringat kami beberapa kali piknik dan saya senang berepot-repot membuatkan camilan untuk dimakan sama-sama. charlie biasanya datang sebagai penyuplai daging nomer satu.

seminggu sebelum saya posting tulisan ini, charlie tiba-tiba saja mampir. saya masih tertidur di pukul 3 siang ketika dia datang, dan tertidur di pukul sembilan malam (saya gak tahu dia pulang – so sori char, gak tahu diri banget ya gw). siang itu saya tanya, dia mau dimasakkan apa dan tanpa ragu dia minta dimasakkan pasta dengan saus putih. carbonara !! saya teringat charlie yang kerap mengantarkan daging babi giling dan ikan tenggiri untuk saya masak. dia datang seminggu sebelum keberangkatannya ke jerman. charlie dulu kurus gepeng meskipun makannya banyak. sekarang badan dia agak lebih berisi karena rajin olahraga,makannya pun tetep banyak, meski masih mengeluh belum mencapai standar berat badan yang dia inginkan. semoga dia berhasil mencapai targetnya. saya kira dia harus belajar masak sendiri supaya dia bisa makan kapan saja dia mau, percaya deh memasak itu gampang. tonton aja jamie oliver 30 minutes meal kalau gak pengen nyobain sendiri masak-masak model begitu.

kakak yang mengenalkan saya pada jamie oliver dan gordon ramsay. saya belajar masak pasta dari dia yang memiliki kawan seorang chef, pasta buatan saya betul-betul lumayan meski dia seneng banget menghina masakan yang saya bikin, padahal dia tahu bikinnya pakai effort. itu adalah salah satu hal yang saya rindukan dari dia. seperti halnya anak pertama dan laki-laki, kakak lebih mirip ibu ketimbang mirip bapak. seperti kata semua orang saya terlalu mirip dengan bapak.

ibu saya adalah seorang yang rapi dan rajin. dia mengumpulkan bonus-bonus resep masakan dari majalah sarinah dan kartini sejak tahun terbit delapanpuluhan. sampai hari ini bonus-bonus resep itu masih tersimpan rapi, dibundel spiral 4 tahun lalu supaya tetap awet dan jadi warisan untuk anak cucu kelak. waktu saya kecil dan setiap kali punya waktu luang, saya senang membolak-balik bonus resep masakan tersebut, senang mengamati foto gambar masakan sekaligus membayangkan rasanya. sebagian resep itu sulit diduplikasi karena cara pengerjaan yang rumit. di pasar atau supermarket pada masa itu, bumbu dan bahan yang diperlukan belum tersedia seluruhnya. saya menanggung keinginan itu dalam hati. terus menerus membayangkan bagaimana membuatnya. hari ini saya menertawakan diri sendiri, mengingat saya di masa kecil yang penuh pengharapan : kalau sekarang belum bisa pasti besok-besok bisa pasti besok-besok ada, gak tahu setahun atau sepuluh tahun lagi, pasti kejadian deh.

saya ingat kerap menghabiskan waktu untuk berkhayal dan mencatat, ternyata betul : the time i enjoy wasting is not wasted time. limabelas tahun kemudian ketika ibu menghadiahi oven listrik supaya saya punya semangat hidup lagi pasca operasi, saya giat berlatih memasak.

saya akan selalu teringat ifumie. saya pernah membikin sebuah prosa tentang ifumie. saya juga akan selalu teringat dengan martabak, putih telur kukus serta pizza. waktu saya mendekam 42 hari di rumah sakit dan telah kehilangan selera akan kehidupan, ibu saya yang prihatin bertanya dengan kasih : mau makan apa hari ini. ia pergi dan mencarikan saya ifumie. dia perlu pergi dan saya perlu sendiri.

kemudian sahabat masa kecil saya, rangga, datang membawakan martabak goreng. dia melucu dan tetap lucu seperti ingatan masa kecil yang telah buram, rangga yang saya gandeng sepanjang perjalanan menuju tk kecil dan mbak titiek yang membuntuti dari belakang, dia seperti adik saya sendiri. esoknya martabak itu habis ketika saya mengira masih ada. mbak semi berkata martabak itu dimakan bersama-sama keluarga mardiana seorang pasien tbc tulang yang telah menjadi kawan saya berjuang selama sebulan ketika saya tadi tertidur.  

saya mengamuk luar biasa, waktu itu umur saya baru 21 tahun, 2 bulan lagi mempersiapkan konser paduan suara dan skripsi, tapi hari itu saya tahu kaki saya sebelah kiri telah jadi rusak, saya telah menjadi cacat tanpa saya minta. tentu saja saya tak mengamuk untuk martabak yang bisa dibeli seharga 40ribu, saya mengamuk karena merasa begitu sia-sia, sayangnya hari itu saya tak menyadarinya. waktu itu saya cuma pingin ngamuk saja sepanjang hari, karena hati saya sakit.

setelah sembuh dan punya kepercayaan diri baru untuk pergi lihat dunia, saya menyadari moment martabak itu, ketika putri, kawan saya ngebolang bertanya tiba-tiba : lo kalau pergi bawa bekalnya pasti martabak deh (hari itu kami jalan-jalan ke museum fatahilah naik transjakarta dari terminal blok m. sampai hari ini saya masih suka bikin martabak goreng dan hati saya tergores setiap kali petra bilang : ren bikin martabak goreng donk-tapi dia tak tahu perkara ini, maka saya tak sekalipun mengeluh).

saya juga benci dengan putih telur kukus, sebab saya harus menelan makanan itu selama rehabilitasi paska operasi. saya ingat mutia yang dipanggil cimut menolak untuk makan putih telur, dia telah muak. saya membujuknya pelan-pelan untuk mau menelan putih telur kukus dengan barter buku roald dahl yang telah saya selesai baca.

haaaiii cimutt... sekarang aku sudah bisa pergi-pergi keluar rumah... suatu hari kita ketemu lagi yaaa... nanti kita bisa lari-lari... i miss you dear cimut... kamu baik-baik ya di sanaaaaa... i miss you !!!


cimut adalah kawan saya yang lain selama mendekam di bangsal irna melati, rumah sakit fatmawati. cimut meninggal di meja operasi, seminggu setelah dia ulangtahun ke 17 di tanggal 21 april 2008.  setiap kali hari kartini saya merasakan pedih luar biasa. tanggal 28 maret 2008 saya keluar rumahsakit dan melanjutkan perawatan di rumah untuk menghindari infeksi dan penyakit-penyakit lain yang bisa tertular. tanggal 2 april 2008 di hari ulangtahun saya, cimut menelepon dan bertanya apakah kak endut akan datang hari ini. hari itu saya lupa kalau saya ulangtahun, dia orang pertama yang menelepon mengucapkan selamat ulangtahun. dia betul-betul menantikan saya datang hari itu.

sebelum saya pulang ke rumah dia menangis sedih. saya tanya kalau saya datang, kamu mau dibawakan apa. dia minta dibawakan pizza sebab dia belum pernah merasakan pizza. saya bertanya pada suster apakah cimut boleh makan pizza, kata suster dia boleh makan pizza. maka datanglah saya membawakan pizza bagi cimut.  setelah itu saya diberitahu dia meninggal di atas meja operasi. saya kehilangan jejak keluarganya.

barangkali kawan juga masih bisa mengingat, dengan geli dan sesak, makanan dan tempat-tempat bersejarah dalam hidup kamu. selalu ada cerita yang bisa dikenang, di mana kamu membelinya atau di mana kamu memasaknya, dengan siapa, ada kejadian apa sebelum itu atau setelahnya, apa yang tiba-tiba terjadi tak terduga, penyesalan dan rasa bersalah, kegembiraan dan kejutan menyenangkan, makanan terakhir yang kamu makan dengan seseorang, makanan terakhir yang sempat kamu berikan untuk seseorang yang kamu sayang, semua rasa yang kita alami sebagai manusia.

barangkali kawan mau mengingat-ingat lagi dan kemudian merasa bersyukur untuk setiap pengertian yang kamu pahami hari ini, untuk pengertian yang tak sempat kamu pahami hari ini. untuk kamu yang masih bertahan dan berterimakasih pada semesta.

terus bertahan ya kawan..dengan secuil hidup yang masih kita hormati.


entahlah


ellen adalah belahan tetek saya. mudah-mudahan dia juga menganggap saya belahan teteknya. gak tahu tetek yang sebelah mana, ganti-ganti bolehlah, kadang tetek kiri kadang tetek kanan, karena tiada kanan tanpa kiri. ini tentu saja tak jorok dan tak berhubungan dengan seksual, lelucon ini kerap saya lontarkan mengingat betapa seringnya dia menjadi partner crime saya. saya terlalu banyak menghabiskan waktu bersama dia, kalau kenangan itu dipangil dan saya jejer rapi, maka saya bisa melihat kampus saya, marlboro mentol, taksi, teras rumah, heineken, bintang, senayan city, jcc, senen, halim, bekasi, hidup baru, palmerah, inul vista, sushi tei, seven eleven dan es podeng. 

saya teringat pertemuan pertama kami di kampus. si ellen ini dulu mirip sekali nicky astria, dengan pipi tembem, hidung besar dan jaket rockstar dia yang aduhai itu, dia kurus, sementara dari dulu saya tetap si bujursangkar yang keempat sisinya sama panjang (mudah-mudahan saya gak jadi bola baseball yang oval dan makin melebar ke samping). hari itu harusnya ospek di kampus tapi kami kabur dan masing-masing mengaku diare sambil menikmati es podeng yang manis biang gulanya gak ketulungan.



kalau saya sedang mengenakan perona di pipi, saya selalu teringat dia yang mengajari saya dandan dan memilih pakaian yang patut. saya ingat ellen yang mendandani saya setiap kali mau tampil di jcc untuk acara wisuda kampus. saya memang berantakan sekali dulu itu. setiap kali film harry potter keluar, saya ketar-ketir, karena saya akan disamakan dengan hagrid, si pengawas binatang buas yang besar dengan rambut awut-awutan. soal rambut awut-awutan ini, di kelas saya punya julukan hotman paris hutapea, sebab dari belakangan katanya rambut saya mirip dia.

kemudian kami berkawan sampai hari ini, dengan banyak kejadian menggelikan serta pahit.
tak banyak orang mendapat kesempatan memiliki sahabat sejati. saya pastilah beruntung. saya harap dia juga berpikiran serupa.

tapi betapapun perasaan beruntung yang saya rasakan, kadang-kadang saya masih merasa ada yang tak lengkap, ada yang separuh hilang atau kosong sama sekali.

sebetulnya saya tak yakin benar mengenai apa yang hendak saya tulis hari ini.

saya terkena serangan 3m yang saya sebut mood mewek maximum. mood mewek maximum itu sekarang ada di level delapan. lagi murung maksimal intinya. tiba-tiba saja perasaan itu muncul padahal saya tak sedang mengingat-ingat kejadian sedih, sedang tidak mengalami music orgasm yang cenderung membikin saya jadi lebai untuk memancing menulis. dulu saya tak mudah bersedih, akhir-akhir ini harus saya akui saya bersedih semudah saya diare. saya teringat pernah muda, masih naif, pernah punya mimpi, tak khawatir soal hari esok, tak khawatir tentang hidup. tak khawatir bila tak punya uang, sebab bapak dan ibu menyediakan segala keperluan saya – saya jarang meminta sebab selalu ada uang di dompet dan atm saya, singkat cerita saya anak yang beruntung.

kemudian hidup berubah ganas dan sulit. saya percaya semesta selalu menyediakan cara-cara sendiri untuk membikin kita jadi kuat, membikin kita jadi punya kesempatan ngicipin rasa-rasa jadi manusia. detik ini di otak saya tiba-tiba terlintas kata-kata pahit, pedih, perih, pusing, pulang, mual,muntah,muak,marah,memble. saya tiba-tiba merasa mellow dan lost myself. saya gak tahu apakah kamu pernah mengalaminya, tiba-tiba saja kamu bingung.

sabtu lalu, saya dan ellen pergi ke ccf, kami mendaftar les bahasa prancis. ellen kepingin lanjut kuliah di prancis. tadinya dia ingin les bahasa belanda, tapi saya berhasil ngomporin dia untuk belajar bahasa prancis saja, sebab kalau suatu hari ada kesempatan mengawe-awe untuk tinggal atau lanjut sekolah di kanada, kami telah siap dengan 2 bahasa : prancis dan inggris.

saya selalu kepingin sampai prancis. saya selalu kepingin mengunjungi museum-museum di sana, kalau bisa dapet kesempatan belajar masak. pokoknya banyaklah mimpi saya tentang tinggal di luar negeri, mandiri, dan menghidupi diri sendiri. kemudian ellen mengabarkan tentang info beasiswa kuliah di prancis. dia begitu getol dan membikin timetable yang rapi untuk mengingatkan dia akan progress yang harus dicapai.

tapi saya tak begitu yakin lagi apakah masih punya keinginan lanjut kuliah di sana, bukan karena tak ingin, bukan karena kehilangan harapan, bukan karena putus asa dan tak lagi peduli.

kadang-kadang kalau saya bilang pada diri sendiri gak kuat, saya memang gak kuat. saya telah teramat lelah. saya tentu menghitung berkat yang telah disediakan semesta. saya tak bisa terus menerus berkata saya kuat bila nyatanya bukan seperti itu.

 kadang meski ada ellen tak bisa saya mencurahkan setiap pedih, sebab dia juga memiliki masalah sendiri yang demikian pelik, yang juga saya panjatkan pada semesta supaya memberikan keberuntungan lebih bagi dia. kita semua punya kesedihan sendiri. saya tentu saja tak bisa memajang perasaan sedih itu di status media yang saya miliki. kadang saya tidak tahu apakah tuhan masih mendengarkan doa-doa saya, sebab kadang-kadang ketika berdoa, saya terdiam dan tercekat. saya betul-betul tak tahu harus mengatakan apa lagi.

hampa. itu dia. juga insecure.



saya yakin hampa dan insecure tak ada hubungannya dengan kapasitas intelektual. saya percaya setiap orang punya periode susah dan sedihnya sendiri, serta cara-cara untuk bertahan hidup.

saya tentu saja juga bisa merasa hampa. saya tentu saja memaksa diri untuk terus menerus mendukung diri sendiri, untuk jejak dengan bumi, supaya ingat lagi mau ngapain hari ini. karena saya anak besar, karena saya tak seharusnya merepotkan orang lain, karena saya harusnya sudah memikirkan tentang melanjutkan hidup dan bertahan hidup, karena... terlalu banyak karena. masalahnya saya hampa dan saya tahu sesekali tak apa-apa merasa hampa. kita tak bisa terus menerus bisa mempertahankan perasaan bahagia atau dalam perkara ini memupuk terus perasan berduka. suasana hati gelap itu menggantung berhari-hari ini.

saya merasa begitu terasing dari diri saya sendiri.

ada rentetan pagi yang manis, ketika saya menyediakan teh hangat bagi ibu dan memanaskan makanan sisa kemarin. serta gigi bapak yang tanggal satu per satu. saya yang tak lagi mendengar derum motor di malam hari, membuka pagar untuk kakak, sementara bapak dan ibu telah lelap tertidur.

kadang saya merasa hanyut dan tak berdaya.

saya ingat bapak mendongengkan simbah dan masa kecilnya, saya ingat mbak titiek pacaran dan menjadikan saya sebagai tamengnya, saya ingat kakak dan game attarinya, saya ingat ibu di dalam bajaj bertanya apakah hotdog-nya enak, ingatan sepotong-sepotong tentang segala sesuatu.

sebetulnya, saya hanya ingin beristirahat dengan tenang. saya hanya ingin berada di tempat yang saya kenal dari kecil, setiap sudutnya. saya hanya ingin menemukan tawa yang sudah menguap bersama banyak kenangan pahit, kemarahan, dan tangis.

saya ingin kembali.

rumah masa kecil yang selalu menetap dalam kenangan. saya teramat merindunya. saya merasa sangat kesepian dan memerlukan kembali pulang, ke rumah masa kecil, tiap sudut yang saya kenali, tempat saya bersembunyi di bawah meja, di balik televisi.

saya teringat mbak titiek menggendong dan meninabobokkan saya. saya teringat ibu berdandan di depan cermin dan saya yang menangis. saya teringat kakak dengan sepatu big boss-nya, hari itu dia akan jadi pemimpin upacara, kemeja putihnya kaku dikanji. saya teringat bapak pulang sore-sore dalam derum bajaj yang memekakkan telinga.

saya ingin kembali ke rumah masa kecil ketika bisa membaca buku sambil melihat tanaman yang ditanam bapak dan ibu. saya merindukan keriangan yang dulu pernah terjadi. saya merindukan suara-suara dalam rumah, suara adzan maghrib yang terdengar dari masjid dekat rumah, suara ibu menyuruh makan, bapak yang memangil untuk mengajak bernyanyi, ia yang mendongengkan banyak cerita indah.

saya mendengar ibu memanggil, mengajak berahasia untuk memberikan hadiah kecil bagi bapak juga kakak, saya mendengar kakak memanggil mengajak berbagi jajanan, mengajak kongkalikong kecil, pertengkaran kami, persahabatan kami.

saya mengingat garis di tembok tempat bapak mengukur tinggi setiap menjelang rapotan kenaikan kelas.
saya merindukan sarang laba-laba dipojok rumah, saya merindukan bau rumah yang saya kenal. saya merindukan ubin retak di dekat pintu dan suara eong kucing yang saya sayangi, waktu itu belum ada choki.

saya menertawakan diri yang kecil bersembunyi di pojok dekat kursi rotan menangis karena dijahati kawan,

saya yang menangis di sudut kamar-menggigit bantal supaya isak tangis tertahan-ketika orang yang saya kira saya cintai dengan tulus justru melukai saya dengan caranya yang halus-saya yang sudah berjuang dalam kapasitas hati untuk menunggunya dan tetap tidak dipilih,

saya merindukan tidur nyaman yang tenang, ketika malam bersahabat dengan saya, ketika mimpi membolehkan saya menemukan apa saja dan berada di mana saja, ketika saya memiliki malam sendiri.

ada sesuatu yang hilang. mbak titiek sudah tak mengasuh saya. gigi bapak betul-betul sudah tanggal satu persatu dan dia senang mengumpat silit ketika  saya menggodanya. ada foto-foto. tapi saya sudah tak bisa kembali.

masa-masa kuliah saya juga telah selesai.

saya sedang menyusun diri yang keropos.

dan di depan saya tahu masih akan ada kehilangan-kehilangan lain.


sebagian dari murung itu ternyata karena saya ingin memeluk kamu, seseorang di luar sana yang saya cintai pelan-pelan, diam-diam, saya tak pernah ingat kapan mulainya, tahu-tahu saya mencintai kamu, begitu saja, dan tak bisa melawan perasaan itu. semesta yang ternyata mempertemukan kita, kamu yang tak sekedar fiksi. saya betul-betul ingin memeluk kamu. saya tahu kamu tahu. saya juga tahu kamu belum tentu bisa.


PS : kenapa kita ketemunya baru hari ini ...