Selasa, 27 Maret 2012

seperti blackhole yang menyerap cahaya




aku gak suka diceramahi. 

mereka sok tahu. aku bukannya bodoh. kadang-kadang aku merasa serba salah. aku kepingin beli filter baru sebetulnya, yang lama betul-betul rombeng dan koyak di sana-sini. tolong kasih tahu kalau kamu tahu di mana tempat belinya. 

aku jamin kamu gak pernah ngerasain hal tolol seperti yang aku rasain. mudah-mudahan kamu gak pernah, karena rasanya betulan sakit. mengetahui kamu tidak betul-betul diinginkan itu rasanya sakit, mengakui kalau kamu tak betul-betul punya harga itu rasanya sakit. menipu dan membohong-bohongi diri supaya terlihat tak pernah sekalipun rapuh dan selalu berhasil mengatasi segala krisis dalam hidup itu rasanya memuakkan, bikin mual sepanjang waktu. mudah-mudahan kamu gak pernah ngerasain itu, tapi kalau kamu pernah, kita senasib kalau begitu, kamu gak sendirian, aku gak sendirian, masalahnya kita gak mengenal satu sama lain. ini jelas masalah, kita gak pernah tahu eksistensi masing-masing, dan aku sempoyongan dalam usaha mempertahankan kesadaran diri, bahwa perasaan yang aku alami ini juga dialami oleh sebagian orang.

jangan iba padaku, sungguh, aku tangguh, paling enggak aku gak cengeng, aku jarang mengumbar urusan personalku, kecuali di blog ku sendiri. aku percaya blog ku kampungan, norak, dan sengaja ku hide dari mana-mana biar gak ada yang baca. aku merasa perlu menulis dan posting supaya besok-besok aku bisa menertawakan diriku sendiri : dangkalnya !! 

aku selalu dapat mengutarakan pikiranku lebih baik dengan mengetik di laptop. menulis dengan pensil membikin aku ketinggalan banyak kalimat. aku memperhatikan, ada duapuluh delapan kata yang bisa kuketik dalam satu menit. sementara kalau aku menulis dengan pensil, hanya tujuh kata yang mampu kutulis dalam waktu satu menit. aku tak suka buang waktu. aku tak membaca ulang tulisanku, aku merasa itu adalah ekspresi jujur hatiku, dan aku menghargainya. aku tidak butuh dipelajari orang dengan tafsir bebas yang menyertainya, aku hanya merasa perlu bercerita, kalau itu tak kulakukan, bisa mbeleduk kepalaku.

aku punya teman yang gemar menyakiti diri. dia suka menyilet-nyilet tangannya. ia menyilet di tempat tukang ramal tak dapat lagi membaca nasibnya. dia tak lagi punya sidik jari. jari-jarinya telah berubah jadi bocel-bocel. aku tanya suatu hari, setelah kami menghabiskan 15 liter bir bintang dan 4 bungkus marlboro black mentol dalam enam jam, kami sengaja menuangkan bir dalam gelas dan membiarkannya berbuih supaya kami cepat mabuk, tapi hari itu kami tak mabuk, menyebalkan sebetulnya, karena aku kepingin mabuk.

apakah yang hilang dalam hidupmu.

apakah kamu ingin tahu sekarang? aku balas bertanya. ia meminum birnya.

aku kehilangan masa mudaku. aku kehilangan keberanian. aku lebih takut hidup daripada mati.aku kehilangan diriku. 

siapa yang enggak, sahutku dalam hati.

“apa yang gak klise di dunia ini kan. semua orang mengalami, hampir semua orang berkutat dengan perasaan sendu, berkubang dalam lumpur, mengasihani diri dan tidur saja sepanjang hari, gak pengen bangun dari kenyataan. aku muak dengan diriku sendiri sebetulnya. aku gak pernah tahu bahwa aku dicintai, bahwa aku dirindukan, bahwa aku jadi pengharapan seseorang.” ia cegukan. wajahnya lucu meskipun cemberut. 

bukannya mencari air ia justru menyalakan sebatang rokok. dia sudah menghabiskan sebelas batang rokok sebelumnya.

dia membakarkan sebatang rokok untukku. kami diam menikmati racun itu masuk paru-paru. ketika habis, aku berkata, “hidup kita itu cuma fragment kan. selalu cuma fragment. kamu bisa memilih ditertawakan semesta, tertawa bersama semesta, atau menertawakan semesta. ini cuma soal mental sebetulnya.”
dia diam. aku kesal sebetulnya kalau dia diam. sebab aku butuh mendengarkan suara orang lain selain suara hatiku yang serba dungu dan buntu.

“aku dan kamu barangkali sejenis : orang-orang yang masih mengawetkan masa lalu. kedinginan dan kebingungan. kalau boleh memilih, aku suka yang pasti-pasti. sekarang ini aku gak suka yang buram, aku gak suka yang melenceng jadwal, aku gak pernah minta hidupku baik-baik saja, tapi bagaimana aku bisa mengubah hidupku kalau sampai detik ini aku masih belum ngeh apa yang gak beres di diriku, apa yang keliru di tubuhku, baut apa yang lepas dari organ-organ dalamku.”

dia masih diam.

dan aku bertanya : kamu mau mati hari ini?

dia menatap aku seperti menimbang segala sesuatu. kita bisa nabrakin motor gw, gimana? begitu ujarnya. aku berkata, apakah sakit? dia mendengus dan berkata, memangnya kamu masih peduli sama sakit? kemudian kami tertawa-tawa.

kami jalan kaki dini hari itu, tiga atau empat kilo, aku tak ingat, kami hanya berjalan dalam diam sepanjang trotoar. masuk ke dalam parkiran mall di kawasan s****g**, dulu aku pernah kerja disana, aku hafal parkiran dan semua jalan pintas masuknya. kami mau loncat dari lantai sembilan. kami jalan pelan-pelan dan berjinjit seperti adegan kartun tom and jerry, kami ngempet ketawa, supaya gak ketahuan sat-pam. di lantai sembilan dia muntah di sebelahku. lalu kami duduk. duduk saja sampai matahari terbit.

seks mungkin lebih baik daripada bunuh diri.

dia gak naksir aku, aku gak naksir dia. tapi seks mungkin lebih baik dari bunuh diri. kami jalan kaki keluar parkiran dan menunggu transjakarta. kemudian dari beos kami jalan kaki seharian itu. rasanya seperti mengawang-awang, ringan dan tanpa beban. kami naik bis apa saja yang kami temui. ketika sadar, kami ada di daerah jawa barat, aku tak yakin benar kota yang kami hampiri. malam itu kami bercinta dengan ganas.

kamu gak perlu betul-betul merasa jatuh cinta hanya untuk merasakan seks, tapi kamu betul-betul harus merasa senang ketika seks itu berlangsung. paling enggak itu berlaku buat aku, supaya setelahnya aku gak merasa menyesal. aku benci kalau aku menyesal,kenapa harus menyesal, aku punya otak dan hati yang bisa aku pakai sebelum memutuskan segala sesuatu, sadar atau enggak, kenapa aku menyalahkan diriku sendiri. kontradiktif sih,karena aku lebih sering gak pakai otak dan hatiku,tapi itu aku, mau gimana lagi.

kamu tahu apa yang paling menjengkelkan dari hidup bersama di lingkungan kita? kalau kita ngomongin nafsu berahi, kita dituduh bukan orang  baik-baik. persetan sama orang baik-baik, memang apa maksud baik-baik?

aku bilang sama dia, aku suka dibeginikan dan dibegitukan. dia bilang dia mau begini dan begitu. kami cari jalan tengah. aku ngajuin syarat, kita harus mandi dulu sampai bersih. aku gak mau nyium bau kecut selama bercinta karena foreplay ku harus lama. aku gak tahan bau kecut. aku juga bilang kalau kamu selesai tapi aku belum selesai, kamu harus bikin aku juga selesai, gak boleh  gak adil, enak di kamu capek di aku. dia sih setuju. untungnya dia setuju, kalau enggak aku gak tahu deh, karena masturbasi rasanya gak pernah cukup. 

2 hari itu kami telanjang bulat. kalau kedinginan kami selimutan. baju satu-satunya yang kami kenakan ada di binatu hotel. syaratku untuk menginap adalah harus ada ac karena aku gampang keringatan tapi itu adalah hotel kelas melati yang busuk. bodo amet deh, uangku cuma cukup untuk memesan kamar hotel murahan. kami gak banyak ngomong dua hari itu, gak pakai kode. begitu pengen tinggal bilang. kalau dia capek, aku main sendiri sampai akhirnya dia menghampiri aku karena kerangsang juga. sebetulnya aku lebih suka dirangsang secara intelektual. dia gak cukup cerdas buat diajak main fantasi begituan. dia gak bikin aku kejang setelah argumentasi sengit tentang apapun. dia begitu anteng dan aleman. padahal aku kepingin dijambak dan digigiti dengan ganas setelah mengintrik satu sama lain, setelah menjatuhkan mental satu sama lain. aku yang menampar dia berkali-kali. 

dia persis diesel, panasnya lama, tapi begitu on, dia bisa juga digiring untuk bikin aku senang. setelah itu kalau butuh, kami menghubungi satu sama lain. pacarnya gak berani hubungan intim (dia akhirnya punya pacar juga). aku gak punya pacar, aku muak sama banyak hal. tapi masturbasi gak pernah cukup. aku gak kenal pacar dia, gak merasa perlu kenal, gak pingin tahu dan gak peduli. dia gak cinta aku, aku gak cinta dia. itu adalah barter yang adil, ada komitmen dalam hubungan kami : jangan sebar penyakit. naif sih. tapi itu kami pegang kuat-kuat. dia akhirnya bisa juga diajakin ngobrol dalam tentang hidup. lama-lama aku jatuh cinta juga, dan merasa berdosa. karena aku mulai mengharapkan dia.

itulah. harapan. hanya membikin aku tambah bodoh dan tolol.

aku benci kata galau. fcuk !! rasanya pengen namparin orang-orang yang pakai kata-kata galau tak pada tempatnya, hanya untuk terlihat gak ketinggalan jaman yang justru menyebabkan kata tersebut jadi terkesan murah dan menjijikkan. barangkali mereka yang kerap menggunakan kata galau adalah orang-orang yang menjijikkan, mereka yang kalah pada dunia, yang tak memiliki lagi pengharapan dan suka menjadi sama dengan banyak orang : jadi makhluk berlendir bau amis. jijjiikk. barangkali aku masuk kategori itu.

kehadiran. kamu gak mungkin jatuh cinta tanpa kehadiran. well, sebetulnya kamu gak bisa jatuh cinta tanpa pertemuan. ahh gak tahu deh, yang aku tahu aku pernah berjumpa dia dan merindukan kehadirannya. sebetulnya aku tahu bahwa kisah cinta yang ini lagi-lagi akan bertepuk sebelah tangan. aku tahu saja.

aku ngerasain hatiku berhari-hari ini (aku lupa hari punya nama, dan aku lupa hari ini hari apa) macam blackhole yang menyerap semua cahaya.