Selasa, 15 Mei 2012

coretan dan sepenggal kenangan


buku saya selalu penuh coretan.



coretan pertama adalah tanda tangan saya di halaman muka, dengan tanggal saya mendapatkan buku itu, di mana buku itu saya beli, serta ‘tambahan kesan’ yang saya bubuhkan.

ini adalah kebiasaan dalam keluarga. waktu saya kecil dan sudah bisa membaca, saya cemburu pada kakak. sebab di banyak buku yang kami miliki sebelum tahun kelahiran saya selalu ada tulisan : untuk aryo. dan saya bertanya : aku manaaaa mammaaaa???  lalu menangis geru-geru. begitulah.

coretan kedua adalah tulisan –gamut– di halaman paling belakang. artinya buku itu telah habis saya baca. gamut sendiri kependekan dari gajah marmut, sebuah julukan yang diberikan hani, kawan saya yang kocak, dia betul-betul memampatkan saya dalam sebuah julukan yang jitu. saya yang berbadan besar seperti gajah dan memiliki gigi tonggos macam marmut.

coretan ketiga dan yang terasa begitu mengganggu bagi orang-orang yang meminjam buku saya adalah coretan-coretan berwarna kuning stabilo. saya selalu menggaris bawah setiap rangkaian kata yang saya pikir menyentakkan, yang membikin saya menemukan moment jegagig, dan rasa heran yang tak berhenti. saya tahu suatu hari coretan ini bisa saya pergunakan kembali untuk ‘mengembangkan sesuatu’ ketika merasa buntu.

yang paling parah adalah kesan norak yang saya tuliskan di halaman-halaman buku tersebut, rata-rata opini sok tahu nan dangkal yang membikin saya tertawa di kemudian hari dan berkata : aje gile tololnya kau ren. demikian, saya kerap menertawakan diri sendiri, sebagai bagian dari being fair dalam hidup.

suatu hari saya menemukan buku resep masakan yang kertasnya telah berubah coklat dan rapuh dengan ejaan lama. saya membolak balik buku tersebut dan tertawa ngakak. bapak saya yang norak telah mencentang dan melingkari setiap masakan yang dinilainya lezat, dia juga membubuhkan beberapa pesan dan kesan yang lucu. suatu hari saya bertanya pada ibu perihal buku tersebut. saya tanya “mama dulu pacarannya ngomongin makanan? kayak gak ada kerjaan lain aja.” mungkin ibu saya lupa bila diingatkan sekarang tentang pertanyaan saya ini. tapi saya ingat waktu itu kami tertawa ngakak  karena ibu menceritakan kebusukan bapak yang menurut saya kocak dan masih berlaku hingga hari ini. saya tentu saja tak akan mempermalukan dia lebih jauh dengan menceritakan dengan detail kebusukan apa sajakah itu.

besok-besok saya harus menulis kesan saya terhadap haruki murakami, malcolm gladwell, laura ingalls, truman capote, tracy chevalier,roald dahl dan astrid lindgren yang saya sukai. membaca tulisan mereka seperti menemukan cinta pada pandangan pertama. saya hanya tahu telah menemukan kawan yang saya rindu dari dulu, begitu klik dan cocok, yang tak mungkin saya abaikan dan saya lawan perasaan tersebut. 



saya kenal laura ingals dari keluarga, sampai kini masih jatuh cinta, masih rindu dan ingin kembali bertemu dengan halaman-halaman yang menularkan masa kecil yang indah.

waktu saya mendekam di rumah sakit selama 42 hari, buku james and the giant peach karangan roald dahl membantu saya melupakan rasa nyeri yang menyerang setiap saat. saya minta ibu membawa buku-buku karangan roald dahl yang lain dari perpustakaan sekolah (ibu saya guru sd). setelah keluar rumah sakit saya getol melengkapi koleksi karangan roald dahl. dia memurupkan semangat untuk pergi lihat sepenggal dunia.

saya membeli novel haruki murakami dengarlah nyanyian angin, the girl with pearl earring tracy chevalier, tipping point malcolm gladwell secara tak sengaja, saya tak pernah menyangka isinya luar biasa. saya masih mengumpulkan buku-buku mereka dalam edisi bahasa inggris dan indonesia.

setelah saya pikir-pikir detik ini, saya tak hanya jatuh cinta kepada pengarang yang telah menerbitkan buku. saya juga ternyata bisa jatuh cinta secara personal kepada mereka yang mampu menulis dengan baik, yang telah menyentakkan diri saya. kadang-kadang saya bisa ikutan sedih dan ngelangut saking terpengaruh dengan tulisan mereka/dia.

mungkin kamu juga pernah mengalami kejadian serupa. secara tak sengaja menemukan blog yang bagus menurut standartmu dan kemudian melacak tulisan-tulisan orang itu. kemudian merasa seperti kenal dia pelan-pelan, mengamati sejarah hidupnya. kamu barangkali ikut mendoakan dia supaya terus berkarya dan membagi inspirasi sebab kamu sendiri merasa terbantu hanya karena membaca tulisannya dan mendapati dirimu diubah.kita sama-sama gak tahu masing-masing ada, hidup, berkarya dan bertahan hidup, sebab tak ada gambar, tak ada wajah. hanya tulisan dan gagasan yang membikin kita merasa sangat dekat dan tak berjarak, sekaligus teramat berjarak.

saya tak ingat sejak kapan gila buku. membaca buku bagi saya adalah sebuah moment intim yang saya miliki seorang diri, privasi yang mewah. saya selalu merasa menemukan penghiburan pada buku-buku yang saya baca, dengan demikian saya jadi tahu bahwa perasaan yang saya alami juga dialami oleh orang-orang di luar sana. membaca membikin saya belajar lebih peka terhadap kesulitan dan kepedihan sehari-hari. ada kepedihan yang berangsur pulih dengan membaca. 

saya sedang mengingat-ingat berapa banyak buku saya yang hilang. agak jengkel sebetulnya, sebab statusnya adalah dipinjamkan, bukan diberikan. saya bukan orang yang pelit. setiap kali ada diskon dan cuci gudang, saya kerap membeli buku-buku yang saya anggap bagus untuk kemudian saya bagi-bagikan pada kawan-kawan, dengan harapan mereka tertular juga kesukaan membaca buku dan minimal kalau besok-besok ngobrol ada topik asik yang bisa didiskusikan dengan seru. saya menyisihkan uang jajan untuk melakukan bahagia kecil tersebut. karena itu saya kesal setiap kali buku saya hilang, sebab membeli buku bagi saya tetap merupakan sebuah perjuangan.



saya termasuk orang yang teliti dan rapi. ibu saya mengajarkan untuk tertib dan disiplin. sejak 3 sd saya menyampul buku saya sendiri, baik buku pelajaran sekolah atau buku bacaan lain. sikap itu tertanam sampai hari ini, setiap buku saya tersampul plastik mika, saya jadi tertular ibu yang tak suka membaca sebelum bukunya tersampul. saya sebel melihat buku saya lecek dan kusam. kalau urusan corat coret itu lain soal. saya tak bisa menunda-nunda apa yang terlintas dalam benak. kalau saya tunda, saya khawatir lupa, itu juga sebabnya jam tidur saya begitu terganggu. sebab saya menulis ketika keadaan sepi dan dingin, di malam hari. saya tertidur di pukul 9 pagi atau 12 siang, tergantung level lelah si otak.

saya menulis ini sambil mendengarkan cover version the beatles dan mengingat-ingat betapa tahun-tahun sungguh berlalu. saya teringat manda, sobat saya dari smp yang sampai hari ini masih sering pergi berburu buku jika dia datang ke jakarta (dia tinggal di singapore setelah menikah). saya kira saya kelewat impulsif, membeli tanpa berpikir, dan memang hampir selalu demikian bila berkenaan dengan buku. saya suka belanja online setelah dengan teliti searching sana sini mencari mana harga yang menurut kantong saya pas. dihitung-hitung saking kalapnya belanja dan gesek atm sana sini, bill itu mencapai angka yang membikin saya kaget sendiri – cukup buat beli tiket pp jakarta singapore lah tanpa harga promo naik garuda, manda ketawa ngakak tiap kali saya ngeluh dan bilang haadeehh abis lagi duit gw.

saya juga teringat sejak november 2011 lalu, gramedia mengadakan cuci gudang gila-gilaan. sampai bulan april kemarin saya rutin menyambangi gramedia melawai dan semanggi lt 4 sebelah foodcourt, alhasil ketika saya hitung total pengeluaran, lagi-lagi saya kaget sendiri. anehnya saya memiliki dalih yang bagus : tenang ren..lo belinya yang diskonan, jadi elu gak boros.

oke..boros gak boros.. tetep aja duit. sekarang setiap kali saya kepingin beli buku baru, saya lihat tumpukan buku saya dan menemukan begiiiiittttuu banyak buku yang belum saya baca. ibu saya bilang saya persis petasan : lebai di depan. ihihihihihi... begitu keinginan terpenuhi, sudah begitu saja. saya mencerna omongan ibu dan tentu saja dia benar. tapi lagi-lagi saya punya dalih yang seru : lahh...ini buku kan hadiah bagi diri saya sendiri, terserah donk saya bacanya kapan. lagipula ini adalah bekal mendongeng yang baik bagi anak saya kelak, warisan yang saya persiapkan sejak hari ini. 


saya betul-betul impulsif. saya mengumpulkan buku-buku jadul karangan enid blyton dan beragam dongeng lain. saya ingat pernah sedih karena saya telah menjadi difabel, saya juga khawatir tidak akan bisa mengandung anak sendiri karena saya difabel, pokoknya sebagai seorang perempuan hati saya hancur berkeping-keping, saya membayangkan masa depan memangsa saya dengan ganas. satu-satunya cara berpengharapan adalah dengan membiarkan diri terus jejak, saya masih mau berharap suatu hari masih punya anak, ini membikin saya melewati hari-hari dengan sebaik mungkin, saya menyiapkan bekal pelan-pelan sebab saya berencana menjadi ibu yang komplit meskipun difabel. tak ada hubungannya dengan buku, tapi saya memang berencana membuat tattoo pianisario dan marcello dimitri di pergelangan tangan saya kelak ketika sudah terkumpul dana. saya tahu bahwa harapan membikin saya tetap hidup, harapan membikin saya terus berjuang.

pianisario adalah nama yang akan saya berikan untuk setiap anak perempuan saya. dari pianississimo dan rosario. putri, kawan saya ngebolang memberi saya ide tersebut, tadinya saya akan menamainya pianississimo, tapi pianisario rasanya lebih bagus. saya adalah gadis yang trengginas dan meletup-letup (itu menurut bapak ibu saya, mereka sulit membikin saya jadi gadis yang anteng dan aleman) karena itu saya berharap anak saya perempuan punya sikap lembut seperti nada yang dimainkan dalam pianississimo.

sementara marcello dimitri adalah nama yang akan saya berikan untuk setiap anak lelaki saya. sebab saya menyukai alat musik cello. geraman cello membersihkan luka di hati saya. itu saja, tak ada alasan lain.

setiap kali saya melihat tumpukan buku di rumah, saya tahu buku itu punya cerita dan punya sejarahnya sendiri. saya telah menulis perasaan tersebut dalam “kertas lapuk” yang juga saya muat dalam blog ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar