Selasa, 13 November 2012

selamat ulangtahun sondang





selamat ulangtahun sondang, demikian saya tempel status di dinding facebook tertanggal 12 november 2012. tak berapa lama muncul like dari kawan kamisan saya, ananto. akhirnya kami janjian bertemu di book fair senayan jumat ini untuk mengejar ketinggalan cerita kawan-kawan, dharma katanya sekarang melaut. saya tanya bagaimana kabar anthony dan pepe - saya kelupaan tanya kabar shiro. mereka teman-teman saya kamisan, juga tetangga kost-kostan waktu magang di kontras dulu.

saya bertetangga kost dengan anang. ada malam-malam anthony, sondang dan shiro juga tinggal dengan anang. saya sering temui sondang di pagi hari, di kostan anang, baru bangun tidur dan masih terkantuk-kantuk mengumpulkan nyawa, kami tak bercakap-cakap, tak sempat ngobrol karena matahari sudah tinggi. saya juga sering temui sondang di pagi hari, di kostan anang, menanak nasi di rice cooker, tapi kami lagi-lagi tak bercakap-cakap, dia biasanya bicara dengan shiro tentang kuliah dan saya terburu-buru dengan anang berangkat ke kantor bersama – jaraknya cuma delapan puluh langkah kaki dari kostan ke kantor, saling mengingatkan bila sudah pukul setengah sembilan pagi dan bertanya ada tugas apa yang mesti diselesaikan hari ini.

sondang hutagalung menamai akun facebooknya hut-son.

saya tahu persis sondang pernah bilang, “bang, ayo kamisan bang, kasihan ibu-ibu itu sudah tua, siapa yang mau nemenin.” tak tepat kata-katanya seperti itu, tapi saya pernah dengar sendiri ia membujuk anak-anak untuk terus kamisan. mereka memanggil bang satu sama lain. saya trenyuh. 

(kamu bisa searching tentang apa itu kamisan bila merasa perlu – seharusnya kamu merasa perlu tahu dan mau berbuat sesuatu, kalau kamu pernah melintasi jakarta di kamis sore pukul empat hingga lima, di depan istana negara, ada korban dan keluarga korban berdiri dengan payung hitam berpakaian hitam).




ibu-ibu itu mulai berdiri di seberang istana tanggal 18 januari 2007. berdiri setiap kamis sore selama satu jam, dalam hujan dan angin, debu dan sinar terakhir mentari kamis itu...juga kamis-kamis yang masih akan datang,  untuk menyatakan mereka tak lupa, ada ingatan yang tak boleh dilenyapkan. ada surat yang diserahkan kepada presiden setiap kamis (yang teronggok di sekretariat negara dan gak diapa-apain, kalau diapa-apain kan harusnya ada sesuatu kan ya..bapak itu bisa tapi gak mau, bukan karena gak mampu, itu jelas jahat sekali, keji dan membiarkan kejahatan pelanggaran kemanusiaan berlalu tanpa datangnya keadilan).

ada orang-orang yang dikasihi tak kembali. kamu tak pernah tahu mereka telah dapat perlakuan apa, ini tentu saja menyesakkan. sondang tahu dan merasakan itu, dia punya energi luar biasa untuk menunjukkan simpatinya.

saya ingat hari terakhir magang di kontras, esoknya ada acara seribu surat bagi presiden. itu juga hari terakhir penutupan sehama 3, ada cholil mahmud dengan efek rumah kaca dan bang usman menyanyikan lagu di udara.


Aku sering diancam .. juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan .. sampai dimana kapan

Ku bisa tenggelam di lautan ...Aku bisa diracun di udara

Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati ...Tak akan berhenti



beberapa jam sebelumnya j.flow dan keith martin bernyanyi di acara itu, saya tak ingat apakah tayangan provokatif proaktive masih tayang di metrotv waktu itu.


seribu surat untuk presiden

 selang setahun, ada tayangan kick andy tentang seribu surat bagi presiden ketika bu marsih dan mbak suciwati membacakan surat tersebut.

saya teringat sondang.

dengan kaosnya berwarna merah marun, atau kemeja salur biru dan putih.

di hari-hari selain kamisan, ia kerap mengecat tubuhnya. sepulangnya orasi, saya sering mendapati dia dan teman-teman duduk di halaman kontras, masih punya tenaga untuk bercanda.




saya ingat di pelataran kontras yang saat itu gelap, kami makan nasi uduk cikini rame-rame. dharma, astri, pepe, anthony, shiro. tawa berhamburan, shiro bingung waktu itu menggarap skripsinya. pepe menanyakan mana sondang. tapi obrolan berlanjut tentang skripsi shiro.

kami pertama kali bertemu di LBH Jakarta. Pepe dan astri mengajak saya untuk ikut diskusi dengan mas tommy tobing. topik hari itu malpraktek, sehari sebelumnya film konspirasi hening-nya mbak ucu agustin tayang di LBH Jakarta. saya tak sempat datang dan menontonnya di Kineforum tiga hari setelahnya. Itu kali pertama saya melihat sondang, dengan sweater coklat dan catatan di tangan. Itu juga kali pertama saya ngobrol banyak dengan Anang yang hari itu mengenakan batik coklat, serta shiro yang kakinya baru saja tertabrak motor.  Saya tak ingat apakah ada ananto di sore hari itu, sepertinya dia masih di kelas dengan kawan-kawan Sehama angkatan 3.

saya kenal ananto dan dharma dari acara mimbar seribu harapan setahun sebelumnya. mereka teman-teman anthony, kawan saya Sehama angkatan 2. sepanjang malam kami bekerja meniup ratusan balon munir dan kontras untuk dibagi-bagi kepada orang-orang di lintasan lari gelora bung karno. seharian itu kami sibuk.


 

setiap hari kamis dari dalam ruangan perpustakaan tempat saya mengerjakan koding peristiwa enamlima, persis di pukul tiga siang sewaktu berkas matahari jatuh di sela-sela dedaunan pohon kersen samping ruangan perpustakaan (agus sering mengambilkan buah-buah kersen matang selepas makan siang dan membaginya buat saya sambil nyengir berkata, ni...mateng-mateng ini ren, dan mengulurkannya dari luar) saya lihat sondang, pepe, shiro dan dharma berjalan ke taman belakang, bersiap untuk kamisan.

saya dengar marulloh bernyanyi dangdut dan cengar-cengir ketika lewat di depan ruangan perpus menggoda saya lalu berteriak, “tommy nyanyi tom.” mengajak kawan saya tommy apriando keluar ruangan untuk genjrang-genjreng main gitar, menyanyikan lagu-lagu rhoma irama. tommy kerap menggoda, marulloh itu mudanya ganteng lohhh..

itu adalah siang yang biasa. yang saya ingat hari ini sebagai siang yang indah.

dari ruangan perpustakaan saya dapat mendengar tawa kawan-kawan saya dengan candaan-candaan yang sungguh lucu. seringkali saya keluar ruangan demi mendapati apa yang terjadi di belakang. saya tak dekat dengan sondang, bahkan belum pernah punya kesempatan ngobrol dengannya, tapi saya kenal duluan dengan ananto, shiro, pepe, anthony dan dharma yang meminta saya memanggilnya cubob – dari cucu bob marley. ikut tertawa bersama mereka membikin pikiran saya yang rusuh ketika menemukan hal-hal mengerikan dan menjijikkan dalam koding peristiwa enamlima jadi luruh.

biasanya selepas mendengarkan candaan mereka di taman belakang sambil menggoda dharma (gak gw sebut ma, elu ngapain dan punya kebiasaan apa) saya mesti pipis karena gak tahan dengan tingkah mereka yang konyol dan lawakan-lawakan yang sebetulnya tak sungguh-sungguh lucu, tapi di tangan mereka semua jadi terasa lucu. kemudian pergi ke depan makan beng-beng dan minum tebs dari warungnya bu inur, supaya melihat bu marsih sudah datang belum sore itu. saya dapat membayangkan pak tumiso dengan motor merahnya sudah berada di depan istana negara, setengah jam sebelum kamisan dimulai, ia memang disiplin sekali.



sebelum mengetik tulisan ini, saya baca anthony menulis 

selamat ulangtahun buat sahabatku hut son  seandai nya dirimu masih ada di dunia ini, pasti sudah kuberikan kejutan dengan sepotong roti warung dan sebatang lilin yg besar.seperti yang biasa kita lakukan dulu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar