Kamis, 02 Mei 2013

curcol, beauty in everything


terus terang saya enggak ngerti gimana caranya memulai tulisan ini. ada banyak random thoughts berseliweran dalam benak saya. sudah limabelas menit saya mengetik di laptop, setiap selesai 1 paragraf saya hapus lagi, begitu seterusnya sampai akhirnya saya memutuskan akan menuliskan apa saja yang terlintas di benak, sampai luber-selubernya tanpa perlu saya baca lagi kecuali di akhir titik tulisan kali ini. 

well, sabtu ini saya gak mandi selama 38 jam karena asik ngejogrok di kamar, merhatiin detail dan hal-hal lain berkenaan dengan fashion. karena kamar saya yang dingin dan harum lemon itulah saya betah gak ke mana-mana, sungguh surga dunia dan saya bersyukur masih bisa merasakan kenikmatan ini. nikmat saya tulus dan sungguh-sungguh. dalam laptop saya selain terdapat data-data tulisan tentang filsafat, hak asasi manusia, politik dan film-film festival, juga penuh dengan musik dari beragam genre, fotografi jurnalistik, fotografi kulinari dan foto fashion. saya senang diri saya yang seimbang. kadang saya super serius dengan tulisan saya, dengan pencapaian-pencapaian saya (sering merasa kewalahan karena dangkal sendirian...karena otak saya itu seperti galaksi yang tak akan pernah cukup serta muat untuk segala macam pengertian) kadang saya santai dan membiarkan diri bodoh sejadi-jadinya dengan banyak pertanyaan bodoh yang justru memancing saya dengan banyak ide gelembung sabun. 



karena mata lelah sepanjang hari berada di depan laptop itulah akhirnya saya memutuskan keluar kamar dan menemukan bahwa hari telah berganti. anak anjing saya yang usianya baru sebulan dan telah 10 hari tinggal di rumah bapak ibu mulai lucu dan gembul, gak bisa berhenti makan dan selalu ngajak bermain. di tengah-tengah kesibukan tak penting itu karena enggak ada acara keluar rumah sabtu ini - biasanya saya main ke TIM ngecek ada tontonan apa di Kineforum atau datang ke acara gratisan di Jakarta - akhirnya ngejogrok lagi di depan komputer keluarga dan internetan.

 saya sudah lama gak karaoke di inul lagi, karena udah ngerti susah cari duit, dan milih karaokean di youtube atau kamar mandi.

Manda hari ini juga gak ke mana-mana dan mulailah seperti biasa kami ngobrol. kami temenan sejak SMP. dan saya juga geli sendiri mengingat betapa tahun-tahun telah berlalu. kalau dulu kami ngobrolin westlife, pengayaan, serta apa-apa saja yang ada di majalah gadis serta kawanku, sekarang obrolan kami yang ringan-ringan seputar dapur dan penghematan fashion. kami percaya bukan bajunya yang mahal, karena attitude dan cara kami memandang dunia jauh lebih penting, yang kasat mata itu cuma price tag, dan apa yang ada dalam diri ini lebih penting, punya harga diri, punya kadar kemanusiaan yang baik, tidak keji dan dangkal, tenang serta berpikiran terbuka, itu udah modal awal banget untuk paham rasanya jadi manusia.




saya dan manda sekolah di smp yang sama. kemudian sma kami beda sekolah meski tiap minggu masih selalu ketemu untuk hang-out di mall, agenda rutinnya adalah curhat atau nonton bioskop. kuliah kami pun beda tempat tapi masih selalu ketemu ketika kangen, masing-masing punya kesibukan sendiri dan kawan-kawan baru tapi tetap kontak satu sama lain. ketika selesai kuliah, manda menikah dan tinggal di singapore sementara saya di jakarta berjuang dalam rehabilitasi paska operasi yang sulit, kami terus ngobrol dan chatting dalam kolom chat facebook, masih saling menyemangati. manda sering bolak-balik jakarta singapore dan nemenin saya menemukan diri sendiri kembali paska rehabilitasi yang sulit, nemenin saya ke museum – hal yang sangat saya suka, sejarah serta museum, serta banyak obrolan-obralan ringan yang bikin hari-hari sulit itu dapat diselesaikan dengan tenang. hari-hari berlalu demikian cepat, kami yang dulu remaja imut sekarang bertransformasi jadi perempuan dewasa yang masih membawa harapan-harapan remaja, supaya hidup yang katanya sulit ini bisa kami genggam lewat bahagia-bahagia kecil hari ini yang ditawarkan semesta.

begitulah.

saya merasa tak pernah bisa bayar hutang kepada internet, sebabnya karena internetlah kita semua terkoneksi satu sama lain. selain busuk-busuk yang berseliweran di semesta maya, kita semua juga punya pilihan-pilihan untuk memilih apa saja yang mau kita serap untuk meningkatkan diri sendiri, tergugah untuk hal-hal baik, membiakkan kreativitas untuk hidup yang lebih bermutu. seriously, sebagai orang yang punya akses lebih, salah satu cara paling sederhana yang dapat saya lakukan adalah dengan berbagi, sebab saya percaya dalam berbagi ada sesuatu yang ditularkan. barangkali ketika pemahaman dan kesadaran kemanusiaan itu tumbuh masing-masing kita dapat lebih jernih serta tenang menghadapi segala sesuatu, tak lagi keji, dangkal, buas serta bengis, sama-sama bertumbuh dalam kematangan berpikir tentang esensi hidup. dan di indonesia banyak orang baik..saya percaya, kalau mereka tidak baik, demi tuhaaann (bukan ngikutin eyang subur lho) menyedihkan sekali ya membiarkan setan merajai diri sendiri..

well, minggu lalu saya cari kampus baru, rencananya saya mau kuliah lagi, semoga lancar dan jadi kenyataan. selepas cari rute angkutan termudah yang dapat saya tempuh, saya dengan ibu dan kakak sepupu jalan-jalan ke mall besar di jakarta. keluar masuk toko lihat-lihat pakaian dan aksesoris langsung terbersit di dalam benak bahwa saya merasa beruntung. sebabnya saya enggak perlu terlihat keren karena beli brand, menghadiahi diri sendiri dengan barang-barang mewah mungkin baik untuk orang lain dan itu hak setiap orang, siapa yang dapat melarang dan mencegahnya.

dan justru karena itu saya merasa bersyukur karena kebutuhan fashion saya tak menjadikan saya terobsesi untuk memiliki barang-barang mahal – oh ya btw, murah dan mahal itu relatif dan saya tak dapat memberikan definisi pembandingnya dalam tulisan ini. pokoknya bagi saya selembar kemeja seharga 599ribu itu mahal. itu saja.



sebabnya dengan uang 599 ribu saya dapat melakukan 10 - 16 proyek refashion atau 10 - 16 baju baru tergantung rumitnya pengerjaan refashion itu sendiri. modal untuk refashion 16 baju itu paling-paling enggak sampai 200ribu, dan 400ribu sisanya untuk ongkos vermaak seorang bude yang senang karena bisa dapat sedikit tambahan uang jajan ketimbang bengong saja di rumah, ia dan saya sama-sama mengaktualisasi diri. saya yang menentukan desain serta pola sementara si bude yang menggunting dan menjahit, sungguh asik. saya rasa dengan alasan itulah saya memilih refashion, bukan karena saya tak mampu menghadiahi diri sendiri dengan sebuah kemeja yang ‘mahal’ menurut cara saya berpikir, tapi saya merasa ketika ada sesuatu yang dapat dibagi, akan ada orang-orang lain yang terbantu, selain saya sendiri juga sangat terbantu dengan hasil proyek refashion. 

(tuh kan saya lupa, mereka yang bisa beli baju seharga 600ribu itu saya yakin deh juga banyak menularkan kebaikan, soalnya gampang ngeluarin uang...mudah-mudahan.)

rasanya kok saya jahat ya bisa beli baju mahal sementara ada orang lain makan aja susah. pergolakan batin dan sentuhan moral macam inilah yang selalu mengingatkan untuk hidup sederhana. saya juga percaya bahwa bahagia lebih asik enggak dinikmati sendiri. 



karena itu ketika melihat price tag sebuah syal sederhana seharga 100ribu saya membayangkan seorang perempuan yang tak saya kenal, entah siapa, dengan kemampuan menjahit, tengah menjahitkan kebutuhan berbusana bagi keluarganya, membagi pengeluaran antara kebutuhan hidup sehari-hari, kebutuhan pangan, sandang serta biaya sekolah yang tak murah. mereka luar biasa. ibu-ibu itu juga bapak-bapak (saya kenal seorang bapak yang jago menjahit. ia menjahitkan daster-daster bagi anak-anak dan cucunya, betapa indah, dan selera busana keluarga itu baik, anak-anak itu gak canggung pakai dress sederhana dengan tambahan obi serta cardigan untuk dikenakan bepergian serta kuliah) telah menularkan kecintaan dan penghargaan terhadap hidup. 

ibu saya tak bisa menjahit, kalau pun bisa ia pasti tak punya waktu untuk menjahit. karena itu saya bangga sekali terhadap manda yang bisa dan mau jahit baju sendiri. bayangkan berapa penghematan yang bisa ia simpan, dan saya percaya, setiap ada kelebihan yang kita miliki ada banyak kebaikan-kebaikan kecil juga yang dapat kita bagi karena merasa bersyukur masih dapat hidup.

ibu saya sering bilang, kadang-kadang saya perlu menulis tulisan teknis, bukan untuk menggugah kesadaran oranglain melainkan lebih sebagai pengingat terhadap diri sendiri, tentang apa-apa saja yang masih dapat saya lakukan dan kerjakan. bayangkan, kalau kamu bisa refashion atau menjahit pakaian sendiri dan punya kelebihan uang, akan ada satu anak yang bisa kamu bantu bayarkan uang sekolah, entah sebulan entah setahun, pasti ada. ada detergen atau beras yang bisa kamu bagi untuk tetanggamu yang kurang mampu, atau membelikan buku-buku pada acara book fair (supaya lebih hemat) untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan, dan banyak lagi seribu satu kebahagiaan kecil yang dapat kita tularkan. berbuat baik kan gak perlu nunggu datangnya hari raya.

jangan bersedih bila merasa tak ada yang dapat kita bagi, serius.. membagi waktumu untuk orang lain, menulis artikel yang baik untuk dipublish di semesta maya, itu adalah hal-hal indah yang dapat kita tularkan selama masih hidup. membantu temanmu yang kesulitan mix and match baju misalnya itu juga hal baik lho, jadi personal style assistent.

oh ya mumpung ingat saya baru sadar karena dipublish di semesta maya, publik-nya tentu beragam dan mungkin ada teman-teman muda yang masih suka bullying karena merasa keren, hmm, kamu enggak keren dengan bullying dan melecehkan orang lain. bullying buruk karena melukai. humor gelap itu gak lucu karena melukai. dan kamu sama sekali enggak lucu ketika memilih jadi orang-orang keji. sebabnya ada banyak hal yang lebih berarti yang dapat kita gunakan untuk memperindah diri sendiri. kamu perlu jatuh cinta pada diri sendiri dengan cara yang lebih manusiawi. 

suatu kali waktu saya muda ada seseorang menertawakan gaya berbusana kawannya. hal itu tentu menyakitkan hati. anak itu barangkali lupa bahwa gak semua orang seberuntung dirinya yang punya kesempatan memiliki baju-baju bagus. kalau kamu ketemu seseorang yang gaya berbusananya buruk menurut pendapatmu – berapapun usia dia, mungkin itu terjadi bukan karena selera dia buruk, itu bisa saja terjadi karena dia tak seberuntung kamu yang punya banyak benda-benda indah. atau dia memang jarang terpapar dengan hal-hal yang fashionable meskipun punya dana untuk itu. bukan ejekan yang ia perlukan, tapi penghargaan bahwa setiap orang punya hak-nya yang sama untuk sama-sama hidup di dunia.



ini kisah nyata dan siapapun mungkin pernah mengalami hal ini, enggak punya baju yang pantas untuk dikenakan dalam beragam kesempatan enggak bikin kamu terlihat buruk. percaya deh, jangan terlalu dipikirin, punya attitude yang baik, dan caramu memandang dunialah yang bikin kamu kelihatan okaay.. kamu itu one in a million. begitu kamu kenal dirimu sendiri, kamu akan tahu harus ngapain, dan indah lho ketika kita sudah tahu mau ngapain sama hidup. kata ibu saya, pergulatan diri itu baik untuk menemukan pemenuhan diri. canggih kan ibu saya...

 lewat ibu saya, akhirnya saya sadar dan paham bahwa bahagia itu enggak usah yang muluk-muluk, justru karena bisa merasakan bahagia-bahagia kecil setiap hari, hidup kita akan makin penuh. dan orang yang bahagia waktunya berharga, selalu ada rencana untuk dijalankan, untuk dilaksanakan, mereka enggak menunda-nunda segala sesuatu.

saya ingat masa awal kuliah waktu sering mampir ke pasar baju bekas senen, biasanya hari jumat karena jam perkuliahan lebih cepat sehingga saya dan beberapa teman punya waktu lebih luang untuk jalan-jalan. menurut teman saya yang fasih banget sama kebiasaan di sana, kami baiknya datang hari jumat, sewaktu bal-balan karung pakaian itu baru dibuka dan masih bisa milih yang terbaik dari karungnya dengan harga yang lebih miring ketimbang hari sabtu minggu. pengalaman belanja di sana sungguh seru dan asik bagi saya. 

kalau saya coba menelusuri kenangan masa lalu itu, apa yang jadi motivasi saya belanja ke pasar senen sama sekali tak berhubungan dengan ketakmampuan saya secara finansial, uang jajan saya lebih dari cukup soalnya, maksudnya saya merasa enggak susah untuk bisa kuliah. motivasi saya yang dulu mungkin tak sempat dipikirkan dalam-dalam dan pelan-pelan lebih ke sebuah jawaban ‘kenapa enggak?’ 
 

betul.. kenapa enggak ke senen, wong saya bisa, dan saya enggak malu, apa yang salah sama diri saya memangnya dengan belanja ke senen. saya kan gak menjijikkan karena beli barang bekas. mereka yang menggadaikan akal sehat dengan memilih korupsi – misalnya – itu justru menjijikkan buat saya, sebabnya mereka melakukan banyak sekali pembunuhan dengan korupsi, mengapa pembunuhan, bayangkan berapa juta manusia indonesia dihilangkan hak-nya, terus dimiskinkan dan dibodoh-bodohi.



 bagi saya yang waktu itu masih umur menjelang 20, bisa jalan-jalan ke senen itu keren, sebabnya saya bisa menghemat banyak. kalau saya bisa menghemat banyak untuk kebutuhan fashion, maka saya bisa jalan-jalan ke tempat-tempat yang lebih jauh tanpa harus minta uang tambahan lagi, bisa beli buku lebih banyak dan bisa ikut macam-macam kegiatan karena uang jajannya enggak habis-habis. saya mensyukuri hal itu.

 tentu saya enggak ingat pakaian apa saja yang saya beli di pasar senen, buku, musik, serta film apa yang pernah saya nikmati, tapi semua itu membentuk saya hari ini. bagi saya, pencapaian hidup tak perlu muluk-muluk, kalau orang lain mau muluk-muluk ya enggak masalah, tapi bagi saya, kita bisa bertahan hidup hari ini saja sudah hebat, serius. 

dan kalau kamu masih bertahan hidup hari ini, itu saja sudah hebat, serius. semesta selalu dengar apa yang kita batin, mungkin memang gak sekarang – nunggu kita siap dengan cara berpikir yang baru, rasa syukur yang enggak rapuh dan ketabahan menghadapi pergulatan hidup. nanti waktu saatnya datang, kita akan tahu sendiri kok perasaan lega itu, rasanya personal, cuma kamu yang ngeh dan ngerti.


 seperti perasaan senang ‘personal’ yang saya alami ketika menemukan scarf  lebar berbentuk bujur sangkar asli buatan prancis dijual seharga 10ribu 3 di pasar senen, scarf itu saya gunting dan saya jadikan syal. 

sebetulnya berapa banyak baju sih yang kita perlukan buat gonta-ganti?  itu yang saya katakan terhadap diri sendiri ketika akhirnya ‘lebai’ melakukan proyek refashion. setelah 3 tahun ber-refashion saya akhirnya punya 2 lemari baju hasil refashion. buat saya ini lebai dan saya enggak lagi merasa senang. buat apa lagi? hal ini mengusik saya. saya kepingin bahagia ketika bisa mix and match pakaian-pakaian saya. dan terlalu banyak enggak bikin saya bahagia serta antusias lagi. saya harus berhenti. dan memang itu yang saya lakukan. pakaian refashion saya cukup untuk kebutuhan fashion lima hingga 7 tahun ke depan, saya percaya, sebabnya saya bukan seseorang yang terperangkap trend, saya lebih suka diri saya yang nyaman dengan pilihan saya berbusana. katakanlah enggak sesuai sama selera jaman, saya sih gak peduli, sebabnya saya suka diri sendiri, dan saya percaya alternatif itu perlu, kalau hidup cuma mainstream aja, ngapain.

bisa sampai tujuh tahun gituhh? bisalah kenapa enggak. pakaian yang saya refashion itu juga pakaian ibu, bapak dan kakak saya yang udah nunggu 2 dekade, serta pakaian saya sendiri yang menunggu 1 dekade. ibu saya itu orang yang rapi, tertib, disiplin dan teliti. dia mendidik saya dengan banyak hal baik. salah satu yang mendarah daging adalah kemampuannya merawat pakaian. baginya merawat pakaian adalah bagian dari mensyukuri alam, dan ini sama sekali enggak berlebihan. mencuci dan menyetrika pakaian sendiri itu asik, sebabnya kita sendiri yang kontrol baju-baju tersebut, kalau diserahkan ke pembantu, terus terang saya sering kecewa, jadi memang lebih baik dikerjakan sendiri sehingga tahan lama, kalau mau direfashion lagi di kemudian hari,kainnya enggak lapuk. 

uwwihh...ternyata saya sudah nulis banyak yaaa... kalau kamu masih bertahan untuk nerusin baca ini, terimakasih sudah mampir.

well, saya suka pakai dress, tapi bukan terusan. perempuan plus size seperti saya enggak cocok pakai terusan, sebabnya bikin perut enggak bebas, ini tentu saja pendapat pribadi. karena itu saya suka dress two pieces. 

bayangkan kamu punya 3 rok dan 3 atasan, maka kamu akan punya 9 dress untuk gonta-ganti berbusana. nah karena alasan ini jugalah saya lebih suka punya banyak rok dan atasan ketimbang banyak dress, lebih bisa mix and match busana soalnya. kalau kamu punya 7 rok dan 10 atasan, hayoo itung sendiri jadi berapa dress.

setiap kali punya rok dan atasan saya selalu pikirkan warna pelangi biar saya bisa mengoptimalkan mix and match dalam berbusana. menemukan jembatan keledai ini juga gak sengaja karena saya keseringan browsing foto-foto fashion dan tiba-tiba muncullah moment mak jegagig.. moment ini saya suka, karena membikin saya punya kesadaran baru dan bisa ngomong : ohh...begitu, kenapa enggak terpikirkan sejak dulu...

okaay..mari kita jembrengin warna pelangi. sebetulnya lebih asik kalau kamu membikin lingkaran berisi warna-warna pelangi.

biar mudahnya saya ketik seperti ini ya : merah – jingga – kuning – hijau – biru – nila – ungu 

nah, untuk mix and match baju, kamu bisa lompat 2 hingga 3 warna ke depan atau mundur 2 atau 3 warna ke belakang. soal warna, kamu juga bisa ambil warna turunannya / warna pastelnya, tentu warnanya juga enggak harus polos, kain bercorak pun bisa di mix and match seperti ini asal ngikutin warna backgroundnya.
misalkan warna merah cocok di mix and match dengan warna kuning, hijau, biru. maka warna pink pun cocok dengan hijau dan biru. demikian pula biru pastel cocok dengan pink.

coba lagi ya, warna ungu cocok dengan jingga, kuning, hijau, biru. demikian juga warna pastelnya.
orange atau jingga cocok dengan warna hijau, biru, ungu.

kalau warna-warna alam seperti abu-abu, coklat, hitam, putih, krem,  buat saya sih cocok-cocok aja dengan warna-warna pelangi. kalau susah ngebayanginnya coba cek aja warna-warni batik modern, warna apa aja yang ada dalam selembar batik modern, kamu catet dan dan kalau pas di mata mu, berarti kombinasi warna itu cocok untuk diikutin.



kalau sudah dapat pegangan itu sekarang kita beralih ke barang wajib punya dalam lemari baju. tak perlu banyak-banyak, cukup selalu baik. tapi apakah cukup itu? buat saya cukup itu enggak lebai dan waras.. hoohhoooiii...

barang wajib punya yang ada dalam lemari baju saya adalah  outer nuansa putih dengan lengan sesiku (entah cardigan atau blouse berkancing tanpa kerah atau kemeja putih berkerah) dan daleman nuansa putih ( entah kaos putih polos atau tank top atau kamisol dengan ribuan jenis aplikasi pemanis). paduan outer dan daleman ini cocok untuk di mix and match dengan macam-macam bentuk serta gaya rok, macam-macam motif dan corak rok.  karena badan saya plus size, saya suka outer dikenakan tak berkancing, supaya ada efek melambai-lambai. tentu saja tampilan seperti ini manis dengan menambahkan kalung yang super simpel dengan bandulan kecil, atau korsase agak besar yang disematkan di dada, atau syal yang digunakan dengan macam-macam gaya. itu barang wajib saya di lemari. 

barang wajib saya yang kedua adalah rok bernuansa hitam dan outer bernuansa hitam. sebabnya dari dua pakaian ini saya tinggal tambahkan daleman apapun warna dan coraknya dan jadi dress baru. dalemannya bisa kamisol aneka corak dan warna, kaos aneka corak dan warna, blouse aneka corak dan warna, kemeja berkerah aneka corak dan warna. bahkan daleman hitam pun masuk dan jadilah 1001 tampilan baru. tambahkan bros sebagai pemanis, atau syal yang diikat di rambut menyerupai bandana, syal yang sama juga bisa dililitkan sebagai obi dengan peniti bros cantik besar. 

hal ini juga berlaku untuk rok bernuansa putih dan outer bernuansa putih. tinggal tambahkan daleman apapun corak dan warnanya, bahkan daleman putih pun masuk dan jadilah 1001 tampilan baru.

dan jangan lupa, paduan rok hitam, dengan outer putih dan daleman aneka macam itu juga bikin kamu punya dress baru. masih ada lagi, rok putih dengan outer hitam juga bikin kamu jadi punya dress tambahan.
barang wajib saya yang lain adalah outer chambray, saya suka denim warna biru langit. satu kemeja itu bisa melengkapi kamu gonta-ganti baju dari hari ke hari.

jadi misalkan, kamu punya 1 rok hitam, 1 rok putih, 5 rok warna dan corak lain, 1 outer hitam, 1 outer putih, dan 5 daleman aneka corak, maka kamu akan memiliki ....  dress (hayoo ambil kalkulator...ahahahaa)
gillee...banyak ternyata kan. 

apalagi kalau kamu punya 3 syal, 3 kalung, 3 korsase dan 3 bros.

cukup kok, serius, berapa banyak sih emang baju yang harus kita punyaaa..



ahh..saya selalu suka website anthropologie, dari sanalah saya dapat banyak sekali inspirasi berbusana dan inspirasi refashion. kalau kamu seorang yang kepo macam saya (believe me, sometimes, somehow kepo itu penting banget) cek ke google images dan ketik anthropologie cardigan archive, atau antropologie blouse archive dan kamu bakal nemu ribuan inspirasi baru, download deh. jadikan panduan fashion, keren deh..
terimakasih sudah mampir.

until then berkah dalem..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar