terus terang saya
enggak ngerti gimana caranya memulai tulisan ini. ada banyak random thoughts
berseliweran dalam benak saya. sudah limabelas menit saya mengetik di laptop,
setiap selesai 1 paragraf saya hapus lagi, begitu seterusnya sampai akhirnya
saya memutuskan akan menuliskan apa saja yang terlintas di benak, sampai
luber-selubernya tanpa perlu saya baca lagi kecuali di akhir titik tulisan kali
ini.
well, sabtu ini saya
gak mandi selama 38 jam karena asik ngejogrok di kamar, merhatiin detail dan
hal-hal lain berkenaan dengan fashion. karena kamar saya yang dingin dan harum
lemon itulah saya betah gak ke mana-mana, sungguh surga dunia dan saya
bersyukur masih bisa merasakan kenikmatan ini. nikmat saya tulus dan
sungguh-sungguh. dalam laptop saya selain terdapat data-data tulisan tentang
filsafat, hak asasi manusia, politik dan film-film festival, juga penuh dengan
musik dari beragam genre, fotografi jurnalistik, fotografi kulinari dan foto
fashion. saya senang diri saya yang seimbang. kadang saya super serius dengan
tulisan saya, dengan pencapaian-pencapaian saya (sering merasa kewalahan karena dangkal sendirian...karena otak saya itu seperti galaksi yang tak akan pernah cukup serta muat untuk segala macam pengertian) kadang saya santai dan
membiarkan diri bodoh sejadi-jadinya dengan banyak pertanyaan bodoh yang justru
memancing saya dengan banyak ide gelembung sabun.
karena mata lelah
sepanjang hari berada di depan laptop itulah akhirnya saya memutuskan keluar
kamar dan menemukan bahwa hari telah berganti. anak anjing saya yang usianya
baru sebulan dan telah 10 hari tinggal di rumah bapak ibu mulai lucu dan
gembul, gak bisa berhenti makan dan selalu ngajak bermain. di tengah-tengah kesibukan
tak penting itu karena enggak ada acara keluar rumah sabtu ini - biasanya saya
main ke TIM ngecek ada tontonan apa di Kineforum atau datang ke acara gratisan
di Jakarta - akhirnya ngejogrok
lagi di depan komputer keluarga dan internetan.
saya sudah lama gak karaoke di inul lagi, karena udah ngerti susah
cari duit, dan milih karaokean di youtube atau kamar mandi.
Manda hari ini juga
gak ke mana-mana dan mulailah seperti biasa kami ngobrol. kami temenan sejak
SMP. dan saya juga geli sendiri mengingat betapa tahun-tahun telah berlalu.
kalau dulu kami ngobrolin westlife, pengayaan, serta apa-apa saja yang ada di
majalah gadis serta kawanku, sekarang obrolan kami yang ringan-ringan seputar
dapur dan penghematan fashion. kami percaya bukan bajunya yang mahal, karena
attitude dan cara kami memandang dunia jauh lebih penting, yang kasat mata itu cuma
price tag, dan apa yang ada dalam diri ini lebih penting, punya harga diri,
punya kadar kemanusiaan yang baik, tidak keji dan dangkal, tenang serta
berpikiran terbuka, itu udah modal awal banget untuk paham rasanya jadi manusia.
saya dan manda
sekolah di smp yang sama. kemudian sma kami beda sekolah meski tiap minggu
masih selalu ketemu untuk hang-out di mall, agenda rutinnya adalah curhat atau
nonton bioskop. kuliah kami pun beda tempat tapi masih selalu ketemu ketika kangen,
masing-masing punya kesibukan sendiri dan kawan-kawan baru tapi tetap kontak
satu sama lain. ketika selesai kuliah, manda menikah dan tinggal di singapore
sementara saya di jakarta berjuang dalam rehabilitasi paska operasi yang sulit,
kami terus ngobrol dan chatting dalam kolom chat facebook, masih saling
menyemangati. manda sering bolak-balik jakarta singapore dan nemenin saya
menemukan diri sendiri kembali paska rehabilitasi yang sulit, nemenin saya ke
museum – hal yang sangat saya suka, sejarah serta museum, serta banyak
obrolan-obralan ringan yang bikin hari-hari sulit itu dapat diselesaikan dengan
tenang. hari-hari berlalu demikian cepat, kami yang dulu remaja imut sekarang
bertransformasi jadi perempuan dewasa yang masih membawa harapan-harapan remaja,
supaya hidup yang katanya sulit ini bisa kami genggam lewat bahagia-bahagia
kecil hari ini yang ditawarkan semesta.
begitulah.
saya merasa tak
pernah bisa bayar hutang kepada internet, sebabnya karena internetlah kita
semua terkoneksi satu sama lain. selain busuk-busuk yang berseliweran di
semesta maya, kita semua juga punya pilihan-pilihan untuk memilih apa saja yang
mau kita serap untuk meningkatkan diri sendiri, tergugah untuk hal-hal baik,
membiakkan kreativitas untuk hidup yang lebih bermutu. seriously, sebagai orang
yang punya akses lebih, salah satu cara paling sederhana yang dapat saya
lakukan adalah dengan berbagi, sebab saya percaya dalam berbagi ada sesuatu
yang ditularkan. barangkali ketika pemahaman dan kesadaran kemanusiaan itu
tumbuh masing-masing kita dapat lebih jernih serta tenang menghadapi segala
sesuatu, tak lagi keji, dangkal, buas serta bengis, sama-sama bertumbuh dalam
kematangan berpikir tentang esensi hidup. dan di indonesia banyak orang
baik..saya percaya, kalau mereka tidak baik, demi tuhaaann (bukan ngikutin
eyang subur lho) menyedihkan sekali ya membiarkan setan merajai diri sendiri..
well, minggu lalu
saya cari kampus baru, rencananya saya mau kuliah lagi, semoga lancar dan jadi
kenyataan. selepas cari rute angkutan termudah yang dapat saya tempuh, saya
dengan ibu dan kakak sepupu jalan-jalan ke mall besar di jakarta. keluar masuk
toko lihat-lihat pakaian dan aksesoris langsung terbersit di dalam benak bahwa
saya merasa beruntung. sebabnya saya enggak perlu terlihat keren karena beli
brand, menghadiahi diri sendiri dengan barang-barang mewah mungkin baik untuk
orang lain dan itu hak setiap orang, siapa yang dapat melarang dan mencegahnya.
dan justru karena itu
saya merasa bersyukur karena kebutuhan fashion saya tak menjadikan saya
terobsesi untuk memiliki barang-barang mahal – oh ya btw, murah dan mahal itu
relatif dan saya tak dapat memberikan definisi pembandingnya dalam tulisan ini.
pokoknya bagi saya selembar kemeja seharga 599ribu itu mahal. itu saja.
sebabnya dengan uang 599
ribu saya dapat melakukan 10 - 16 proyek refashion atau 10 - 16 baju baru
tergantung rumitnya pengerjaan refashion itu sendiri. modal untuk refashion 16
baju itu paling-paling enggak sampai 200ribu, dan 400ribu sisanya untuk ongkos
vermaak seorang bude yang senang karena bisa dapat sedikit tambahan uang jajan
ketimbang bengong saja di rumah, ia dan saya sama-sama mengaktualisasi diri. saya
yang menentukan desain serta pola sementara si bude yang menggunting dan
menjahit, sungguh asik. saya rasa dengan alasan itulah saya memilih refashion,
bukan karena saya tak mampu menghadiahi diri sendiri dengan sebuah kemeja yang
‘mahal’ menurut cara saya berpikir, tapi saya merasa ketika ada sesuatu yang
dapat dibagi, akan ada orang-orang lain yang terbantu, selain saya sendiri juga
sangat terbantu dengan hasil proyek refashion.
(tuh kan saya lupa,
mereka yang bisa beli baju seharga 600ribu itu saya yakin deh juga banyak
menularkan kebaikan, soalnya gampang ngeluarin uang...mudah-mudahan.)
rasanya kok saya
jahat ya bisa beli baju mahal sementara ada orang lain makan aja susah.
pergolakan batin dan sentuhan moral macam inilah yang selalu mengingatkan untuk
hidup sederhana. saya juga percaya bahwa bahagia lebih asik enggak dinikmati
sendiri.
karena itu ketika
melihat price tag sebuah syal sederhana seharga 100ribu saya membayangkan
seorang perempuan yang tak saya kenal, entah siapa, dengan kemampuan menjahit,
tengah menjahitkan kebutuhan berbusana bagi keluarganya, membagi pengeluaran
antara kebutuhan hidup sehari-hari, kebutuhan pangan, sandang serta biaya
sekolah yang tak murah. mereka luar biasa. ibu-ibu itu juga bapak-bapak (saya
kenal seorang bapak yang jago menjahit. ia menjahitkan daster-daster bagi
anak-anak dan cucunya, betapa indah, dan selera busana keluarga itu baik,
anak-anak itu gak canggung pakai dress sederhana dengan tambahan obi serta
cardigan untuk dikenakan bepergian serta kuliah) telah menularkan kecintaan dan
penghargaan terhadap hidup.
ibu saya tak bisa
menjahit, kalau pun bisa ia pasti tak punya waktu untuk menjahit. karena itu
saya bangga sekali terhadap manda yang bisa dan mau jahit baju sendiri.
bayangkan berapa penghematan yang bisa ia simpan, dan saya percaya, setiap ada
kelebihan yang kita miliki ada banyak kebaikan-kebaikan kecil juga yang dapat
kita bagi karena merasa bersyukur masih dapat hidup.
ibu saya sering
bilang, kadang-kadang saya perlu menulis tulisan teknis, bukan untuk menggugah
kesadaran oranglain melainkan lebih sebagai pengingat terhadap diri sendiri,
tentang apa-apa saja yang masih dapat saya lakukan dan kerjakan. bayangkan,
kalau kamu bisa refashion atau menjahit pakaian sendiri dan punya kelebihan
uang, akan ada satu anak yang bisa kamu bantu bayarkan uang sekolah, entah
sebulan entah setahun, pasti ada. ada detergen atau beras yang bisa kamu bagi
untuk tetanggamu yang kurang mampu, atau membelikan buku-buku pada acara book
fair (supaya lebih hemat) untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan, dan banyak
lagi seribu satu kebahagiaan kecil yang dapat kita tularkan. berbuat baik kan
gak perlu nunggu datangnya hari raya.
jangan bersedih bila
merasa tak ada yang dapat kita bagi, serius.. membagi waktumu untuk orang lain,
menulis artikel yang baik untuk dipublish di semesta maya, itu adalah hal-hal
indah yang dapat kita tularkan selama masih hidup. membantu temanmu yang
kesulitan mix and match baju misalnya itu juga hal baik lho, jadi personal
style assistent.
oh ya mumpung ingat saya
baru sadar karena dipublish di semesta maya, publik-nya tentu beragam dan
mungkin ada teman-teman muda yang masih suka bullying karena merasa keren, hmm,
kamu enggak keren dengan bullying dan melecehkan orang lain. bullying buruk
karena melukai. humor gelap itu gak lucu karena melukai. dan kamu sama sekali
enggak lucu ketika memilih jadi orang-orang keji. sebabnya ada banyak hal yang
lebih berarti yang dapat kita gunakan untuk memperindah diri sendiri. kamu
perlu jatuh cinta pada diri sendiri dengan cara yang lebih manusiawi.
suatu kali waktu saya
muda ada seseorang menertawakan gaya berbusana kawannya. hal itu tentu
menyakitkan hati. anak itu barangkali lupa bahwa gak semua orang seberuntung
dirinya yang punya kesempatan memiliki baju-baju bagus. kalau kamu ketemu
seseorang yang gaya berbusananya buruk menurut pendapatmu – berapapun usia dia,
mungkin itu terjadi bukan karena selera dia buruk, itu bisa saja terjadi karena
dia tak seberuntung kamu yang punya banyak benda-benda indah. atau dia memang
jarang terpapar dengan hal-hal yang fashionable meskipun punya dana untuk itu. bukan
ejekan yang ia perlukan, tapi penghargaan bahwa setiap orang punya hak-nya yang
sama untuk sama-sama hidup di dunia.
ini kisah nyata dan
siapapun mungkin pernah mengalami hal ini, enggak punya baju yang pantas untuk
dikenakan dalam beragam kesempatan enggak bikin kamu terlihat buruk. percaya
deh, jangan terlalu dipikirin, punya attitude yang baik, dan caramu memandang
dunialah yang bikin kamu kelihatan okaay.. kamu itu one in a million. begitu
kamu kenal dirimu sendiri, kamu akan tahu harus ngapain, dan indah lho ketika
kita sudah tahu mau ngapain sama hidup. kata ibu saya, pergulatan diri itu baik
untuk menemukan pemenuhan diri. canggih kan ibu saya...
lewat ibu saya, akhirnya saya sadar dan paham
bahwa bahagia itu enggak usah yang muluk-muluk, justru karena bisa merasakan
bahagia-bahagia kecil setiap hari, hidup kita akan makin penuh. dan orang yang
bahagia waktunya berharga, selalu ada rencana untuk dijalankan, untuk
dilaksanakan, mereka enggak menunda-nunda segala sesuatu.
saya ingat masa awal
kuliah waktu sering mampir ke pasar baju bekas senen, biasanya hari jumat
karena jam perkuliahan lebih cepat sehingga saya dan beberapa teman punya waktu
lebih luang untuk jalan-jalan. menurut teman saya yang fasih banget sama
kebiasaan di sana, kami baiknya datang hari jumat, sewaktu bal-balan karung
pakaian itu baru dibuka dan masih bisa milih yang terbaik dari karungnya dengan
harga yang lebih miring ketimbang hari sabtu minggu. pengalaman belanja di sana
sungguh seru dan asik bagi saya.
kalau
saya coba menelusuri kenangan masa lalu
itu, apa yang jadi motivasi saya belanja ke pasar senen sama sekali tak
berhubungan dengan ketakmampuan saya secara finansial, uang jajan saya
lebih dari cukup soalnya, maksudnya saya merasa enggak susah untuk bisa
kuliah. motivasi saya yang dulu mungkin tak sempat dipikirkan
dalam-dalam dan pelan-pelan lebih ke sebuah
jawaban ‘kenapa enggak?’
betul.. kenapa enggak
ke senen, wong saya bisa, dan saya enggak malu, apa yang salah sama diri saya
memangnya dengan belanja ke senen. saya kan gak menjijikkan karena beli barang
bekas. mereka yang menggadaikan akal sehat dengan memilih korupsi – misalnya –
itu justru menjijikkan buat saya, sebabnya mereka melakukan banyak sekali
pembunuhan dengan korupsi, mengapa pembunuhan, bayangkan berapa juta manusia
indonesia dihilangkan hak-nya, terus dimiskinkan dan dibodoh-bodohi.
bagi saya yang waktu itu masih umur menjelang
20, bisa jalan-jalan ke senen itu keren, sebabnya saya bisa menghemat banyak.
kalau saya bisa menghemat banyak untuk kebutuhan fashion, maka saya bisa
jalan-jalan ke tempat-tempat yang lebih jauh tanpa harus minta uang tambahan
lagi, bisa beli buku lebih banyak dan bisa ikut macam-macam kegiatan karena
uang jajannya enggak habis-habis. saya mensyukuri hal itu.
tentu saya enggak ingat pakaian apa saja yang
saya beli di pasar senen, buku, musik, serta film apa yang pernah saya nikmati,
tapi semua itu membentuk saya hari ini. bagi saya, pencapaian hidup tak perlu
muluk-muluk, kalau orang lain mau muluk-muluk ya enggak masalah, tapi bagi
saya, kita bisa bertahan hidup hari ini saja sudah hebat, serius.
dan kalau kamu masih
bertahan hidup hari ini, itu saja sudah hebat, serius. semesta selalu dengar
apa yang kita batin, mungkin memang gak sekarang – nunggu kita siap dengan cara
berpikir yang baru, rasa syukur yang enggak rapuh dan ketabahan menghadapi
pergulatan hidup. nanti waktu saatnya datang, kita akan tahu sendiri kok
perasaan lega itu, rasanya personal, cuma kamu yang ngeh dan ngerti.
seperti perasaan
senang ‘personal’ yang saya alami ketika menemukan scarf lebar berbentuk bujur sangkar asli buatan
prancis dijual seharga 10ribu 3 di pasar senen, scarf itu saya gunting dan saya
jadikan syal.
sebetulnya berapa
banyak baju sih yang kita perlukan buat gonta-ganti? itu yang saya katakan terhadap diri sendiri
ketika akhirnya ‘lebai’ melakukan proyek refashion. setelah 3 tahun ber-refashion
saya akhirnya punya 2 lemari baju hasil refashion. buat saya ini lebai dan saya
enggak lagi merasa senang. buat apa lagi? hal ini mengusik saya. saya kepingin
bahagia ketika bisa mix and match pakaian-pakaian saya. dan terlalu banyak
enggak bikin saya bahagia serta antusias lagi. saya harus berhenti. dan memang
itu yang saya lakukan. pakaian refashion saya cukup untuk kebutuhan fashion
lima hingga 7 tahun ke depan, saya percaya, sebabnya saya bukan seseorang yang
terperangkap trend, saya lebih suka diri saya yang nyaman dengan pilihan saya
berbusana. katakanlah enggak sesuai sama selera jaman, saya sih gak peduli,
sebabnya saya suka diri sendiri, dan saya percaya alternatif itu perlu, kalau
hidup cuma mainstream aja, ngapain.
bisa sampai tujuh
tahun gituhh? bisalah kenapa enggak. pakaian yang saya refashion itu juga
pakaian ibu, bapak dan kakak saya yang udah nunggu 2 dekade, serta pakaian saya
sendiri yang menunggu 1 dekade. ibu saya itu orang yang rapi, tertib, disiplin
dan teliti. dia mendidik saya dengan banyak hal baik. salah satu yang mendarah
daging adalah kemampuannya merawat pakaian. baginya merawat pakaian adalah
bagian dari mensyukuri alam, dan ini sama sekali enggak berlebihan. mencuci dan
menyetrika pakaian sendiri itu asik, sebabnya kita sendiri yang kontrol
baju-baju tersebut, kalau diserahkan ke pembantu, terus terang saya sering
kecewa, jadi memang lebih baik dikerjakan sendiri sehingga tahan lama, kalau
mau direfashion lagi di kemudian hari,kainnya enggak lapuk.
uwwihh...ternyata
saya sudah nulis banyak yaaa... kalau kamu masih bertahan untuk nerusin baca
ini, terimakasih sudah mampir.
well, saya suka pakai
dress, tapi bukan terusan. perempuan plus size seperti saya enggak cocok pakai
terusan, sebabnya bikin perut enggak bebas, ini tentu saja pendapat pribadi.
karena itu saya suka dress two pieces.
bayangkan kamu punya
3 rok dan 3 atasan, maka kamu akan punya 9 dress untuk gonta-ganti berbusana.
nah karena alasan ini jugalah saya lebih suka punya banyak rok dan atasan
ketimbang banyak dress, lebih bisa mix and match busana soalnya. kalau kamu
punya 7 rok dan 10 atasan, hayoo itung sendiri jadi berapa dress.
setiap kali punya rok
dan atasan saya selalu pikirkan warna pelangi biar saya bisa mengoptimalkan mix
and match dalam berbusana. menemukan jembatan keledai ini juga gak sengaja
karena saya keseringan browsing foto-foto fashion dan tiba-tiba muncullah
moment mak jegagig.. moment ini saya suka, karena membikin saya punya kesadaran
baru dan bisa ngomong : ohh...begitu, kenapa enggak terpikirkan sejak dulu...
okaay..mari kita
jembrengin warna pelangi. sebetulnya lebih asik kalau kamu membikin lingkaran
berisi warna-warna pelangi.
biar mudahnya saya
ketik seperti ini ya : merah – jingga – kuning – hijau – biru – nila – ungu
nah, untuk mix and
match baju, kamu bisa lompat 2 hingga 3 warna ke depan atau mundur 2 atau 3
warna ke belakang. soal warna, kamu juga bisa ambil warna turunannya / warna
pastelnya, tentu warnanya juga enggak harus polos, kain bercorak pun bisa di
mix and match seperti ini asal ngikutin warna backgroundnya.
misalkan warna merah
cocok di mix and match dengan warna kuning, hijau, biru. maka warna pink pun
cocok dengan hijau dan biru. demikian pula biru pastel cocok dengan pink.
coba lagi ya, warna
ungu cocok dengan jingga, kuning, hijau, biru. demikian juga warna pastelnya.
orange atau jingga
cocok dengan warna hijau, biru, ungu.
kalau warna-warna
alam seperti abu-abu, coklat, hitam, putih, krem, buat saya sih cocok-cocok aja dengan
warna-warna pelangi. kalau susah ngebayanginnya coba cek aja warna-warni batik
modern, warna apa aja yang ada dalam selembar batik modern, kamu catet dan dan
kalau pas di mata mu, berarti kombinasi warna itu cocok untuk diikutin.
kalau sudah dapat
pegangan itu sekarang kita beralih ke barang wajib punya dalam lemari baju. tak
perlu banyak-banyak, cukup selalu baik. tapi apakah cukup itu? buat saya cukup
itu enggak lebai dan waras.. hoohhoooiii...
barang wajib punya
yang ada dalam lemari baju saya adalah
outer nuansa putih dengan lengan sesiku (entah cardigan atau blouse
berkancing tanpa kerah atau kemeja putih berkerah) dan daleman nuansa putih (
entah kaos putih polos atau tank top atau kamisol dengan ribuan jenis aplikasi
pemanis). paduan outer dan daleman ini cocok untuk di mix and match dengan
macam-macam bentuk serta gaya rok, macam-macam motif dan corak rok. karena badan saya plus size, saya suka outer
dikenakan tak berkancing, supaya ada efek melambai-lambai. tentu saja tampilan
seperti ini manis dengan menambahkan kalung yang super simpel dengan bandulan
kecil, atau korsase agak besar yang disematkan di dada, atau syal yang
digunakan dengan macam-macam gaya. itu barang wajib saya di lemari.
barang wajib saya
yang kedua adalah rok bernuansa hitam dan outer bernuansa hitam. sebabnya dari
dua pakaian ini saya tinggal tambahkan daleman apapun warna dan coraknya dan
jadi dress baru. dalemannya bisa kamisol aneka corak dan warna, kaos aneka
corak dan warna, blouse aneka corak dan warna, kemeja berkerah aneka corak dan
warna. bahkan daleman hitam pun masuk dan jadilah 1001 tampilan baru. tambahkan
bros sebagai pemanis, atau syal yang diikat di rambut menyerupai bandana, syal
yang sama juga bisa dililitkan sebagai obi dengan peniti bros cantik besar.
hal ini juga berlaku
untuk rok bernuansa putih dan outer bernuansa putih. tinggal tambahkan daleman
apapun corak dan warnanya, bahkan daleman putih pun masuk dan jadilah 1001
tampilan baru.
dan jangan lupa,
paduan rok hitam, dengan outer putih dan daleman aneka macam itu juga bikin
kamu punya dress baru. masih ada lagi, rok putih dengan outer hitam juga bikin
kamu jadi punya dress tambahan.
barang wajib saya
yang lain adalah outer chambray, saya suka denim warna biru langit. satu kemeja
itu bisa melengkapi kamu gonta-ganti baju dari hari ke hari.
jadi misalkan, kamu
punya 1 rok hitam, 1 rok putih, 5 rok warna dan corak lain, 1 outer hitam, 1
outer putih, dan 5 daleman aneka corak, maka kamu akan memiliki .... dress (hayoo ambil kalkulator...ahahahaa)
gillee...banyak
ternyata kan.
apalagi kalau kamu
punya 3 syal, 3 kalung, 3 korsase dan 3 bros.
cukup kok, serius,
berapa banyak sih emang baju yang harus kita punyaaa..
ahh..saya selalu suka
website anthropologie, dari sanalah saya dapat banyak sekali inspirasi
berbusana dan inspirasi refashion. kalau kamu seorang yang kepo macam saya
(believe me, sometimes, somehow kepo itu penting banget) cek ke google images
dan ketik anthropologie cardigan archive, atau antropologie blouse archive dan
kamu bakal nemu ribuan inspirasi baru, download deh. jadikan panduan fashion,
keren deh..
terimakasih sudah
mampir.
until then berkah
dalem..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar