Sabtu, 03 November 2012

apa lagi yang perlu dikatakan




aku merasakan kamu dalam keseharianku. ada waktu ketika aku merasa kita berdekatan, meski berjauhan. itu adalah jam-jam milik para insomniak, milik orang-orang yang tak dapat tidur, tak ingin tidur. itu adalah waktu ketika aku merindukanmu teramat sangat. belum pernah sesulit ini aku menghayati kesendirian. ada perasaan perih yang tak gampang hilang. ada kesadaran yang terlambat kumengerti mengenai cinta tak datang tepat waktu. kesenyapan ini di suatu waktu, di suatu entah, barangkali akan lenyap, akan betul-betul sudah. sudah.

apa lagi yang perlu dikatakan.

dalam sunyi dinihari, aku menyadari kesementaraan, seperti peringatan yang lirih namun pedih. merasa terbelah, ada yang kini hadir dan esok yang tak pernah aku bisa tahu, juga tak pernah kamu bisa tahu, kita bisa menduganya dan lelah sendirian.

apa lagi yang perlu dikatakan.

ada malam yang lebih gaduh ketimbang siang yang terang.

apa lagi yang perlu dikatakan.

aku merasakan kamu dalam keseharianku. ada hujan datang menyebabkan ngilu dalam tubuhku, bukan rintiknya yang menghajar aku, melainkan sebuah kenangan milik orang lain, tak ada aku di situ, tak ada aku di situ.

itu adalah perjalanan pulang yang membekukan tulang. aku tahu kamu ingat, hari hujan, kamu kebasahan dan memilih segera pulang. aku tahu kamu juga ingat, ada music acordion dan kamu yang sembunyi-sembunyi memperhatikan aku.

mungkin dengan benci.

apa yang perlu dikatakan?

rainer maria rilke menulis : meski kau padamkan bara di mataku, aku masih melihatmu. sumbatlah rapat telingaku, aku masih mendengarmu... itu terjadi di tahun 1899, musim yang berganti rutin..

boarding pass yang kusimpan dalam kantong tas jinjing telah membawaku jauh-jauh ke sini. sinar mentari masuk ke dalam celah-celah awan, langit gemerlapan seperti penuh dengan nyanyian. hari itu cerah, akhirnya bisa juga aku merasakan jadi james, bukan dalam persik raksasa, melainkan dalam pesawat air asia. itu penerbangan yang seharusnya bisa membawa senyumku kembali. melewati bromo, lautan, kemudian bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar