Rabu, 24 Juli 2013

seharusnya elu cerdas, R !!



sekarang saya jarang punya waktu untuk tuntas membaca sebuah novel. saya merindukan betul-betul waktu milik sendiri : membaca dan tenggelam dalam cerita-cerita.(oiaa..coba mampir ke sini untuk cek apakah kamu addicted to books :)  http://www.buzzfeed.com/summeranne/signs-youre-addicted-to-books-reading
hal ini saya sadari ketika selama 2 minggu jakarta terus diguyur hujan. dinding rumah saya rembes dan ini membikin khawatir, sebabnya saya tahu buku-buku yang saya tata rapi akan berjamur. rumah orangtua saya yang mungil dan sederhana ini kepenuhan barang, sehingga kami masih mikir dua kali setiap hendak membeli lemari buku, gak ada tempat lagi soalnya. akhirnya saya membikin box-box buku dari kertas karton tebal dan ditumpuk begitu saja di atas meja kayu. perkara menyimpan buku ini, mesti dipikirkan serius juga sebetulnya, buku-buku tersebut dikumpulkan dengan telaten dari tahun ke tahun, untuk bekal kesadaran dan warisan bagi anak cucu kelak. 


saya mulai mengingat-ingat bagaimana jiwa saya merasakan bahagia sekaligus hangover setiap kali selesai membaca buku yang menarik. waktu umur saya 15 dan selesai membaca saman-nya ayu utami dan sybil-gadis dengan 16 kepribadian, jiwa saya agak terguncang waktu itu. setelahnya saya enggak bisa lagi baca bacaan ringan – menurut selera saya waktu itu, karena sudah terbiasa ketemu kalimat-kalimat mak jegagig yang bercahaya bagaikan kristal. sejak saat itu, setiap tahun minimal ada 26 novel tebal yang saya baca. hal ini berlangsung terus hingga selesai kuliah.
kawan saya che sering menggoda : untung IQ lu ok, gw sih keteteran.
saya memasang mimik serius dan dia menambahkan : kakak gw tuh, otaknya parah, pinter. orang lain selesai baca buku yang sama selama 10 hari, dia 2 hari kelar, padahal dia juga banyak kegiatan di sekolah. persis elu, sibuk tapi sempet baca buku.
kalau che bilang saya pinter, saya ngerasa ngeri.. dia jadi punya ekspektasi.
dan itu juga sebetulnya membikin saya keki setiap kali dia menggoda saya antara cemas-cemas jengkel setiap kali kami ketemu dan ngakak bareng dengan obrolan-obrolan yang gak mesti tuntas. well, sebetulnya i hate when he said : seharusnya elu cerdas R !! aahh..saya jadi kangen dengan kalimat itu.
dia selalu mengulang kalimat andalan saya kalau kami sedang meninggi : gw tahu elu marah sama gw, karena omongan gw betul.. suka atau enggak gw betul..dan itu bikin elu marah duakali.
hahahaha...entah berapa ribu kali omongan itu diulang dan diulang terus hanya untuk menggoda satu sama lain dan membikin kami tertawa terpingkal-pingkal sampai keluar airmata.
entah gimana juga caranya, kalau kami ngomong kalimat ini juga selalu bareng : elu itu udah tau R, elu cuma perlu orang yang ngebuktiin kalau elu salah !!
sejujurnya saya beruntung dikelilingi teman-teman yang omongannya pedas-pedas dan menohok jantung hati, orang-orang seperti ini adil, baik dan tak dangkal. hidup saya betul-betul berkembang.
che enggak suka baca buku – well, setahu saya dia enggak suka baca buku sebanyak saya suka. tapi setiap kali dia baca cerpen saya dia selalu memasang wajah bengis dan berkata : asli, gw benci sama elu.
tentu saja saya tahu dia enggak betulan benci sama saya, tapi benci dengan apa yang saya tuliskan (bahasa yang saya gunakan, kata-kata yang saya pilih untuk dibekukan dalam bentuk tertulis) karena membuka atau mengorak kesadarannya tentang sesuatu hal. bahasa jadi perkakas yang memungkinkan pengertian diperbaiki. 
kalau ngomel mereka lebih suka pake bahasa inggris .. ahahaha.. dengan intonasi ditekan-tekan gitu..sebabnya menurut kita sih, kalimat dalam bahasa inggris lebih enggak ambigu...

saya ingat persis wajahnya setelah selesai membaca cerpen yang lucunya saya lupa judulnya, tapi temanya tentang menjadi tua, sensitif dan terluka. itu membikin dia punya bayangan tentang hari depan yang akan dia hadapi. ada banyak seandainya-seandainya yang membuka kesempatan berimajinasi, ketakutan-cemas-gamang muncul, dan orang beriman menyebutnya tawakal, kita selalu perlu waktu untuk memikirkan banyak hal, untuk bergantung (bagaimana pun juga) dengan sesuatu yang agung. saya menyebutnya semesta, orang lain menyebutnya tuhan, itu sebetulnya tak masalah. selalu ada higher wisdom (apapun sebutannya) yang bisa menentramkan gejolak dan letupan-letupan dari dalam diri.
saya malah jadi teringat richard rorty sekarang, dia bilang kepekaan dan solidaritas kita harus terus diasah. Kita bisa memperbaiki kesalahan yang kita buat dan menjadi semakin tidak kejam terhadap manusia lain dengan mengetahui bentuk kekejaman-kekejaman yang dilakukan manusia. Ia mengajak orang-orang untuk kembali membaca buku-buku yang bercerita tentang perbudakan, kemiskinan dan eksploitasi.  

saya sudah super jarang baca buku – at least sebanyak yang sebetulnya saya inginkan. sebabnya ada urusan lain yang mesti dikerjakan dengan serius.. untuk menghapus perasaan bersalah itu, saya banyak nonton documentary-nya bbc yang super banyak menjogrok di youtube. sehari 2 dokumenter selama 5 bulan terakhir ini. 2 jam membuang waktu untuk hal bermanfaat. lumayan..otak saya masih ada gunanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar