Senin, 05 Agustus 2013

perihal sebuah nama





kak nita awe-awe aku siang itu sepulang dari sekolah. dia pegang perutnya yang buncit sambil teriak-teriak panggil namaku. aku pikir dia mau ngelahirin saat itu juga, terus terang aku jadi panik dan lari tergopoh-gopoh mendekati dia.
aku tanya, “kenapa kak, aku bisa bantu apa?” aku betul-betul panik. tapi ternyata kak nita enggak akan lahiran siang itu. dia malah tertawa kecil dan minta maaf karena sudah bikin aku tegang. ternyata dia sudah nungguin aku di ujung gang selama satu jam sebelum akhirnya aku muncul. katanya, kalau ada waktu siang ini, aku diminta ke rumahnya untuk bantu beres-beres dapur.
ya ampun, batinku, cuma minta tolong aja lebainya kayak gitu.
akhirnya aku pulang ke rumah sama kak nita. dia nungguin aku ganti baju sekolah dengan pakaian rumah yang buluk. kami berangkat sama-sama ke rumahnya. enggak jauh, cuma 300 meter dari rumahku. tapi jarak sedekat itu bikin kak nita sempoyongan. aku betul-betul enggak tega melihatnya.
ternyata aku cuma disuruh ngebersihin kulkas dia yang penuh dan jorok. heran ada perempuan sejorok itu. kak nita cuma perintah-perintah aja sambil duduk di dapur dan sibuk ngobrol lewat henfon dengan temannya, cekakakan. kulkasnya yang besar itu aku bongkar. aku copot kabelnya biar aman ketika dicuci.
 aku keluarin semua isinya. aku eliminasi barang-barang dari dalam kulkas. banyak betul berjejalan. aku ambil ember beberapa buah. satu untuk barang-barang busuk dan makanan kadaluarsa yang harus dibuang. satu untuk sayur mayur dan buah yang sudah kisut dan kempot karena kedinginan. satu lagi untuk makanan yang masih bisa diolah, bumbu botolan dan minuman-minuman kaleng.
rak-rak dalam kulkas aku lepas semua kemudian aku rendam dalam tempat cuci piring supaya kotorannya luntur. aku sikat pelan-pelan dengan sikat gigi dan sabun colek setiap lipatan-lipatan rak. aku sampai butuh tusuk gigi untuk mencongkel sisa-sisa makanan yang menempel dan sulit lepas dari lipatan itu. setelah beres semua rak disikat dan dicongkel, aku rendam lagi rak-rak itu dalam air, aku siram-siram supaya kotoran yang ngetel tersapu air. aku ambil ember baru supaya kerjaku cepat, aku isi ember dengan air bersih kemudian aku cuci sampai dua kali dengan air sabun yang banyak. bau dan kotor banget. air pembilas jadi coklat.
dari jauh aku dengar suara kak nita masih mengobrol lewat henfon.
aku bingung ada perempuan kayak dia, jujur saja. aku simak obrolan dia, sampah banget. enggak tega sebetulnya untuk mengumpat, tapi aku gak bisa membohongi perasaan yang meluap dari dasar hatiku bahwa kak nita itu pemalas. dia beruntung aja suaminya yang kaya mau sama dia, menurutku.
obrolan sampah yang kudengar membikin aku semakin muak.
aku potong obrolan kak nita dengan kawannya.aku butuh lap bersih dan dia enggak tahu dimana dia simpan lap-lap itu. akhirnya aku cari-cari sendiri dan ketemu. aku ambil 3 lap bersih. aku ambil sebuah lap untuk mengeringkan rak-rak dalam kulkas supaya cepat kering.  2 lap yang lain untuk membersihkan freezer, tapi pekerjaan itu aku sisihkan dulu. pekerjaan yang kulakukan selanjutnya adalah mencuci bagian dalam kulkas. alamak.. kotor banget. dengan spon, sabun dan lap aku cuci bagian dalam kulkas itu sampai bersih dan putih lagi, berkali-kali, biar hilang kumannya. kemudian aku keringkan. sekarang bagian dalam kulkasnya jadi segar harumnya, enggak amis lagi.
paling enggak tahan sebetulnya saat membersihkan freezer, air daging dan darah menempel semua pada bagian dalam freezer. untung tadi colokan kulkas sudah dicopot. es yang beku sudah mencair. aku ambil ember baru untuk meletakkan bahan pangan dari dalam freezer. aku buang makanan-makanan yang sudah berjamur. masih banyak sebetulnya makanan yang bisa diselamatkan, tapi kak nita menyimpannya sembarangan. asal dijejalkan.
aku tanya di mana kak nita menyimpan plastik. dia bilang dia enggak punya. akhirnya aku lari keluar ke toko kelontong yu rusmin dan beli dua bungkus plastik kiloan.
aku benci lihat orang menyia-nyiakan makanan.
setibanya di rumah kak nita, aku kemas ulang makanan-makanan dalam freezer. aku buang plastik pembungkus yang lama, yang sudah enggak jelas bentuknya. aku pisah-pisah makanan itu. sayuran pipil jagung, wortel, buncis sekarang tampak pas dan manis dalam kemasan baru. demikian pula sosis cocktail yang kecil-kecil, nugget, otak-otak, dimsum, es bonbon dan pie beku. semuanya aku letakkan dalam baskom. pekerjaan mengemas makanan beku sudah selesai.
aku kembali ke freezer dan mencuci dalamnya. aku perlu 3 buah lap untuk membersihkan freezer jorok itu. aku seka bagian dalam freezer kemudian aku lebarkan lap di atas genangan yang terbentuk supaya terserap cairan busuk itu ke dalam lap. air daging yang kotor dan kotoran-kotoran lain dalam freezer begitu banyak. lap untuk menyeka cairan busuk tak aku gunakan lagi, langsung aku masukkan ke dalam ember, aku bilas berkali-kali supaya hilang cairan busuknya, setelah itu aku ganti air dalam ember, beri detergen untuk merendam lap, kubiarkan sementara dan pergi melanjutkan mencuci kulkas.

aku jadi terpikir, membaca orang sangat mudah sebenarnya. lihat saja isi kulkasnya.
makanan beku yang tadi kukemas ulang semuanya makanan siap beli. sementara freezer-nya penuh air darah. itu berarti betul-betul sudah berbulan-bulan kulkas dibiarkan begitu saja, mereka betul-betul membiakkan kuman-kuman. kejengkelanku bertambah-tambah ketika teringat anak-anaknya diberi makan makanan seperti itu.
heran, ada orang semenyedihkan itu. dia sudah tua, kalau pengen cepet mati ya terserah. tapi anaknya kan enggak pernah minta untuk dilahirkan. dia enggak ngerti bagaimana caranya jadi orangtua, enggak siap. orang jenis ini bahaya. kasihan anak-anak yang sudah terlanjur lahir itu. sederhana saja, anak kecil dikasih makanan beku tiap saat, dibiarkan main tanpa pengawasan, menyerahkan anak supaya dididik pembantu rumah tangga, enggak terlibat dalam tumbuh kembang mereka.
ku pikir dia enggak pantas jadi ibu, dia enggak ngerti harus ngapain, dia betul-betul persis bayi yang enggak ngerti harus ngapain, bayi tua. anaknya udah dua tapi enggak pernah diurus, ini membikin sedih dan prihatin. sebabnya dia punya akses lebih untuk membikin dirinya dan anak-anaknya jadi orang terdidik. melihat balita dibiarkan begitu saja seada-adanya itu membikin gemas, orangtuanya ngapain selama ini. pembantunya juga ganti ganti terus, sekarang dia enggak punya pembantu, enggak ada yang mau kerja di situ. dia tahu dia hamil, tapi makanan dia kalengan semua dan kulkasnya jorok banget.
aku enggak tahu apakah kak nita tahu, yu rusmin sering cerita kalau orang-orang di kompleks sering ngomongin kak nita. aku enggak pernah memancing yu rusmin untuk cerita banyak, dengan sendirinya tanpa disuruh dia akan  meletup-letup membicarakan kak nita, antara gemas dan jengkel.
suara kak nita masih terdengar dari kejauhan. bagus lah dia gak dekat-dekat aku, daripada aku terganggu dan dia juga enggak ngerti mesti ngapain, lebih baik dia jauh-jauh saja ngurusin urusannya sendiri.
aku seka bagian dalam freezer yang kini telah kering tapi masih meninggalkan bau busuk dengan tissu dapur –  aku malas cuci-cuci lap dan ember lagi, nambah-nambahin kerjaan. setelah itu baru aku sikat pelan-pelan dengan sabun. aku cuci dan bilas berkali-kali supaya bersih dan hilang kumannya. kemudian aku seka lagi dengan tissu dapur, memastikan freezer tersebut betul-betul kering. dan demi tuhan aku hampir muntah saat mengerjakan pembersihan freezer. aku enggak tahu gimana rasanya jadi kak nita, cuek bebek kayak gitu. pemalas dan egois.
perlu dua setengah jam untuk ngebersihin kulkas kak nita. aku tata lagi rak-rak pada tempatnya. aku masukkan lagi makanan yang masih bagus, bumbu-bumbu dalam botolan dan minuman kaleng ke dalam kulkas. semuanya aku tata rapi supaya mudah terlihat dan mudah diambil. freezer juga aku isi lagi dengan makanan beku yang tadi sudah ku ganti dengan kemasan baru.
bersih-bersih kulkas hari itu membuang seember makanan busuk. untungnya makanan busuk itu tadi langsung kubuang dalam plastik-plastik belanja, jadi aku enggak perlu cuci embernya. aku buang makanan busuk tadi ke halaman depan dan mengutuk dalam hati orang bodoh yang tak bisa mengelola rumah tangga.
kak nita tanya apakah aku masih ada waktu siang ini. aku sebenarnya bisa saja menjawab enggak, tapi setelah lihat wajahnya, terus terang aku kasihan banget.
kak nita masih memperhatikan aku dengan wajahnya yang cemas, aku tahu ia enggak jahat, minimal ia tak tahu kalau sedang jahat dan keji terhadap dirinya sendiri karena membiarkan dirinya tak tahu banyak, membiarkan hari-hari berlalu begitu saja, enggak ada upaya untuk mencoba mengisi dirinya, enggak coba mendidik diri sendiri.
aku jadi teringat yu rusmin, dalam banyak hal, kak nita lebih beruntung. tapi yu rusmin lebih gigih, lebih punya semangat untuk bertahan hidup, lebih punya greget untuk mengatasi hidup yang sulit, lebih mau mengisi hidupnya dengan hal berguna. dia punya cita-cita dan mau berlelah-lelah menghadapi itu.
di depanku ini ada perempuan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkembang ketimbang yu rusmin tapi tak mau menggunakannya. aku memperhatikan dia. mungkin dia tahu dia tak cekatan dan enggak ngerti bagaimana mengelola dirinya sendiri. mungkin dia sudah melakukan banyak hal sesuai kemampuan dia dan sadar bahwa dirinya sangat terbatas. mungkin dia sering kecewa juga ketika menyadari dirinya tak sepandai yang dia inginkan dan hanya merepotkan orang lain, mencelakakan orang lain. mungkin akunya saja yang kebetulan lebih tahu dan merasa gemas serta jengkel melihat hal itu, tapi aku juga tahu enggak boleh ngata-ngatain orang bodoh, jadi perasaan jengkelku tetap aku simpan dalam hati, mendumel sendirian sambil mendoakan supaya anak-anak yang terlanjur lahir itu enggak seperti ibunya. enggak pernah aku ngatain kak nita bodoh di hadapan dia. sebodoh-bodohnya orang, dia tetap perlu dihargai dan dibantu. 


“mau dibantuin apa lagi kak?” akhirnya itulah yang keluar dari mulutku. dia girang banget waktu tahu aku masih punya waktu buat dia. aku balik lagi ke dapur dan sibuk beres-beres lemari dapur. isinya penuh dengan makanan-makanan kering yang berceceran : aneka pasta, mie dan bihun instant, bumbu-bumbu import, tepung-tepung, biji-bijian seperti jagung, kacang merah, kacang hijau, kedelai, oatmeal, makanan kaleng yang bisa disimpan di luar kulkas, semuanya kotor dan berdebu. diletakkan asal-asalan. aku sampai bersin-bersin.
aku ambil kursi buat ancik-ancik dan beres-beres isi lemari. semua makanan aku keluarkan, aku lap dan aku kemas ulang setiap makanan yang sudah terbuka dari tempatnya. kak nita enggak sedia karet gelang, akhirnya aku lari lagi ke toko kelontong yu rusmin dan beli seperempat kilo karet gelang. aku sibuk mengemasi ulang makanan-makanan itu. plastik yang aku beli betul-betul habis untuk pengemasan ulang, padahal tadi ketika di beli kupikir akan sisa banyak. setelah beres, lemarinya aku bersihkan. aku tata ulang makanan itu seperti penataan di supermarket. rapi banget.
lantai dapurnya juga sekalian aku sapu dan pel, supaya bersih dan bebas kuman. rendaman lap kotor bekas mengelap freezer busuk yang kuletakkan sementara di ember aku cuci bersih kemudian ku jemur. aku tahu kak nita enggak ngerti hal-hal seperti ini. membiarkan lap itu ngejogrok di dalam ember, hanya membikin sampah baru. karena kak nita enggak akan mencucinya, dan dia sendiri enggak tahu kenapa ada benda itu di sana. jadi, karena sudah niat membantu, ku kerjakan semua yang perlu kukerjakan.
aku tahu kak nita enggak akan ngeh dengan tanggal kadaluarsa, karena setiap beli makanan dia cuma meletakkannya saja. itu bikin aku jengkel. dan jengkelku jadi dua kali, sebabnya dia juga pernah kuliah. maksudku, mosok orang sudah kuliah itu masih bodoh, buat apa kuliah.
 orang kuliahan yang enggak ngerti tanggal kadaluarsa, batinku dalam hati, isi kepalanya apa sih.  apa dia tahu tentang jejak karbon, apa dia sadar setiap kali membuang makanan berarti dia punya andil dalam merusak bumi, ahh dia pasti enggak ngerti. wong tanggal kadaluarsa aja dicuekin begitu. jengkel banget, padahal dia orang lain, kalau dipikir dia mau mati atau enggak, anaknya keracunan atau enggak, bukan urusanku. tapi bagaimana pun juga aku manusia yang punya perasaan sedih, kalau ada orang lain bodoh, aku sedih, kalau mereka celaka karena bodoh, aku sedih.
aku perhatikan kak nita. aku membayangkan bagaimana seandainya aku itu dia dan dia itu aku. perasaanku terombang-ambing.
dia jadi keji sama diri sendiri. dia jadi lupa kalau ada banyak hal yang bisa dipelajari untuk mengisi diri sendiri, mendidik diri sendiri. aku prihatin sama kak nita, aku juga enggak tahu bagaimana cara memberitahu dia. secara ekonomi dia mampu, dia bisa beli majalah tentang pengasuhan anak, kalau tak mampu beli majalah ada tabloid dengan genre yang sama (harganya lebih murah) soal pengasuhan anak supaya dirinya tercerahkan dan timbul kesadaran. dia juga bisa belajar masak makanan sehat ketimbang terus masak kalengan dan awetan. ada perbedaan mendasar antara dia enggak bisa karena enggak mampu dengan dia enggak bisa karena enggak mau. aku cuma bisa prihatin.
selama beres-beres lemari dan mengepel lantai dapur kak nita masih asik ngobrol, enggak tahu dengan kawannya yang mana lagi, enggak ngurusin juga. ini membikin gemes sebetulnya. akhirnya ketika pekerjaan itu selesai aku bilang sama dia tentang peletakan bahan makanan di lemari. aku kasih tahu mana yang mesti dimasak duluan karena tanggal kadaluarsanya sudah mendekati.
aku pulang hari itu dengan seplastik besar sayuran kisut dan kempot. harusnya sayuran itu dibuang ke tempat sampah. tapi sesampainya di rumah sayuran itu aku cacah dan aku buang di wadah tempat kompos. aku memang membuat kompos sendiri untuk kebun dapurku. kalau sayuran tadi aku buang ke tempat sampah, akhirnya cuma terbuang di tempat pembuangan sampah sementara. jadi lebih baik aku selamatkan untuk dibikin pupuk.
sambil merajang sayuran aku memikirkan kak nita. sebetulnya aku merasa bersalah karena hampir selalu ikutan jengkel dan melabelkan dia sebagai perempuan bodoh dan pemalas karena tak terampil mengurus rumah tangga. aku jadi seperti kebanyakan orang yang lupa bahwa seburuk apapun dia, pasti masih ada sikapnya yang baik, yang seharusnya diapresiasi.
dua minggu setelah hari itu kak nita lahiran. aku lagi ada di luar kota, ada acara live in dari sekolah, pergi ke magelang.  hari ini aku pulang dan baru sempet nengok kak nita di rumahnya.
dia kasih nama anaknya persis namaku.
**, ujarnya..
“cuma kamu satu-satunya orang yang masih tulus dan enggak pernah sinis sama aku.”
hatiku sesak, rasanya seperti dihantam gada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar