Senin, 06 Agustus 2012

Puss





Ada kucing perlente, dia mengenakan sepatu boots. Tapi bootsnya bukan keluaran Doc.Marteen. Waktu kecil aku merengek minta dibelikan mama sepatu boots Doc.Marteen sementara kawan-kawan sebayaku sedang asyik dengan sepatu LA Gear yang  berkelap-kelip.
Aku kepingin dapat perhatian dari kakak kelasku Yoel. Dia gak ganteng tapi cerdas luar biasa, tak peduli pada sekitar dan itu yang membuatku gemas. Kami beda tiga tahun, dia kelas enam dan aku kelas 3 SD. Aku membuntuti dia di setiap jam istirahat. Dia suka ke perpustakaan. Suatu hari ia meminjam serial buku Rumah Kecil di Rimba Besar-nya Laura Ingals. Aku tak mau kalah dan ikut meminjam Anak Tani. Bu Erna penjaga perpustakaan heran ketika aku meminjam buku tersebut, katanya, kamu masih kecil sudah kuat baca begini? Buku itu agak tebal untuk bacaan anak seusiaku, umurku baru menjelang sembilan tahun waktu itu.
Per dua minggu aku menghabiskan membaca satu buku dari serial Rimba Besar, pelan-pelan, seperti menikmati menjilati lollypop sedikit-sedikit supaya manisnya tidak habis-habis. Setelah selesai membaca serial Rumah Kecil di Rimba Besar, aku berketetapan hati ingin menjadi penulis seperti Laura bila besar nanti. Laura memulai ceritanya dengan :
Suatu ketika, enam puluh tahun yang lalu, adalah seorang gadis cilik yang tinggal di rimba besar, di daerah Wisconsin, dalam sebuah rumah kecil kelabu yang terbuat dari balok-balok kayu. Pohon-pohon raksasa yang tinggi besar dan rindang mengelilingi rumah itu.
Aku ingin sekali bisa berada di Wisconsin, pada masa Laura hidup, bisa menjadi kawan permainannya. Merasakan datangnya musim dingin, pesta dansa dan meminum sirup mapel, mendengar lolongan serigala dari kejauhan, pokoknya aku suka membayangkan menjadi Laura.
Seingatku, karena tersihir oleh Laura, aku jadi kelupaan sedang naksir dengan Yoel. Pada satu kesempatan, berbulan-bulan setelah serial Rimba Besar itu tuntas aku baca, akhirnya bisa juga kami duduk berdua, bercerita tentang Almanzo dan Laura, tentang Wisconsin dan Minnesota. Itu cinta monyet yang lucu, rasanya bisa duduk berdua dengannya itu menyenangkan sekali.
Kami berjanji akan sering-sering bertemu di perpustakaan, besok-besok kami ingin tenggelam dalam dongeng-dongeng Grimms.
Ternyata Yoel tak suka kucing, apalagi yang bersepatu boots. Yoel suka gadis yang usianya sebaya, potongan rambutnya mirip Bibi Leung di serial Return of Condor Heroes-nya Andy Lau, wajahnya pun mirip. Aku memusuhi dia dan menenggelamkan diri dalam dongeng-dongeng Eropa.
Selain Cinderella, kucing bersepatu boots adalah cerita yang menarik. Sebab si kucing cerdik dan kepingin dianggap berguna. Padahal dia tak perlu bersusah payah demi kemujuran si tuan, anak ketiga pemilik penggilingan yang kehilangan semangat, dia bisa saja minggat dan hidup sendiri – si kucing itu, dengan keterampilan melobi dan berburu yang ia miliki. Kalau dipikir kucing ini agak bloon juga. Oh ya kelak tuan itu bernama Lord of Carabas.
Setiap hari kucing bersepatu boots mengirimkan hadiah untuk baginda raja. Ia mengatasnamakan Lord Carabas untuk kiriman-kiriman tersebut. Raja tersentuh. Orang mudah berubah loyal untuk orang-orang yang bisa mengambil hati, si kucing memenangkan perhatian Raja. Raja kepingin tahu lebih jauh tentang si Lord Carabas ini.
Singkat cerita, putri raja menikah dengan Lord Carabas, bukan ini masalah yang serius.  Si kucing ini pandai sekali mengkondisikan segala sesuatu dan ia begitu menyeramkan. Ia mengancam sekumpulan orang, dikisahkan kibul-kibulan itu berhasil. Dari kejauhan sebelum karavan raja melewati perladangan, si kucing berlari sambil berteriak-teriak :
good people,you that reap. if you do not tell the king that all this corn belongs to lord marquis of carabas, you shall be chopped as small as herbs of the pot!!
Tentu tak ada yang mau dimutilasi. Suasana di ladang pastilah mencekam dan mereka memilih untuk tak menolak.
Setelah membodohi banyak orang, si kucing dengan keberanian yang tak hilang datang ke kastil. Ia telah mempunyai rencana dan begitu percaya diri. Ia mengetuk pintu dan menjual kata-kata. Ia berhasil mempermainkan si Ogre busuk. Ia menyantap si ogre busuk yang telah berubah jadi tikus dengan kelihaiannya mengumbar kata. Aku heran dia tak mati mbeledug karena perutnya terisi si ogre busuk. Barangkali bersilat lidah itu ampuh untuk mendatangkan keajaiban, lepas dari maut dan petaka.
Cerita ini dikisahkan Perrault pada tahun 1697. Ada banyak anak dari masa ke masa mendengar cerita ini. Betapa tuanya bumi yang kita tinggali. Orang-orang datang dan pergi, lahir dan mati. Di Italia ada cerita serupa. Perrault bisa saja sudah mendengar. Ada rentang 63 tahun sebelum Lord Gagliuso bertemu muka dengan Lord Carabas. Kita tahu sebenarnya mereka berdua bukan sungguh-sungguh Lord.
si Lord Carabas ini agak memalukan menurut pendapatku, bahkan maling saja perlu bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar