Seorang
kawan mengeluh ketika membaca tulisan saya, dia bilang tulisan saya berat. saya
tak paham dengan berat yang dia
maksud. ini bisa pujian, bisa juga celaan. pujian berarti tulisan saya memenuhi
standart essai yang baik yang menggugah oranglain, dan sekaligus celaan yang
berarti tulisan saya terlalu rumit untuk dimengerti atau saya yang kelewat
dangkal sehingga kawan saya yang rendah hati itu tak tega untuk mengatakan
langsung : hai..kau dangkal kawan. lagipula saya tak terlalu paham juga jenis
bacaan dia, saya bukan stalker soalnya.
tapi
saya menerimanya dengan senang hati. Saya menghargai kejujurannya. Saya
menghargai karena ia masih mau membaca tulisan saya yang gak mutu. Terimakasih
karena masih menyebutku kawan. Kita yang hidup dengan masa lalu, kini, dan
nanti di bumi yang sama, yang mencoba memaknai pengertian di sana sini, secuil
hidup yang kita hormati.
Jangan
bersedih! Kesedihan hari ini akan berakhir. Demikian ibu saya mengutip ayat
alkitab bagi saya 3 tahun silam, ketika saya berjuang untuk bertahan hidup dan
melatih keberanian untuk bangun dan pergi lihat sepenggal dunia.
Kawan,
setiap kita mengalami lotere buruknya sendiri, sebagian sudah mengalami, sebagian
sedang mengalami, sebagian lagi masih menunggu jatah tersebut, tentu kita tak
dapat menolaknya, karena itulah kita menghargai proses yang sedang berlangsung.
Jangan bersedih, jangan sirik, kalau kau merasa orang lain bahagia
terus..heii..pasti kamu belum kenal dekat dengan dia, sebab dalam hidup, kita
membawa pedih dan sunyi masing-masing, setiap kita. chairil anwar menulis :
nasib adalah kesunyian masing-masing. dia tentu saja betul.
kita
mengalami dan memahami bahagia karena mengetahui apa itu sedih dan susah. Tiada
kiri tanpa kanan, seperti tiada atas tanpa bawah, dan perspektif itu seringkali
keliru. Karena itu, berilah jeda sebentar dalam hidup kita, ampunilah segala
deret riwayat kekecewaan, bertumbuhlah dalam harapanmu yang baru, yang
seringkali membikinmu kebingungan. saya telah memimpikan banyak hal, banyak
sekali. Barangkali kita lupa, bahwa keberuntungan itu datang bagi seseorang
yang siap ketika kesempatan datang. Jadi bangkitlah dari tidur panjangmu,
dan bergerak, persiapkan dirimu, jangan lagi menunda-nunda.
Jangan
lagi menyesal dan berlarut dalam kepedihan hari ini. Saya tahu perjuangan kita
masing-masing untuk bertahan hidup adalah sulit, masih berdiri tegak sampai
hari ini bukan perkara mudah. Karena itu, marilah kita memberi harga yang baru
karena mau mengampuni diri sendiri, mau menilai dan menimbang dengan adil,
kemudian memperjuangkan hidup kembali. Sebab kita tak mungkin menolak kematian.
Dia datang semudah engkau mengambil nafas. Ketika semesta masih memberikan kita
kesempatan untuk hidup, pergunakanlah.
![]() |
di bumi yang dengan sedih saya cintai ini, saya masih mau berbuat sesuatu...kita masih berhak bertemu cahaya pagi |
Kesannya kok munafik dan terlalu mudah untuk disampaikan yaa.. kawan, saya juga masih berjuang untuk mempertahankan mood yang baik, dan saya tak menolak hari-hari apes dalam hidup saya kemudian, karena saya telah memahami bahwa hidup adalah rangkaian perjalanan, langit selalu tahu kapan harus menurunkan hujan. Saya masih banyak takut dan khawatir dengan hidup saya ke depan, tapi saya kira, itu terjadi karena hati saya tidak tenang dan tidak mau percaya semua akan baik-baik saja.
Begitulah.
Ini akan jadi awal percakapan kita yang panjang.
kadang
saya menganggap diri saya naive..kalau lagi bengong di malam hari, saya sering
menyampaikan doa pada tuhan, supaya ia menjaga dan melindungi orang-orang yang
menyentakkan hidup saya, supaya mereka terus berkarya dan menularkan kecintaan
akan hidup, ini sungguh-sungguh lho. malam itu saya menyampaikan terimakasih
untuk mark zuckerberg yang memungkinkan adanya facebook karena saya jadi bisa
terhubung dengan kawan-kawan seantero dunia, bisa tuker cerita dan rahasia
dengan kawan-kawan, menggenggam kenangan masa remaja.
beberapa
waktu yang lalu saya mendapat beasiswa dari Kontras, selama 3 minggu saya
bertemu dengan 29 mahasiswa dari seluruh indonesia. setahun kemudian, ketika
saya menjadi volunteer di sana, saya banyak berkenalan dengan orang-orang baru,
dari pelosok negeri dan luar negeri. kami bertukar cakap lewat facebook, lewat
komen-komen status atau foto-foto. kemarin saya ngobrol dengan mereka. Aceh,
jogja, Jakarta, palangkaraya, timika, paris, oslo, wina, ketemu bruk dalam
dunia maya.
Sebenarnya
saya lebih menyukai ngobrol tatap muka, karena saya senang berinteraksi jarak
dekat, memperhatikan perubahan intonasi suara, gerak tubuh, kerut di wajah, hal
ini membuat saya bersyukur karena bisa berkomunikasi. Nah..ini adalah
keberuntungan kita sebagai manusia, bisa berkomunikasi, bisa menyampaikan
segala sesuatu. Keberuntungan kedua adalah karena kita makhluk social,
mengobrol membantu kita mengingat kembali siapakah saya, di manakah saya
berada, situasi apa yang saya hadapi, and so on. Kalau kamu belum pernah
memikirkan keberuntungan ini, pikirkanlah. Bisa berkomunikasi dan menjadi
makhluk social adalah sebuah keberuntungan.
Kawan,
pernahkah dirimu ketemu seseorang yang mengeluh hampir 5 menit sekali? Ngomel
karena cuaca terlalu panas, ngomel karena berdesakan di dalam bus kota, ngomel
karena makanan di restoran gak enak, ngomel karena seorang kawan bertanya
mengapa kamu mengomel? Saya sering ngomel juga sih, karena itu saya benci diri
saya sendiri kalau sudah jadi pengeluh. Mengapa? Karena kita punya otak dan
kita tidak bodoh.
Kita
pasti tahu tak semua orang beruntung bisa makan hari ini, kalau kamu belum tahu
sebaiknya kamu segera cari tahu, ini sungguh terjadi. Di bumi indah yang kita
diami ini, ada orang-orang yang tidak bisa memberikan makan bagi diri sendiri,
dan ini situasi sedih. Jadi kalau kamu mengeluh untuk makanan yang ada di
hadapanmu karena tak sesuai selera, padahal kamu tidak bekerja untuk membeli
makanan tersebut, sebaiknya kamu belajar untuk tutup mulut dan menghargai apa
yang melekat pada dirimu hari ini. Kalau kamu masih bisa complain, gw udah
bayar, enak aja, makanannya gak enak, puuiihh.. oke, anggaplah kamu apes, tapi
coba deh kamu berepot-repot untuk memasaknya, dan nikmatilah hasil masakanmu
sendiri. Maksudku, kamu telah membuang waktu kan (seneng atau sebel saat
melakukannya, kamu tetep buang waktu), kenapa sih ingin dilayani terus menerus?
Kalau kamu ngomel tentang transportasi public di Jakarta yang serba gak beres lalu memarahi orang lain karena mood-mu jadi berantakan, coba kamu bayangkan jadi seorang difabel, perjuangan mereka untuk menghadapi belantara ibukota. Bayangkan dirimu yang kesulitan menghadapi raksasa jalanan. Kita tentu saja boleh menyalahkan pemda dll, tapi konteksnya bukan ke sana, melainkan, bisakah kau menghargai dirimu yang masih hidup. Masih memiliki alat indera sempurna untuk melanjutkan hidup. Semesta tidak meninggalkan kita dengan perkakas hati yang busuk tau.. itu adalah nurani.
Saya
pernah tinggal di rumah sakit selama 42 hari, dan kesulitan melakukan aktivitas
sepele seperti berak dan cebok, ini sungguhan, dan ini tidak kasar.
Dulu
saya merasa hidup saya selesai, keluarga saya mengalami moment jenuh memompakan
semangat untuk saya. Sampai suatu ketika bapak saya menulis surat untuk saya,
dia kelupaan untuk menyerahkan itu ke saya, barangkali ia menunda karena tidak
tega memberikan surat tersebut, tapi intinya saya menemukan dan membaca surat
itu. Saya bersedih. Suratnya singkat. Saya tidak ingat persis kata-kata yang
tertera, tapi saya ingat satu kalimat yang menusuk hati : ren, macan tidak
pernah menyerah, dia selalu bangkit kembali. Dia akan menemukan jalannya sekali
lagi. (saya dan bapak bershio macan, saya memang jadi macan loyo tahun-tahun
itu). Kata-kata itu mengusik, karena akhirnya saya tahu, saya memiliki Hak
untuk Hidup, tidak ada yang dapat menghentikannya. Saya hanya perlu memompa
semangat dan mendukung diri sendiri. Ketika saya tidak menemukan hal yang
membanggakan diri saya karena semua terasa begitu biasa-biasa dan tak
spektakuler, saya melihat tubuh saya utuh-utuh.
Saya tidak menderita kanker dan penyakit berat lain – yang harus saya tanggung sepanjang hayat adalah saya difabel- saya cacat, tapi itu tidak membedakan saya dari mereka yang tidak difabel.
mata
saya masih bisa menonton atraksi menarik dari youtube, saya masih bisa nonton
dvd, saya masih bisa nonton bokep, saya masih bisa mantengin orang ganteng..
itu asik dude!!
saya
tidak bisu dan bisa mendengar : saya bisa bernyanyi meski hanya di kamar mandi,
saya tidak kehilangan pita suara, saya bisa berteriak : dasar tengik lhooo
babiikkk...taaaiikk, sambil naik kora-kora dan ngata-ngatain mantan atau
gebetan yang nyebelin.. hahhaaha..
saya
bisa membaca dan menemukan banyak hal-hal mencengangkan nurani. saya bisa
bahasa inggris dan berencana belajar bahasa lain. saya yakin keterampilan
berbahasa bisa mengantarkan kita melihat sepenggal dunia.
Eek
kita masih lancar (demi tuhan, eek di atas kasur itu gak enak banget...kamu gak
bangun-bangun dari kasur dan gak bisa lihat matahari). oksigen yang kita hirup masih gratis, kulit
kita masih bisa merasakan angin, meraba benda, tidak terbakar terpanggang api,
kaki kita masih bisa diajak menapak, ini adalah keberuntungan, kawan. Oya, ini
penting ! kamu masih bisa orgasme!!
Cintailah
dirimu sendiri kawan. Cintailah. Karena kamu berharga..karena semesta
menyediakan segala rupa sedih dan pedih untuk melatih kita jadi kuat, jadi
membumi, jadi lebih rendah hati, kemudian kalau kamu mau dan mampu, kamu boleh
membantu kawan-kawanmu, karena ada masanya nanti kamu mengerti bahwa membagi
sebagian kecil dirimu untuk orang lain adalah hal yang indah dalam hidup.
Dan
kamu masih dicintai, masih ada yang mau peduli bahkan ketika temanmu bertanya
untuk sikap burukmu. Kawan pasti tahu bahwa punya teman rasanya menyenangkan,
meskipun kadang-kadang kita perlu menyendiri untuk merenungi apa arti kehidupan
itu sendiri. Berterimakasihlah dalam hidup, karena ia mengajarkan banyak hal,
kalau saja kita mau memikirkannya pelan-pelan, dalam-dalam.
Bagaimana
kalau tak ada yang peduli? Pedulilah pada dirimu sendiri. Kalau kau mau tahu,
langit itu tercipta dari harapan-harapan kita. Saya bukan katolik yang taat,
saya tidak ke gereja, saya tidak tahu bagaimana cara berdoa, tapi saya mengucap
kepada semesta, saya membatin dan mengucap. Saya tidak sempat meyakini itu akan
terjadi, tapi saya tahu semesta mengetahui pedih dan keperluan saya.
![]() |
terus berkarya fellas, bagi peradaban... |
waktu saya sma, saya tergila-gila pada ayu utami, dia kebetulan satu almamater dengan saya di tarakanita. 10 tahun kemudian, saya sampai di Kontras, kalau saya gak difabel, saya gak sampai di Kontras. point-nya adalah, semesta gak pernah meleset, ia menunggu kita siap. waktu umur saya 8 tahun saya bercita-cita jadi penulis. waktu umur saya 12-18 tahun, saya merasakan diskriminasi dan pelecehan karena tubuh saya, dan cara saya mengatasi pedih itu adalah dengan menulis. di tahun 2005 saya mengirimkan novel pertama saya ke dewan kesenian jakarta untuk dilombakan, tentu saja tidak menang, judulnya Nyanyian Kembang Kapas, isinya terlalu naive, tapi saya tak kecewa lama-lama. malcolm gladwell bilang setiap orang memerlukan 10.000 jam terbang untuk menjadi terampil. kemarin seorang penerbit menghubungi saya, katanya ingin menerbitkan tulisan saya, padahal saya tidak kenal dia sebelumnya, saya tidak mencari-cari dia. dunia penuh hal-hal ajaib. dan keberuntungan gak punya jam kadaluarsa.
Kamu
masih punya hak untuk tersenyum hari ini. Dan cahaya pagi masih akan
membebaskanmu.
Kalau
saya gak jadi difabel, saya tidak akan jadi saya hari ini : yang mencintai
kehidupan begitu rupa, memiliki mimpi besar dan memperjuangkannya, yang lebih
punya hati untuk terlibat lebih jauh dalam kondisi sosial yang sudah serba
carut marut untuk lepas dari kedangkalan.
Saat
mengerjakan Singgah-novel yang mudah-mudahan jadi terbit itu, saya mencari
kawan-kawan untuk saya ajak ngobrol, karena mengobrol adalah kegiatan yang
asik. Kawan saya si pecinta alam, dalam sebuah obrolan hangat dan panjang,
mengungkapkan sebuah pernyataan lucu. Waktu itu saya bertanya : wa, apa sih
yang paling lo banggain dari diri lo. Dia menjawab lugas seketika itu juga
: gw bangga karena gw sombong. Kami tertawa geli. Dia menerangkan sambil
tertawa. Lo tahu gak kenapa gw bangga jadi orang sombong? Sebenarnya
saya bisa menduganya dan menelusuri sendiri dalam benak alasan-alasan mengapa
dia suka diri dia jadi sombong, tapi lewat mulutnya, semua terasa lucu dan
membumi.
Gw
sombong karena gw punya otak dan gw sebel sama mereka yang tolol karena males. Waktu itu kami sedang membahas
mengenai pendakian, dan saya terkesima oleh cerita dia. Dia memulai penjelasan
panjang lebar itu dengan berkata : kalau lo tahu beban lo makin berat, lo
punya otak buat ngakalin gimana untuk membuat lo lebih nyaman untuk menghadapi
itu (dia sedang cerita 14 hari mendaki bukit leuser di aceh, perjalanan
terjal berliku, dengan terik dan hujan, kondisi tubuh yang menurun). Persoalan
gak akan jadi ringan dengan selalu ngedumel, malah nularin semangat negative ke
orang-orang lain, karena gak semua orang bisa dan siap sekejab untuk terus
tenang.
dia
tentu saja benar. gak setiap orang bisa dan siap sekejab untuk terus tenang.
mungkin kamu sering mengalami situasi ini dirumah, konflik-konflik yang
membikin hatimu sepet sehingga memilih untuk budek elektif. budek elektif adalah situasi menulikan diri
sendiri, tak menggubris obrolan yang tengah berlangsung – ini istilahnya Ellen,
dan saya kerap kali menggunakannya dalam beberapa kali kesempatan diskusi yang
menjadi debat kusir dan membikin saya muak – bukan sama Ellen diskusinya, tapi
sama orang-orang bebel.
Kalau
lo kepanasan dan ngeluh terus, lo tolol. Karena lo harusnya bisa membayangkan
sebelumnya, lo sudah disuruh otak lo untuk persiapan, lo bisa menyediakan topi
atau kipas, dan berkeringat adalah hal menakjubkan, tubuh lo sedang
mendinginkan dirinya sendiri. Cuma orang manja aja yang gak seneng apa-apa
mengganggu diri dia, hidup di dunia sendiri aja lo sono. (saya terkikik geli, dia kalau cerita selalu teknis.)
Saya
teringat diri sendiri yang seringkali resah kalau kepanasan – saya alergi debu
soalnya, dan kulit langsung jadi gatal dan berperuntul macam kulit jeruk purut.
Dia benar, saya tahu kok hari akan panas, ketika saya memutuskan untuk pergi,
mengapa saya menyalahkan panas, kan saya tahu, kalau panas alergi saya kambuh.
Gw
sombong supaya orang-orang lebih maju dari gw, itu adalah pernyataan dia selanjutnya. Supaya
orang lain tertantang untuk jadi lebih baik dari gw, nah mereka bodoh kan,
ngapain ngelawan gw, kalau mereka jago, kan yang seneng mereka sendiri, yang
bangga mereka sendiri, dan gw ikutan senang dari kejauhan melihat mereka
berhasil. Kawan saya ini kompetitif dan mengedepankan fairplay, dia pendiam
tapi omongannya dalam, dia tidak cepat akrab pada orang tapi obrolannya
membangkitkan motivasi meski dia tak suka baca buku dan mikir berat-berat.
dia bilang, gw gak bisa ngedidik orang yang ketahuan gak mau ngedidik diri
dia sendiri (dia adalah senior di UKM-nya yang melatih banyak anak muda
untuk berani dan percaya pada kemampuan dirinya, kemampuan bernalar,
menganalisa dan memutuskan).
Saya
terkenang malam-malam curhat dengan seorang sahabat saya si perempuan hebat
yang menyesatkan saya dalam pikuk derrida, dia anak filsafat UI, umurnya waktu
itu menjelang 20 sementara saya menjelang 25, kebetulan saya tak merasa
terbebani dengan umur, dan senang mendapatkan ilmu untuk meluaskan wawasan.
ia
mengatakan : lo cocok deh ren kerja di bidang social atau jadi guru tk. Saya
tertawa membaca tulisan itu. kami ngobrol di room chatting facebook, dan saya
kerap kali membuka ulang text conversation itu bila butuh untuk tahu lebih
dalam, karena ucapan-ucapan dia selalu melecutkan saya, dia tidak menghakimi
dan selalu balik bertanya mengenai apa yang saya tanyakan. Awalnya kebingungan,
tapi dia membantu saya untuk berpikir runut dan sistematis. Dia mengajarkan
saya banyak hal ketika dia mengajari saya untuk menghargai pikiran dan pendapat
saya pribadi, menghormati proses kehidupan yang seringkali di masa lalu, saya
kutuk. Dia mengajari saya menilai diri sendiri dengan lebih adil. Saya
berterimakasih untuk itu, karena ia meluangkan waktu untuk obrolan-obrolan yang
membikin saya membuka diri dan menyembuhkan diri pelan-pelan.
Saya
melihat melalui dia, bahwa keberhasilan bukan soal keberuntungan dan koneksi,
keberhasilan juga perlu diraih sendiri. Mimpi besar tak akan segera menjadi
kalau kita tidak mendisiplinkan diri sendiri.
Dalam
lini apapun saya kira, kesiapan mental dan bekal pengetahuan itu penting, juga
obrolan-obrolan tak penting itu penting, karena memunculkan ide gelembung
sabun, yang membikin dirimu dihantam dengan lembut. The time you enjoy wasting
is not wasting time. Tapi berlarut dalam kesedihan, hanya mengurangi
keberuntungan, karena sebetulnya kita bisa menyiapkan diri untuk segala
sesuatu.
Keterampilan
tidak selesai dalam satu hari. Kamu mesti menempa dan mengasahnya terus
menerus, kamu perlu melihat dunia yang lain. Kamu perlu melatih keberanianmu.
Galilah dirimu terus menerus kawan, kendatipun dingin hari ini melebihi dingin
yang pernah kau tahu, kendatipun saat ini terasa begitu jauh dan berliku,
nikmatilah perubahanmu.
Tidurlah ketika kau membutuhkan istirahat tenang yang panjang atau sejenak. Kemudian bangkit dan bergeraklah. Bergeraklah.. sebab kau layak.
Saya mengharapkan yang terbaik untuk kawan sekalian. I love you ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar