bila holly golightly pernah bertutur : “Aku ingin tetap menjadi diriku sendiri saat terbangun pada suatu pagi yang cerah dan sarapan di Tiffany’s”,(breakfast at tiffany - truman capote).
saya merasakan perasaan yang mirip, bukan tentang
tiffany, melainkan tentang anthropologie. saya tergila-gila pada desain-desain
pakaian anthropologie.
ada banyak brand muncul dalam website anthropologie,
semuanya (herannya) saya suka. tak ada yang buruk di mata saya. rasanya luar
biasa menyenangkan, duduk di depan layar komputer dan mengecek satu demi satu,
mendownload satu demi satu, desain-desain pakaian yang ciamik itu. saya merasa
luar biasa hidup, bahagia, tenang dan nyaman. agak aneh juga rasanya, seorang
manusia bisa merasakan emosi sekompleks itu hanya karena melihat
pakaian-pakaian terpampang di layar komputer. kadang saya bertanya, apakah saya
gila.. kok ngefans sampai separah itu.
kemudian saya sadari, bukan gila, melainkan terinspirasi.http://www.anthropologie.com/anthro/index.jsp
saya jadi teringat belasan tahun silam. waktu itu ada
proyek teater di sekolah saya, seorang musisi bass yang saya idolakan, latihan
bersama choir. dia selalu datang dengan menenteng novel sybil – gadis dengan 16
kepribadian, di sepanjang perjalanan kami menuju pementasan. saya yang saat itu
berusia 15 tahun langsung pergi ke perpustakaan sekolah dan meminjam sybil.
awalnya supaya punya bahan untuk ngobrol bareng bila semesta mempertemukan
kesempatan itu. ternyata saya justru terpesona dengan sybil dan membaca dengan
perasaan ngeri serta buntu setiap kalimat yang ada di novel tersebut. gara-gara
sybil itu pulalah saya lupa sedang naksir seseorang. perasaan takut split
personality bikin saya ngeri-ngeri seneng dengan apa yang sedang saya baca.
saya sampai bikin jembatan keledai untuk menemukan ciri dan karakteristik 16
kepribadian yang ada dalam tubuh sybil untuk membantu saya mencerna pengertian
yang retak di sana sini.
di kemudian hari, saya senang sekali mengamati
orang-orang, jadi observer untuk banyak
hal, memang gak ada yang menyuruh, tapi rasanya belum lengkap bila jawaban akan
rasa penasaran saya belum penuh.
agaknya karena punya kebiasaan suka pada detail dan
mengamati banyak hal itulah yang membikin saya super telaten dan cermat
mengamati desain-desain pakaian yang terpampang di website anthropologie sejak
tahun 2011. karena merasa butuh dan perlu, saya banyak meluangkan waktu tak
hanya menyambangi website tersebut, tapi juga mencari di google image, apapun
yang berhubungan dengan desain anthropologie.
tak hanya desain di masa sekarang yang saya cari, tetapi
arsip-arsip desain di masa lalu juga saya ubek-ubek, saya betul-betul kepingin
tahu pakaian apa saja yang pernah mereka buat. setiap kali menemukan satu
desain pakaian yang detail pengerjaannya, saya bersorak dalam hati dan
mengumpat perlahan, sebabnya karena merasa senang dan bersyukur.
tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar untuk
mendownload dan belajar otodidak desain yang mereka keluarkan secara berkala. dalam
laptop saya barangkali terdapat 1000an foto fashion anthropologie. saya
mengumpulkannya dengan niat dan telaten untuk belajar dan menyenang-nyenangkan
diri sendiri. saya buatkan album khusus untuk cardigan, blouse-tunic,
collared-button down, dress, dress sleeveless, sweatshirt, sleeveless shirt,
skirt, dan patchwork. tujuannya supaya mudah bagi saya bila suatu hari perlu
memecahkan kebuntuan dalam mendesain baju buatan saya sendiri. anthropologie
betul-betul membiakkan kreativitas saya dalam menerjemahkan desain yang tadinya
hanya seliwar seliwer di kepala menjadi potongan-potongan kain yang siap
dijahit. rasanya menyenangkan melihat bentangan kain yang lebar, dipola dan
dipotong untuk disatukan dan menjadi selembar pakaian yang nyaman. suka enggak
suka, cara kita berpenampilan adalah representasi diri sendiri.
saya sama
sekali tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai fashion, saya belum
pernah sekolah formal untuk mendapatkan pengetahuan itu, pemahaman saya
bocel-bocel di sana sini. saya hanya akan menuliskan, seraya merenungkan dengan
semangat, beberapa pokok soal yang menggelisahkan diri sendiri. tak ada ambisi
untuk mendefinisikan segala sesuatu yang berurusan dengan fashion secara
universal, maksudnya : bisa diterapkan dan dikenakan dalam banyak kasus, dan
berlaku bagi manusia yang memiliki perilaku beragam - saya pinjam kalimat ini dari GM..
lama-lama saya sadari, pengetahuan saya tentang fashion
photography pun bertambah, gara-gara rutin browsing desain mereka. pelan-pelan
saya belajar untuk tak sekedar menikmati
desain tersebut, tapi juga belajar sendiri cutting-cutting yang unik, belajar
sendiri padu padan corak dan warna bahan, belajar mix and match warna dan
banyak lagi. kesadaran saya tentang fashion makin komplit, minimal saya bisa
mengaplikasikannya untuk diri sendiri. yang tadinya selera saya buruk – karena
belum tahu, bukan karena enggak mau – sekarang level seleranya makin baik,
terpengaruh oleh desain mereka yang cantik itu.
setiap kali melihat desain anthropologie saya selalu merasa menemukan
banyak ide gelembung sabun, ide yang bisa pecah bila tak cepat-cepat
dituliskan. random thoughts yang seliwar seliwer di kepala minta segera
diendapkan supaya bisa segera dibekukan dalam bentuk tertulis.
bagi saya, setiap desain anthropologie membawa banyak sekali daftar
pertanyaan permenungan. selalu ada percakapan dengan diri
sendiri. setiap orang mungkin mengalami banyak moment tersebut : bercakap-cakap
dengan diri sendiri. yang membedakan adalah kemampuan bermain dengan nalar yang
terletak pada seberapa dalam percakapan itu direnungkan, seberapa jembar dan
bebas percakapan itu dilangsungkan. saya kebetulan punya minat yang luas tentang diri sendiri...menggali diri sendiri itu asik. sebenernya ini cara saya aja supaya balance sama hidup, menentramkan kerisauan batin yang sering muncul dalam keseharian..punya waktu meditasi itu nikmat untuk bikin diri yang tadinya meletup-letup jadi lebih anteng dan kalem.
saya sering melihat foto fashion anthropologie yang simpel dan sederhana. dengan pakaian simpel dan sederhana, demikian
pula aksesorisnya. entah kenapa, semuanya tampak pas, tak ada yang berlebihan.
enggak berat, enggak bikin mumet, enggak kembung, enggak apapun deh. pas aja.
frase : cukup adalah cukup, bisa menjelaskan perasaan saya tentang hal itu
.http://blog.anthropologie.com/?cm_sp=TOPNAV-_-ANTHRO-_-BLOG
.http://blog.anthropologie.com/?cm_sp=TOPNAV-_-ANTHRO-_-BLOG
hal lain yang saya suka adalah banyaknya desain pakaian patchwork yang
keren di mata saya. melihat foto-foto fashion seperti ini menambahkan pemahaman
saya tentang makna perca-perca. orang sering menganggap perca-perca enggak
berguna, sudah enggak bisa diapa-apain lagi. tapi, karena anthropologie saya
makin percaya, bahwa di tangan orang-orang usil dan iseng, setiap perca
tersebut dapat diolah dan dibuat menjadi selembar pakaian yang menarik. perca
yang tadinya enggak dianggep, bisa jadi sebuah karya artistik dan punya
kesempatan bersinar.
gara-gara ini juga saya jadi makin merasa senang dengan
quote ini – yang datang dari film serial joan of arcadia lama berselang: setiap
orang punya cahaya di suatu tempat, barangkali belum ditemukan, tapi cahaya itu
harus diperjuangkan.
saya menganggap diri saya perca-perca. tanpa upaya apapun, perca akan tetap
jadi perca saja. sementara hidup harus diperjuangkan. hidup saya harus diisi
biar optimal. saya mesti kreatif, mesti belajar banyak, mesti memasukkan banyak
hal baik supaya dapat mengembangbiakkan imajinasi sehingga diri saya makin
berkembang, persis perca-perca yang disusun satu demi satu dengan niat dan
tekun, menjadi satu pakaian yang bagus, layak dan pantas. anthropologie membantu
saya mengenali diri sendiri.
lewat foto fashion anthropologie saya belajar banyak soal keindahan. saya memaknai ulang apa itu arti indah. pemahaman saya dilengkapi pelan-pelan. seseorang bisa saja melihat tembok bocel ya bocel saja, enggak indah.. dan karena anthropologie, saya diteguhkan kembali : apa yang disediakan semesta...selalu perlu direnungkan kembali... hidup harus diisi.. imajinasi mesti dikembangkan...setiap orang boleh punya seleranya sendiri, termasuk pendapatnya sendiri soal keindahan. saya makin yakin setiap hal bisa jadi karya artistik..setiap hal punya makna, punya arti... saya melihat keindahan seperti foto di atas ini... tembok bocel dan dress yang bagus, dress perca yang cantik... cara saya memandang dunia lebih komplit...lebih dalam...dan ini memunculkan gratitude, rasa bersyukur yang enggak putus-putus.
lewat foto-foto fashion anthropologie saya juga belajar
attitude. sebabnya anthropologie selalu menyertakan banyak foto, mulai dari
foto ‘kosongan’ hanya bajunya saja, foto baju yang dikenakan model dengan 3
gaya – tampak depan, tampak belakang dan close up – di studio, serta foto baju
yang dikenakan di ruang terbuka supaya customer bisa punya gambaran yang
lengkap tentang kenyamanan baju yang mereka jual.
pekerjaan model juga berat, bikin sesuatu jadi tampak
super keren dan mahal, itu enggak mudah. banyak desain anthropologie yang
sebenarnya sederhana, tapi selalu tampak stunning di mata saya. hal ini bikin
saya sadar, bahwa baju sih sebenernya semua sama aja, tapi attitude-lah yang
membikin seseorang kelihatan super menarik. satu baju yang sama dikenakan oleh
8 orang dengan karakter berbeda, kan hasilnya juga beda. (saya punya kawan baik
yang saya beri julukan nona cantelan baju. sebabnya dia sangat nyaman dengan
dirinya sendiri. setiap apapun yang ia kenakan di tubuhnya selalu tampak mahal,
meskipun itu hanyalah dress simpel dengan motif kembang besar yang dibeli
seharga 30ribu di pasar sukowati bali. keterampilan serta keberanian mengenali diri sendiri dan jatuh cinta terhadap hidup, memang enggak menjadi sekali jadi.. berjenjang dan perlu rentang waktu yang panjang)
di mata saya, kawan saya ini cantik.
di mata saya, kawan saya ini cantik.
terus
terang saya kesulitan untuk memberikan
definisi tentang cantik. karena definisi bisa lentur dan cair. tetapi saya
merasa yakin bahwa orang tidak harus cantik untuk terlihat menarik. nah..saya
telah melabelkan makna cantik sebagai sedap dipandang mata (secara visual) dan
melabelkan menarik sebagai menimbulkan rasa penasaran yang membikin seseorang
masih ingin menemukan sesuatu pada yang bersangkutan.
tentu
saja, akhirnya lewat definisi menarik yang saya buat sendiri itu, seorang juga
bisa sedap dipandang mata secara visual. mudahnya, orang jadi terlihat cantik
karena ia menarik. itu sebabnya, bagi saya, fashion
selalu berurusan dengan gratitude dan attitude.
di sepanjang perjalanan, kita sering bertemu
dengan berbagai bentuk ekspresi dalam berbusana. saya suka mengamati orang
berlalu lalang dan tak sungkan memberikan senyum atau mengatakan, bajunya
bagus, kepada orang asing. bagus bukan berarti harus mahal, bagus buat saya
adalah terlihat cocok dengan dirinya. rachel zoey mengatakannya dengan tepat :
style is a way to say who you are without having a speak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar