Selasa, 18 Desember 2012

sehabis desember



Sehabis Desember, bisa saja kita kembali terpekur, gagal paham dengan apa yang telah terjadi. Charlotte bronte melukiskan perasaan itu dalam paragraf yang apik. Dalam halaman-halaman awal jane eyre, ia bercerita tentang muram yang membikinnya merasa ngeri juga jeri, tentang kesunyian yang mencekam dan murung menahun yang membikinnya kehilangan rasa ‘mungkin’. sebuah kalimat liris yang saya sukai berbunyi :  each picture told a story, mysterious often to my undeveloped understanding and imperfect feelings, yet ever profoundly interesting.

saya tak tahu bagaimana kebiasaanmu, apakah menuliskan resolusi segera setelah terjaga dari selesainya desember, atau menangguhkannya hingga kamu ingin, atau tak sempat memikirkannya karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan yang lain-lain. saya bukan tipe orang yang menyediakan waktu untuk merenung dan berpikir segera setelah desember selesai, sebab kepala saya selalu penuh dengan random thoughts sehingga kapanpun gagasan melintas saya menyediakan diri untuk memikirkannya pelan-pelan.

kamu tak harus menunggu desember untuk memahami bahwa hidup bergerak, harapan membentang, dan kita jadi gamang ketika telah lelah pada omong kosong hidup, pada tuhan yang tak lagi kita percayai seperti masa kanak-kanak, ada cemas. 

kadang-kadang kita terkecoh impian. ketika situasi serba runyam hadir dalam kehidupan saya, saya teringat bapak dengan kalimat-kalimatnya yang sederhana namun menyentak. dia selalu mengingatkan saya bahwa hidup penuh dengan pasang surut, jangan menyerah dulu, bertahanlah, beranilah, milikilah harga diri. lima point itu membikin saya selalu kembali punya keberanian menghadapi hari, pelan-pelan, sesuai kemampuan saya.

karena saya tahu (dan mengulangi lagi tulisan tersebut) bahwa segala sesuatu di dunia tidak ditentukan oleh seberapa cepat keberhasilan itu dicapai. bukan oleh seberapa muda engkau mendapatkan posisi penting yang diakui keluargamu dan kolegamu sebagai nilai-nilai berhasil. karena hanya engkau yang dapat menentukan dengan jujur, seberapa kuat perjuanganmu untuk menaklukkan kesukaran hidup. dan itulah rasa berhasil. itulah rasa penuh. ketika engkau memaafkan dirimu sendiri karena keterbatasan dalam beradu cepat dan beradu kuat, beradu untung dan beradu pintar, engkau memaafkan dirimu sendiri dengan segala digdaya dan sikap hormat, bahwa dirimu berjuang menaklukkan sulit, berapapun umurmu, berapapan kuat kondisi fisikmu, kau menghormati dirimu karena kau tidak menyerah.

itu membikin saya tahu bagaimana rasanya jadi manusia.

saya masih sering gentar dan sering terkesima : apa arti semua ini? keheranan saya tak pernah selesai.

murung memberi kita kearifan, itu yang saya rasakan. sebab dari sana timbul kesadaran betapa semesta luas tak berhingga dan kita begitu kecil. Pada saat yang sama timbul kerinduan untuk bergantung pada sesuatu yang agung, merasakan dekap nyaman bahwa kesedihan hari ini akan berlalu – meskipun sejenak.

ada banyak pertanyaan yang dapat saya renungkan, dan saya ingin membaginya untuk kamu, barangkali berguna, sehingga kita punya kesadaran tentang diri. biasanya saya menuliskan panjang lebar pikiran-pikiran tersebut dan setelah beberapa waktu mengecek kembali, membandingkan perasaan saya hari lalu dengan hari ini, itu membikin saya merasa lebih jejak dengan diri sendiri. Jawaban-jawaban yang saya tulis adalah awal dalam upaya penelusuran diri sendiri.

tentu saja ketika kamu mulai tersadar dan tercerahkan dengan diri sendiri, kamu mulai bisa menentukan ‘akan melakukan apa’.

saya mengalami bahwa pengertian tak menjadi dalam sehari. bersamaan dengan itu timbul pemahaman mengenai toleransi serta solidaritas, tentang diri dan liyan. Richard Rorty bilang kepekaan dan solidaritas kita harus terus diasah. Kita bisa memperbaiki kesalahan yang kita buat dan menjadi semakin tidak kejam terhadap manusia lain dengan mengetahui bentuk kekejaman-kekejaman yang dilakukan manusia.

saya sering bertanya pada diri sendiri : siapakah aku, apa yang aku pikirkan tadi pagi, apa yang paling aku sukai dari diriku sendiri, masih ingin melakukan apa lagi di dunia, penyesalan terberat apa yang aku rasakan, bagaimana relasiku dengan semesta, bagaimana aku melihat diriku sepuluh tahun lagi, bagaimanakah rupa hari yang indah itu.

kamu tahu, sering kali saya merasa kesadaran dalam diri dihantam oleh sesuatu yang tak dapat dijinakkan oleh keterbatasan pengetahuan yang saya miliki, dan dengan demikian saya tergagap-gagap ketika memahami selalu ada segala sesuatu yang tak terjangkau bagi saya. Apa boleh buat, charlotte bronte tepat waktu dia menorehkan kalimat : each picture told a story, mysterious often to my undeveloped understanding and imperfect feelings, yet ever profoundly interesting.

saya percaya bahwa kehidupan adalah perjalanan menunggu mati. selalu ada kematian-kematian kecil di tengah-tengahnya, episode-episode hidup serba epic, tapi ada kebangkitan pula diantara kita. 

berkah dalem fellas..semesta baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar