buku saya selalu penuh coretan.
coretan pertama adalah tanda tangan saya di halaman muka, dengan tanggal saya mendapatkan buku itu, di mana buku itu saya beli, serta ‘tambahan kesan’ yang saya bubuhkan.
ini adalah kebiasaan dalam keluarga. waktu
saya kecil dan sudah bisa membaca, saya cemburu pada kakak. sebab di banyak
buku yang kami miliki sebelum tahun kelahiran saya selalu ada tulisan : untuk
aryo. dan saya bertanya : aku manaaaa mammaaaa??? lalu menangis geru-geru. begitulah.
coretan kedua adalah tulisan –gamut– di
halaman paling belakang. artinya buku itu telah habis saya baca. gamut sendiri
kependekan dari gajah marmut, sebuah julukan yang diberikan hani, kawan saya
yang kocak, dia betul-betul memampatkan saya dalam sebuah julukan yang jitu.
saya yang berbadan besar seperti gajah dan memiliki gigi tonggos macam marmut.
coretan ketiga dan yang terasa begitu
mengganggu bagi orang-orang yang meminjam buku saya adalah coretan-coretan
berwarna kuning stabilo. saya selalu menggaris bawah setiap rangkaian kata yang
saya pikir menyentakkan, yang membikin saya menemukan moment jegagig, dan rasa
heran yang tak berhenti. saya tahu suatu hari coretan ini bisa saya pergunakan
kembali untuk ‘mengembangkan sesuatu’ ketika merasa buntu.
yang paling parah adalah kesan norak yang saya
tuliskan di halaman-halaman buku tersebut, rata-rata opini sok tahu nan dangkal
yang membikin saya tertawa di kemudian hari dan berkata : aje gile tololnya kau
ren. demikian, saya kerap menertawakan diri sendiri, sebagai bagian dari being
fair dalam hidup.
suatu hari saya menemukan buku resep masakan
yang kertasnya telah berubah coklat dan rapuh dengan ejaan lama. saya membolak
balik buku tersebut dan tertawa ngakak. bapak saya yang norak telah mencentang
dan melingkari setiap masakan yang dinilainya lezat, dia juga membubuhkan
beberapa pesan dan kesan yang lucu. suatu hari saya bertanya pada ibu perihal
buku tersebut. saya tanya “mama dulu pacarannya ngomongin makanan? kayak gak
ada kerjaan lain aja.” mungkin ibu saya lupa bila diingatkan sekarang tentang
pertanyaan saya ini. tapi saya ingat waktu itu kami tertawa ngakak karena ibu menceritakan kebusukan bapak yang
menurut saya kocak dan masih berlaku hingga hari ini. saya tentu saja tak akan
mempermalukan dia lebih jauh dengan menceritakan dengan detail kebusukan apa
sajakah itu.
besok-besok saya harus menulis kesan saya
terhadap haruki murakami, malcolm gladwell, laura ingalls, truman capote, tracy
chevalier,roald dahl dan astrid lindgren yang saya sukai. membaca tulisan
mereka seperti menemukan cinta pada pandangan pertama. saya hanya tahu telah
menemukan kawan yang saya rindu dari dulu, begitu klik dan cocok, yang tak
mungkin saya abaikan dan saya lawan perasaan tersebut.
saya kenal laura ingals dari keluarga, sampai
kini masih jatuh cinta, masih rindu dan ingin kembali bertemu dengan
halaman-halaman yang menularkan masa kecil yang indah.
waktu saya mendekam di rumah sakit selama 42
hari, buku james and the giant peach karangan roald dahl membantu saya
melupakan rasa nyeri yang menyerang setiap saat. saya minta ibu membawa
buku-buku karangan roald dahl yang lain dari perpustakaan sekolah (ibu saya
guru sd). setelah keluar rumah sakit saya getol melengkapi koleksi karangan
roald dahl. dia memurupkan semangat untuk pergi lihat sepenggal dunia.
saya membeli novel haruki murakami dengarlah
nyanyian angin, the girl with pearl earring tracy chevalier, tipping point
malcolm gladwell secara tak sengaja, saya tak pernah menyangka isinya luar
biasa. saya masih mengumpulkan buku-buku mereka dalam edisi bahasa inggris dan
indonesia.
setelah saya pikir-pikir detik ini, saya tak
hanya jatuh cinta kepada pengarang yang telah menerbitkan buku. saya juga
ternyata bisa jatuh cinta secara personal kepada mereka yang mampu menulis
dengan baik, yang telah menyentakkan diri saya. kadang-kadang saya bisa ikutan
sedih dan ngelangut saking terpengaruh dengan tulisan mereka/dia.
mungkin kamu juga pernah mengalami kejadian
serupa. secara tak sengaja menemukan blog yang bagus menurut standartmu dan
kemudian melacak tulisan-tulisan orang itu. kemudian merasa seperti kenal dia
pelan-pelan, mengamati sejarah hidupnya. kamu barangkali ikut mendoakan dia
supaya terus berkarya dan membagi inspirasi sebab kamu sendiri merasa terbantu
hanya karena membaca tulisannya dan mendapati dirimu diubah.kita sama-sama gak
tahu masing-masing ada, hidup, berkarya dan bertahan hidup, sebab tak ada
gambar, tak ada wajah. hanya tulisan dan gagasan yang membikin kita merasa
sangat dekat dan tak berjarak, sekaligus teramat berjarak.
saya
tak ingat sejak kapan gila buku. membaca buku bagi saya adalah sebuah moment
intim yang saya miliki seorang diri, privasi yang mewah. saya selalu merasa
menemukan penghiburan pada buku-buku yang saya baca, dengan demikian saya jadi
tahu bahwa perasaan yang saya alami juga dialami oleh orang-orang di luar sana.
membaca membikin saya belajar lebih peka terhadap kesulitan dan kepedihan
sehari-hari. ada kepedihan yang berangsur pulih dengan membaca.
saya sedang mengingat-ingat berapa banyak buku
saya yang hilang. agak jengkel sebetulnya, sebab statusnya adalah dipinjamkan,
bukan diberikan. saya bukan orang yang pelit. setiap kali ada diskon dan cuci
gudang, saya kerap membeli buku-buku yang saya anggap bagus untuk kemudian saya
bagi-bagikan pada kawan-kawan, dengan harapan mereka tertular juga kesukaan
membaca buku dan minimal kalau besok-besok ngobrol ada topik asik yang bisa
didiskusikan dengan seru. saya menyisihkan uang jajan untuk melakukan bahagia
kecil tersebut. karena itu saya kesal setiap kali buku saya hilang, sebab
membeli buku bagi saya tetap merupakan sebuah perjuangan.
saya termasuk orang yang teliti dan rapi. ibu saya mengajarkan untuk tertib dan disiplin. sejak 3 sd saya menyampul buku saya sendiri, baik buku pelajaran sekolah atau buku bacaan lain. sikap itu tertanam sampai hari ini, setiap buku saya tersampul plastik mika, saya jadi tertular ibu yang tak suka membaca sebelum bukunya tersampul. saya sebel melihat buku saya lecek dan kusam. kalau urusan corat coret itu lain soal. saya tak bisa menunda-nunda apa yang terlintas dalam benak. kalau saya tunda, saya khawatir lupa, itu juga sebabnya jam tidur saya begitu terganggu. sebab saya menulis ketika keadaan sepi dan dingin, di malam hari. saya tertidur di pukul 9 pagi atau 12 siang, tergantung level lelah si otak.
saya menulis ini sambil mendengarkan cover
version the beatles dan mengingat-ingat betapa tahun-tahun sungguh berlalu.
saya teringat manda, sobat saya dari smp yang sampai hari ini masih sering pergi
berburu buku jika dia datang ke jakarta (dia tinggal di singapore setelah
menikah). saya kira saya kelewat impulsif, membeli tanpa berpikir, dan memang
hampir selalu demikian bila berkenaan dengan buku. saya suka belanja online
setelah dengan teliti searching sana sini mencari mana harga yang menurut
kantong saya pas. dihitung-hitung saking kalapnya belanja dan gesek atm sana
sini, bill itu mencapai angka yang membikin saya kaget sendiri – cukup buat
beli tiket pp jakarta singapore lah tanpa harga promo naik garuda, manda ketawa
ngakak tiap kali saya ngeluh dan bilang haadeehh abis lagi duit gw.
saya juga teringat sejak november 2011 lalu,
gramedia mengadakan cuci gudang gila-gilaan. sampai bulan april kemarin saya
rutin menyambangi gramedia melawai dan semanggi lt 4 sebelah foodcourt, alhasil
ketika saya hitung total pengeluaran, lagi-lagi saya kaget sendiri. anehnya
saya memiliki dalih yang bagus : tenang ren..lo belinya yang diskonan, jadi elu
gak boros.
oke..boros gak boros.. tetep aja duit.
sekarang setiap kali saya kepingin beli buku baru, saya lihat tumpukan buku
saya dan menemukan begiiiiittttuu banyak buku yang belum saya baca. ibu saya
bilang saya persis petasan : lebai di depan. ihihihihihi... begitu keinginan
terpenuhi, sudah begitu saja. saya mencerna omongan ibu dan tentu saja dia
benar. tapi lagi-lagi saya punya dalih yang seru : lahh...ini buku kan hadiah
bagi diri saya sendiri, terserah donk saya bacanya kapan. lagipula ini adalah
bekal mendongeng yang baik bagi anak saya kelak, warisan yang saya persiapkan
sejak hari ini.
saya betul-betul impulsif. saya mengumpulkan buku-buku jadul karangan enid blyton dan beragam dongeng lain. saya ingat pernah sedih karena saya telah menjadi difabel, saya juga khawatir tidak akan bisa mengandung anak sendiri karena saya difabel, pokoknya sebagai seorang perempuan hati saya hancur berkeping-keping, saya membayangkan masa depan memangsa saya dengan ganas. satu-satunya cara berpengharapan adalah dengan membiarkan diri terus jejak, saya masih mau berharap suatu hari masih punya anak, ini membikin saya melewati hari-hari dengan sebaik mungkin, saya menyiapkan bekal pelan-pelan sebab saya berencana menjadi ibu yang komplit meskipun difabel. tak ada hubungannya dengan buku, tapi saya memang berencana membuat tattoo pianisario dan marcello dimitri di pergelangan tangan saya kelak ketika sudah terkumpul dana. saya tahu bahwa harapan membikin saya tetap hidup, harapan membikin saya terus berjuang.
pianisario adalah nama yang akan saya berikan
untuk setiap anak perempuan saya. dari pianississimo dan rosario. putri, kawan
saya ngebolang memberi saya ide tersebut, tadinya saya akan menamainya
pianississimo, tapi pianisario rasanya lebih bagus. saya adalah gadis yang
trengginas dan meletup-letup (itu menurut bapak ibu saya, mereka sulit membikin
saya jadi gadis yang anteng dan aleman) karena itu saya berharap anak saya
perempuan punya sikap lembut seperti nada yang dimainkan dalam pianississimo.
sementara marcello dimitri adalah nama yang
akan saya berikan untuk setiap anak lelaki saya. sebab saya menyukai alat musik
cello. geraman cello membersihkan luka di hati saya. itu saja, tak ada alasan
lain.
setiap kali saya melihat tumpukan buku di
rumah, saya tahu buku itu punya cerita dan punya sejarahnya sendiri. saya telah
menulis perasaan tersebut dalam “kertas lapuk” yang juga saya muat dalam blog
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar