Jumat, 09 November 2012

orang gak ujug-ujug jadi jago, nyet !!




saya selalu suka orang-orang yang menerapkan ilmu padi, makin berisi makin merunduk. mereka yang tak sempat pamer dan tak merasa ‘hebat-hebat amet’, mereka yang terbuka terhadap diskusi yang meluaskan, memperdalam, mencerahkan dan terbuka terhadap segala kemungkinan.

suatu hari saya mengecek blog sendiri. hari itu dalam statistik blog, saya mendapatkan informasi ada 48 karya saya yang dibaca. tentu saja saya heran, siapakah gerangan mereka yang stalking saya..mereka yang mempelajari saya pelan-pelan – untuk keperluan apa, seperti saya mempelajari orang-orang pelan-pelan,diam-diam, dalam keheningan yang saya sukai untuk mendapatkan rasa terperangah yang baru (saya tak yakin itulah yang stalker lakukan ketika membaca tulisan-tulisan saya).

saya post keheranan tersebut dalam status facebook. esoknya saya lebih tercengang lagi. saya mengecek lagi blog sendiri, hal yang sebetulnya jarang saya perbuat, sebab saya merasa blog saya semacam buku harian, posting, dan saya biarkan teronggok di sana. mengapa saya posting di sana, sebabnya adalah gadget yang bisa rusak, dan tulisan yang bisa hilang. dengan menyimpannya di dunia maya akan memudahkan saya, kapanpun saya berada, di tempat manapun di ujung bumi, ketika saya merasa perlu, saya dapat membuka blog saya sendiri. ketika mengecek blog sendiri lagi-lagi saya terhenyak, ada 76 karya saya yang dibaca hari itu.

bukan saya rendah diri, tapi merasa heran. bukan tak percaya diri, melainkan heran.

saya ingat bertahun-tahun silam, waktu saya magang di sebuah majalah komunitas, umur saya duapuluh, baru pertama kali mengenal dunia penulisan berbayar, abang di tempat saya bekerja, berulang kali merevisi tulisan saya dengan menyatakan : tulisanmu kering dek. setiap kali saya menyerahkan tulisan, ia membacanya sekilas dan berkata tulisanmu kering dek. saya memperbaikinya berkali-kali untuk membikin tulisan itu baik bagi standart redaksi. dari situ saya belajar mendidik diri sendiri dan ketika naik cetak – meskipun itu adalah tulisan dua paragraf yang sebetulnya tak penting-penting amet untuk ditampilkan (sungguh, dan itu majalah kecil,tapi saya melihat bahwa mereka menulis dengan sungguh-sungguh) saya belajar mengenai satu hal pokok tentang menulis, tentang kepengrajinan karya. daya pikat tersebut tak menjadi dalam sehari dua hari. malcolm gladwell benar ketika ia menyatakan 10.000 jam berlatih membikin kita makin terampil.



saya yakin benar, suatu karya yang ‘bagus’ punya banyak sampah. petra marwie, kawan saya mengelilingi jakarta untuk menjepret moment, mengatakan hal ini ketika saya menonton Snow white and the Huntsman untuk ketiga kalinya dalam seminggu berturut-turut (oh yes, saya impulsif yang tak merasa cukup menonton satu kali bila menurut saya film tersebut bagus sekali). Dia tentu saja benar, ada banyak sekali sampah dalam untuk sebuah karya yang bagus. saya bisa bayangkan buuaannyaakk sekali gambar yang dibuang, untuk keseluruhan cerita yang memukau dalam film tersebut. kalau kamu biasa memotret, kamu mengerti yang saya maksud, untuk menampilkan hasil jepretan terbaikmu – tanpa perlu lagi watermark, sebab orang-orang sudah paham bahwa itu hasil karyamu yang otentik, tanpa perlu logo orang tahu kamu sudah punya ‘logo-mu sendiri’ – tentu saja kamu harus sangat selektif ketika mempublish karya, kamu belajar untuk tak sembarangan.

saya pernah terganggu dengan seseorang yang kerap posting tulisannya dengan mengimbuhi-imbuhi hastag pesan pemenang, atau kata si jagoan atau apapun yang membikin saya ingin tahu hal-hal apa yang dituliskan mereka yang akan membuat saya ‘terkesima dan terperangah’. pada gilirannya, sering saya temui mereka-mereka yang mengimbuh-imbuhi ‘saya ini berbakat sekali’ dalam tulisan yang saya baca terasa demikian dangkal dan tak kaya, saya tak merasa tercerahkan apa-apa. oke stop dulu di sini. saya tak hendak melecehkan siapapun, tak hendak menggurui siapapun. justru karena kehadiran mereka dengan hastag-hastag tersebut membikin saya memikirkan ulang tentang apa yang telah saya tulis, gagasan-gagasan yang tercetus dalam galaksi kepala saya yang sempit, dan keterbatasan untuk memahami segala sesuatu. saya khawatir dengan diri sendiri ketika merasa jago dan hebat. itu seperti ketika kamu membaca status dan tweet orang-orang yang ingin sekali berbahasa inggris dan melekatkannya dalam dinding sosial media tapi tak memiliki kemampuan untuk mengolah tata bahasa dan pilihan kata-kata untuk memaksudkan pesan mereka. tentu saja saya tak menertawakan, melainkan memaklumi, memaklumi bahwa mereka ada usaha untuk menyatakan pandangan dalam bahasa yang tak menjadi bahasa ibu mereka.



kata ‘memaklumi’ ini membikin saya ngeri. saya tak ingin dimaklumi sebagai ‘oh,dia bisanya baru segitu, biarlah, maklumkanlah’. dan justru karena itu saya selalu tak nyaman dan risih dengan pujian. saya tak nyaman dan risih dengan kata-kata manis.

ada perbedaan mendasar antara sharing dan pamer, ada sebuah makna hebat yang bersembunyi di situ. juga ada perbedaan mendasar antara bangga diri dan besar hati. ada sebuah makna mumpuni yang bersembunyi di situ. saya teringat barthes tentang teks adalah lautan yang dipenuhi dengan tanda yang ribut. orang-orang yang punya kemampuan membaca teks menangkap pesan yang dimaksud, tersirat dan tersurat.  bisa berarti apa-apa sekaligus tak berarti apa-apa.

saya tak senang dipuji, itu membikin saya risih.

sahabat saya ellen tahu persis hal ini, dan ia kerap menggoda saya dengan pilihan-pilihan kata yang membikin saya merinding, sungguh horror kata-kata pujian tersebut. kami adalah perempuan yang satu sama lain mengkritik dan mengevaluasi dengan brutal tapi briliant. itu adalah cara untuk menangkap carut marut semesta yang melingkupi kami, menyediakan diri untuk bertanya dan tenggelam dalam pertanyaan tersebut, dengan konklusi sementara, tentang certainty dan uncertainty. kami yang mengarsipkan pemikiran-pemikiran dan membiarkannya tergeletak seperti itu supaya setahun dua tahun ke depan,ketika menilik ke belakang, kami bisa melihat ada perubahan, perubahan cara berpikir, sebuah evolusi diri.

cara kami mengungkapkan hal tersebut adalah : orang gak ujug-ujug jadi jago nyet !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar