Sehabis Desember, bisa
saja kita kembali terpekur, gagal paham dengan apa yang telah terjadi.
Charlotte bronte melukiskan perasaan itu dalam paragraf yang apik. Dalam
halaman-halaman awal jane eyre, ia bercerita tentang muram yang membikinnya
merasa ngeri juga jeri, tentang kesunyian yang mencekam dan murung menahun yang
membikinnya kehilangan rasa ‘mungkin’. sebuah kalimat liris yang saya sukai
berbunyi : each picture told a story, mysterious often to my undeveloped
understanding and imperfect feelings, yet ever profoundly interesting.
saya tak tahu bagaimana
kebiasaanmu, apakah menuliskan resolusi segera setelah terjaga dari selesainya
desember, atau menangguhkannya hingga kamu ingin, atau tak sempat memikirkannya
karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan yang lain-lain. saya bukan tipe orang
yang menyediakan waktu untuk merenung dan berpikir segera setelah desember
selesai, sebab kepala saya selalu penuh dengan random thoughts sehingga
kapanpun gagasan melintas saya menyediakan diri untuk memikirkannya
pelan-pelan.
kamu tak harus menunggu
desember untuk memahami bahwa hidup bergerak, harapan membentang, dan kita jadi
gamang ketika telah lelah pada omong kosong hidup, pada tuhan yang tak lagi
kita percayai seperti masa kanak-kanak, ada cemas.
kadang-kadang kita
terkecoh impian. ketika situasi serba runyam hadir dalam kehidupan saya, saya
teringat bapak dengan kalimat-kalimatnya yang sederhana namun menyentak. dia
selalu mengingatkan saya bahwa hidup penuh dengan pasang surut, jangan menyerah
dulu, bertahanlah, beranilah, milikilah harga diri. lima point itu membikin
saya selalu kembali punya keberanian menghadapi hari, pelan-pelan, sesuai
kemampuan saya.
karena saya tahu (dan
mengulangi lagi tulisan tersebut) bahwa segala sesuatu di dunia tidak
ditentukan oleh seberapa cepat keberhasilan itu dicapai. bukan oleh seberapa
muda engkau mendapatkan posisi penting yang diakui keluargamu dan kolegamu
sebagai nilai-nilai berhasil. karena hanya
engkau yang dapat menentukan dengan jujur, seberapa kuat perjuanganmu untuk
menaklukkan kesukaran hidup. dan itulah rasa berhasil. itulah rasa penuh.
ketika engkau memaafkan dirimu sendiri karena keterbatasan dalam beradu cepat dan beradu kuat, beradu untung
dan beradu pintar, engkau memaafkan dirimu sendiri dengan segala digdaya dan
sikap hormat, bahwa dirimu berjuang menaklukkan sulit, berapapun umurmu,
berapapan kuat kondisi fisikmu, kau menghormati dirimu karena kau tidak
menyerah.
itu membikin saya tahu bagaimana rasanya jadi
manusia.
saya masih sering gentar dan sering terkesima
: apa arti semua ini? keheranan saya tak pernah selesai.
murung memberi kita
kearifan, itu yang saya rasakan. sebab dari sana timbul kesadaran betapa
semesta luas tak berhingga dan kita begitu kecil. Pada saat yang sama timbul
kerinduan untuk bergantung pada sesuatu yang agung, merasakan dekap nyaman
bahwa kesedihan hari ini akan berlalu – meskipun sejenak.
ada banyak pertanyaan yang dapat saya renungkan, dan saya ingin membaginya
untuk kamu, barangkali berguna, sehingga kita punya kesadaran tentang diri.
biasanya saya menuliskan panjang lebar pikiran-pikiran tersebut dan setelah
beberapa waktu mengecek kembali, membandingkan perasaan saya hari lalu dengan
hari ini, itu membikin saya merasa lebih jejak dengan diri sendiri. Jawaban-jawaban
yang saya tulis adalah awal dalam upaya penelusuran diri sendiri.
tentu saja ketika kamu mulai tersadar dan tercerahkan dengan diri sendiri,
kamu mulai bisa menentukan ‘akan melakukan apa’.
saya mengalami bahwa
pengertian tak menjadi dalam sehari. bersamaan dengan itu timbul pemahaman
mengenai toleransi serta solidaritas, tentang diri dan liyan. Richard Rorty bilang kepekaan dan solidaritas
kita harus terus diasah. Kita bisa memperbaiki kesalahan yang kita buat dan
menjadi semakin tidak kejam terhadap manusia lain dengan mengetahui bentuk
kekejaman-kekejaman yang dilakukan manusia.
saya sering bertanya pada diri sendiri : siapakah aku, apa yang aku pikirkan tadi pagi, apa yang paling aku sukai dari diriku sendiri, masih ingin melakukan apa lagi di dunia, penyesalan
terberat apa yang aku
rasakan, bagaimana relasiku dengan semesta,
bagaimana aku melihat diriku sepuluh tahun lagi, bagaimanakah rupa hari
yang indah itu.
kamu tahu, sering kali saya merasa kesadaran dalam diri dihantam oleh
sesuatu yang tak dapat dijinakkan oleh keterbatasan pengetahuan yang saya
miliki, dan dengan demikian saya tergagap-gagap ketika memahami selalu ada
segala sesuatu yang tak terjangkau bagi saya. Apa boleh buat, charlotte bronte
tepat waktu dia menorehkan kalimat : each picture told a
story, mysterious often to my undeveloped understanding and imperfect feelings,
yet ever profoundly interesting.
saya percaya bahwa kehidupan
adalah perjalanan menunggu mati. selalu ada kematian-kematian kecil di
tengah-tengahnya, episode-episode hidup serba epic, tapi ada kebangkitan pula
diantara kita.
berkah dalem
fellas..semesta baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar