Minggu, 19 Agustus 2012

peri di kuntum lili





Setiap hujan datang menjelang pagi, selalu ada perasaan sunyi sekaligus kegaduhan di kepalaku. Sekuat apapun aku menghalau kamu dari pikiranku, kamu selalu muncul dan menimbulkan sesak yang tak datang sebentar. Apa yang lebih meyedihkan ketimbang sebuah suara sayup-sayup di dalam hati, yang selalu kamu coba untuk sangkal, suara yang ingin berujar kamu apa kabar.
Kamu apa kabar # you

Aku kehilangan benang perak pemberian peri di kuntum bunga lili. Aku sedih sekali, sebab musim penghujan nanti dia akan datang ke kuntum bunga lili lagi. Aku selalu tahu kuntum yang mana, meskipun ada lebih dari ratusan kuntum bunga di padang belakang dekat aliran air. Kamu harus berdiri di pinggir gerumbul semak pandan yang sebelah kiri, dan kamu harus memicingkan matamu yang sebelah kanan, dan kamu akan tahu, kuntum lili tempat peri singgah di musim penghujan nanti.
Kelak aku tahu peri itu datang jauh dari barat daya. Dia diterbangkan angin melintasi gurun karena debu peri miliknya telah habis, kepayahan demi kepayahan dia alami, terdampar dan menunggu. Dia mengandalkan mimpi untuk membuatnya terus merasa yakin bahwa suatu hari situasi ini akan berganti, dan pada hari-hari seperti inilah dia memilih untuk berhenti mati. Aku membayangkan betapa kecil dan rapuhnya dia,sendirian dan tak selalu berhasil mengatasi perasaan serba lelah. Ketika aku membayangkannya, aku mengerti pilihannya untuk berhenti mati, dengan bermimpi. Tapi ini adalah sejenis kepedihan yang lain. Sebab kita sama-sama tahu ada waktu yang terus hilang dan seringkali kita tak bisa ingat tentang hari-hari yang sudah berlalu. Hampa.
Pengertian itu tak muncul seketika.
Musim penghujan di sini hangat, demikian ujarnya di suatu hari kelabu, sewaktu aku meringkuk menyembunyikan tangisku.
Aku tanya sama dia, kamu dari mana? Apakah kamu kenal Peterpan, mataku pastilah membeliak. Apakah kamu berteman dengan Tinker Bell? Betulkah Neverland itu ada? Aku membayangkan diriku terbang hingga pagi mengikuti arah sinar bintang kedua di sebelah kanan.
Mengapa manusia harus merasa sakit, apa arti pedih? Apakah kamu bisa sedih, apakah kamu menggembol terus sedihmu tiap waktu?
Dia mengernyitkan hidung dan terlihat begitu prihatin menghadapi aku. Kemudian tertawa. Tawanya mengingatkan aku akan bunyi lonceng dan giring-giring, suara dari masa laluku, waktu aku masih memutuskan untuk percaya. Aku memperhatikan dia sungguh-sungguh, dia sangat cantik dan tampan sekaligus. Berdiri di telapak tanganku, ringan seperti bulu, hancur dalam sekali remasan tangan. Waktu itu aku menyadari, akulah yang rapuh dan seringan bulu, yang tak punya kekuatan untuk menyatakan suaraku sendiri, kebebasanku sendiri.
Aku ingin cerita tentang Santa, aku selalu suka menunggu Desember.
Santa siapa?
Santa Klaus. Yang tinggal di Kutub Utara.
Waktu kecil aku menulis surat pada Santa Klaus. Aku bilang padanya aku ingin diberi hadiah udara dari Kutub Utara yang dimasukkan ke dalam botol kristal. Supaya kapanpun aku merindukan natal, aku bisa membuka tutupnya dan menghirup udara Kutub Utara. Sebab Natal menyenangkan dan tak perlu merasa sedih, itu adalah gagasan yang cemerlang, tidak perlu merasa sedih. Aku percaya Santa Klaus punya tempat riset yang lebih canggih dari segala tempat riset di dunia, karena itu aku percaya udara dalam botol kristal ini tak akan pernah habis meskipun telah dihirup berkali-kali, dan botolnya tak akan pecah berkeping-keping, seperti hatiku yang seringkali terasa ngilu karena pernah pecah dan tak utuh lagi. 
Apakah sia-sia.
Apanya?
Keyakinan itu.
Apakah keyakinan.
Kami tak bisa menjawabnya hari itu.
Dia memberiku segulung benang perak. Benang itu adalah benda yang sangat berharga, demikian ujarnya. Dia telah berkelana selama seribu satu tambah satu waktu peri, dan dia bilang jangan tanya apakah waktu peri itu, pokoknya itu adalah waktu peri. Aku mengamati benang perak tersebut dan dia menuturkan bahwa benang itu adalah benang terkuat di seluruh semesta.
Mama bilang aku gak boleh percaya pada orang asing, mengapa kamu memberikan aku benang perak ini, sebab aku asing bagimu.
Mengapa kamu bilang benang perak itu sangat berharga, memangnya bisa menyumbat sedih? Bukankah ada yang lebih berharga ketimbang apa yang kita kira berharga hari ini?  Seperti jiwa misalnya.
Si peri menatapku lagi-lagi dengan wajah prihatin, apakah kamu selalu curiga terhadap pemberian orang lain? Aku menjawab, bukankah seharusnya begitu, bukankah selalu ada nilai tukar (aku hampir-hampir tak percaya telah menyatakannya). Dan bukankah kita perlu curiga?
Kamu tahu rasanya dipermainkan? Kamu menunggu ditarik keluar dari lubang, kamu merasa kamu selamat, tapi sebetulnya kamu dirantai di lehermu dan kamu tak melihatnya, mungkin sesekali kamu melihatnya tapi pengertian itu belum tiba, kamu betul-betul merasa tidak apa-apa. Ketika pengertian itu tiba kamu bersedih dan merasa sangat buruk, barangkali ada marah, tapi tak cukup untuk membikinmu memiliki dirimu sendiri. Selalu ada yang bungkam di luar sana. Keheningan itu terasa begitu mengganggu.
Dia diam. Dan aku gemetar menghadapi gagasanku sendiri. 
Di mana kamu mendapatkannya, tanyaku, mengalihkan pikiranku sendiri . Oh, itu adalah benang perak buatan nyonya laba-laba. Aku menemuinya di tepian dunia, di hari ke duaratus empatpuluh lima waktu peri.
Apakah nyonya laba-laba temanmu?
Apakah kamu memang selalu banyak bertanya? Dia menjejak-jejakkan kaki pada telapak tanganku. Itu sudah kebiasaanku, mau bagaimana lagi, ujarku dengan bersungguh-sungguh.
Mengapa kamu berhenti di sini?
Dia menjawab dengan diam.
Kamu akan lama di sini? tanyaku.
Aku belum memutuskan.
Aku lihat dulu apa yang akan terjadi besok.
Apakah kamu tahu kamu siapa?
Aku peri. Dia tertawa, tawa yang menentramkan hati. Apa kamu tak tahu kamu siapa?
Aku diam saja, si peri itu jelas tak mengerti susahku, sebetulnya aku tahu bahwa dia tak harus mengerti susahku, tapi aku berpikir, barangkali dia bisa mengerti sesuatu di luar mengertiku. Apakah kamu tahu kamu siapa.
Langit di atas tiba-tiba keruh dan serbuk hujan berhamburan.
Aku menyukai hujan. Dan biarkan aku sendiri dalam kesepianku, demikian dia berkata seperti menyuruhku untuk lekas pergi.
Tapi besok kamu betul-betul masih akan di sini kan.
Aku pulang menuju rumah menangis tersedu karena merasa sebentuk perasaan ganjil muncul. Berharap besok pagi dia masih di sana.
Sambil berjalan pulang aku memikirkan diriku. Berusaha sekuat tenaga untuk mengingat-ingat dan merasa sangat pusing serta lapar. Muncul sepenggal kesadaran tentang diriku sendiri. 


Aku adalah gadis yang ingin menangkap bintang jatuh menjelang subuh. Telah berhari-hari aku tak dapat tidur karena kesedihan menghimpit dadaku. Aku telah menunggunya sepanjang tahun, bintang jatuh itu. Kadang-kadang mimpi itu datang.
Pernah simbah berkata bahwa di hari ketika ekor bintang dalam dekapku, detik itu, hanya didetik itu, aku bisa menangkap sinar rembulan dan memasukkannya ke dalam botol kristal. Hari ketika hal ini dapat terjadi akan menjadi hari yang indah. Simbah lupa mengatakan bahwa hal ini sulit jadi mungkin. Padahal aku ingin bersih dari ingatan menyedihkan.
 Jangan menangis, ujar simbah. Ia menguntai kalung mutiara bagiku, itu adalah kilau yang indah, dalam telapak tanganku berpendaran. Ia membuatnya dari sinar bulan.
Aku ingin bilang pada si peri bahwa aku mengalami banyak sekali malam-malam masokis, melukai diriku sendiri, merasakan sebentuk kemarahan dan kekejian yang membikin aku muak terhadap diriku sendiri, dan dengan demikian punya keberanian untuk mengampuni diri. Sayangnya perasaan termaafkan seperti ini jarang bertahan lama, aku selalu merasa perlu terluka.
Suatu hari aku melihat seorang laki-laki dari kejauhan. Aku pikir dia kesepian. Dia seorang diri. Aku bisa menduga dia juga menyimpan pedihnya sendirian, seperti aku, yang seharusnya siap merayakan hidup. Ada perasaan senasib yang sama. Bersamaan dengan munculnya pengertian itu, aku juga merasa bahwa dia sengaja membawa impian tentang pasar malam dalam benaknya, kapan saja, ke mana saja, membayangkan ada tawa berhamburan. Barangkali seperti aku, impian itu  menguatkan dia untuk melanjutkan perjalanan.
Mungkin dia mau diajak bertukar cerita.
Malam itu hujan datang lagi menjelang pagi.  Di kamarku, ada dunia kecil milikku sendiri. Dan ada kehidupan di luar sana, yang tak mudah untuk dimengerti.

Senin, 13 Agustus 2012

saya sendiri gak tahu mau kasih judul apa


*another tulisan sekali jalan – dari isi kepala yang luber.

kalau kamu biasa makan masakan premium, kemudian kamu menghabiskan waktu untuk makan dan nongkrong di suatu tempat yang harganya sok premium, kemudian menemukan rasa masakan dan minuman itu KW 12 ... alamakkk jan – apalagi kamu bisa masak, itu mangkel dan gondoknya sampai ubun-ubun.

serius. saya gak keberatan keluar uang lebih untuk merasakan makanan dan minuman enak, tapi rasanya dicurangi itu ngeselin banget. saya teringat tante hengki tetangga saya yang baik yang kerap mengirimkan masakan ke rumah. suatu hari dia datang untuk mengobrol dengan ibu saya. Hari itu saya menyiapkan risoles daging oregano sebagai bekal bertemu kawan-kawan (saya lupa ketemu siapa). Kemudian tante hengki bertanya, “mau ke mana nensi (dia gak pernah panggil saya rensi) sibuk banget masak-masak.” Dan dengan lugunya saya menjawab : mau ke blok m plaza tante. Dan kemudian dia memandangi saya heran, “ngapain ke blok m plaza bawa bekal makanan, repot banget tinggal beli.” Betul juga sih, ngapain repot, lagian saya juga punya uang untuk dibelanjakan, tapi gimana donk.. saya biasa bawa bekal buatan sendiri, karena masakan saya jauh lebih enak (somboonggg). 


Cerita tentang risoles itu sungguh lucu, sahabat saya sejak SMP – manda yang tinggal di singapore dan pandai menjahit (ngiirrii!!!) – minta dibawakan risoles waktu dia ngidam. Jadi risoles itu sudah berangkat duluan ke sana dan sampai hari ini saya masih menabung  - dan tabungannya terkuras terus – dan belum sampai sana..hahaha... Suatu hari saya berniat menitipkan risoles itu untuk tante Siska – mamanya manda, dan janjian ketemu dengan Dea – adik bungsu Manda (sungguh kalimat yang tidak penting, kata-kata berhamburan tanpa efisiensi, biarlah...jadi gak mutu itu perlu *pertanyaan serius, sombong sekali saya merasa bermutu). Karena lama gak ketemu, akhirnya saya traktir dia nonton Narnia. Dua jam berlalu, enam potong risoles itu ludes dimakan Dea selama menonton bioskop.  “Dek, lo abisin itu risoles semua?” dengan tampang sok prihatinnya itu dia berkata, “Iya mbakk... kan mama pergi keluar kota.”  okehh..kocak banget. “kenapa lu gak bilang dari tadi pagi, gw bikinnya pake effort taukk..kan gw janji mau bawain buat nyokap lu.”

Nemuin resepnya setahun, gak sengaja pula, coba-coba sendiri karena gak pernah merasa sreg dengan setiap risoles yang pernah saya cobain, ternyata enak buat standart saya.  Eh resep ini seriusan lho 

Pokoknya siapkan bahan yang telah dirajang halus masing-masing semangkuk : daging giling, bawang bombay, wortel, buncis, jagung pipil. sayuran ini direbus setengah matang kemudian tiriskan. Setengah mangkuk bawang putih diulek halus, 1 sendok makan oregano, 3 sendok makan krimer. Cairkan 3 sendokmakan terigu dengan segelas air – jangan gunakan maizena nanti dia encer ketika dingin kembali.

Saya menumis bawang putih dan bawang bombay dengan keadaan minyak dingin (tidak menunggu panas) supaya aroma bawang itu tercampur rata dengan keseluruhan minyak goreng – pakai olive oil lebih pekat lagi rasanya, cuma gak wajib kalau mahal, setelah agak layu saya beri satu sendok makan oregano, satu sendok makan gula pasir dan satu setengah sendok makan garam, kemudian saya masukkan daging giling dan memasaknya sampai  hampir berubah warna kemudian saya tuang tigaperempat gelas air hangat dengan 3 sendok makan krimer yang dicairkan, dan mengaduk-aduknya terus sampai minyaknya keluar dan membiarkan setengah asat (airnya menjelang habis). 
Kini giliran sayuran berenang di dalam wajan. Aduk hingga tercampur rata, kemudian masukkan caira tepung terigu, aduk rata berkali-kali sampai pengadukan terasa berat – artinya tepungnya matang, dan jadilah Ragout untuk pengisi risoles.

Saya selalu membuat isian Ragout cukup banyak untuk disimpan, sehingga kapan pun ingin membuat risoles, tak lagi perlu berpayah-payah mengerjakan isiannya. Untuk membuat dadar, secangkir tepung terigu, dua cangkir susu cair (dari susu bubuk yang dicairkan juga bisa), 2 butir kuning telur, setengah cangkir margarin lumer, aduk hingga licin tak berbutir. Tips, dengan sendok sayur tuang adonan dadar setinggi 30 cm, bila adonan mengalir lancar tanpa terputus, berarti adonannya pas. Dadar satu per satu, supaya tak melekat satu sama lain, sehabis pengerjaan bisa dilapisi plastik/daun pisang (kalau saya sih gak seribet itu, tapi kadang memang uap panas bikin dadaran lengket satu sama lain).



Kemudian isikan ragout ke dalam dadar dan gulung, rekatkan dengan larutan tepung. Panir risoles. Kalau saya, tangan kiri saya gunakan untuk menggulingkan risoles ke dalam larutan putih telur dan sedikit air, kemudian saya cemplungkan risoles ke dalam piring penuh dengan tepung roti, dan tangan kanan saya yang melakukan kegiatan memanir itu, sehingga jari-jari saya tak bergumpal dengan adonan tepung roti putih telur. Goreng dalam minyak panas hingga golden brown. Tiriskan.

Kalau itu gorengan ala londo, maka gorengan lumpia adalah resep yang juga akan saya bagi.

Seduh 2 sendokmakan ebi dalam semangkuk air panas, biarkan lunak. Setelah lunak ulek halus. Ulek halus 6 bawang putih dengan 1 sendokmakan lada. Siapkan satu mangkuk daging giling, satu mangkuk wortel parut, satu mangkuk rajangan daun bawang halus, 4 butir telur kocok.

Saya mengiris rebung hingga berbentuk korek api (beli yang warnanya kuning coklat pucat ya,baunya agak kecut dan teksturnya kenyal. Kalau kamu beli yang sudah irisan kaku dan warna putih itu sudah dikasih pemutih). Kemudian saya membilasnya dalam air mengalir. Tiriskan. Remas-remas 2 mangkuk rebung dengan 1 sendok makan garam dan 1 sendok makan gula pasir – supaya hilang rasa pahitnya, kemudian bilas hingga bersih. Rebus dalam air mendidih yang telah ditambah 2 sendok makan gula pasir dan 1 sendok makan garam – percaya deh, tujuannya supaya rasa pekat gurih itu melekat di rebungnya. Tiriskan rebung  dan remas hingga airnya habis. Rebung siap digunakan.

Dalam minyak panas tumis ebi hingga berenang – ini istilah saya, hehe – dan harum, masukkan bawang putihnya. Masukkan daging giling, aduk hingga berubah warna, masukkan air panas setengah gelas, aduk-aduk dan biarkan asat. Beri 1 bungkus kaldu bubuk. Masukkan wortel parut, rebung rebus, daun bawang dan aduk hingga rata. Rasa isian lumpia pekat dengan manis dan asin. Menjelang matang, masukkan telur kocok dan aduk hingga berbutir. Biarkan dingin sebelum diisikan dalam kulit lumpia.

Untuk pengerjaan menggulung, biasanya untuk menghindari kulit yang pecah saat digoreng, saya menggunakan satu setengah lembar kulit lumpia. Satu bagian yang bulat utuh dengan tambahan paroan kulit lumpia, kemudian digulung dan direkatkan dengan larutan tepung kental. Goreng dalam minyak berendam – ini istilah saya juga sih, maksudnya minyaknya banyak – hingga golden brown. Tiriskan, dengan cara lumpia diberdirikan di dalam baskom yang telah dilapisi kertas supaya minyaknya menetes semua.

Sisa Isian lumpia ini biasanya juga saya campur untuk mendadar telur dengan rajangan cabe rawit. Perbandingannya 3 sendok makan isian lumpia dengan sebutir telur – supaya padat dadarnya, kalau saya sih benci dadar berkulit, buat saya tekstur telur goreng yang lezat itu, gak boleh sampai berkulit, harus lembut dan belum sempat berserabut, ketemu api panas, bolak-balik, segera angkat. 

 Bulan Juli 2012 ini saya mengikuti acara Ziarek yang diselenggarakan kawan-kawan KMK dari kampus. Itu
adalah ziarek yang membahagiakan sebab kawan-kawan karib yang sudah jarang bertemu dan punya kesibukan sendiri (gak mau ngaku tua) akhirnya berkumpul. Di sela jam istirahat kami pergi cari tempat nongkrong di Jogja dan ketemu McD (mainstream sekali bukan...di jakarta McD di jogja McD) setelah itu ngicipin nasi goreng babi Paviliun dan kaget setengah mati, itu nasi goreng murah banget. Apakah enak? untuk harga segitu enakk.. tujuhribu perak dengan dadar telur dan irisan babi yang lumayan seru...

Ingat nasi goreng babi jadi teringat bapak. Bapak harus selalu sarapan (saya suka bingung itu sarapan atau makan siang atau sarapan dan makan siang dan makan malam jadi satu) kalau gak dia bilang gemetaran, dan saya khawatir kalau dia gemetaran, dia sebesar beruang tapi saya sayang sekali padanya (ahahahaaa... ini seperti tulisan anak 5 sd, sangat lucu) kan gak asik kalau ada beruang ambruk di depanmu. Bapak pandai memasak, dia bukan tipe pria ladenan dan teramat mandiri. Kadang saya yang menyiapkan sarapan untuknya, memasak. Sebab saya gak pernah tahu kapan akan terakhir kali memasakkan sesuatu bagi dia, saya gak tahu siapa yang duluan dipanggil semesta, dia atau saya. Oleh sebab itu soal beginian saya gak pernah mengeluh.



setiap sabtu sore saya menyediakan diri untuk memasak makanan yang dapat diolah lagi, seperti bola-bola daging, siomay udang ayam, dan fresh bolognaise sauce (disimpan dalam wadah plastik kontainer di kulkas untuk keperluan seminggu itu), sirup lemon yang eksotis – buat saya sih, dan selai nanas yang membikin saya selalu kangen Natal.  Selalu ada sisa kuah kaldu dari proses pengolahan bola-bola daging. Kuah kaldu itu saya buat menjadi chawanmushi. Itu adalah makanan favorit ibu saya. Kalau makan di sushi tei, satu mug kecil harganya 25ribu plus tax. Sementara dengan modal 50ribu saya bisa membuatnya untuk dua rantang...sungguhan, dan itu menyenangkan. Saya tak bisa menduplikat persis rasa chawanmushi asli jepang itu, saya memodifikasinya dengan selera saya. Teksturnya seperti tahu sutra.

oke, saya akan membagi resep chawanmushi ala diri sendiri. Perbandingan kaldu dan telur kocok adalah 3 : 2, atau tiga cangkir kaldu dan dua cangkir telur. betul, makanan ini menggunakan banyak sekali telur. Kalau mau teksturnya lebih padat, tambahkan 2 butir telur untuk setiap resep. Sebetulnya kita langsung bisa mengukus cairan ini selama duapuluh – 30 menit dengan menambahkan kaldu bubuk dan bawang putih bubuk.

Tapi biasanya saya menambahkan isian dalam chawanmushi dengan citarasa Indonesia. Saya menumis ulekan lima siung bawang putih,1 sendokmakan ketumbar, 1 sendokmakan lada dan pala, 1 sendokmakan garam dan gula pasir, dan menambahkan rajangan halus 2 cangkir jamur tiram serta satu cangkir daging giling. Kemudian tumisan itu saya campur ke dalam cairan kaldu serta telur. Setelah dikukus tigapuluh menit (tergantung api juga sih dan volume chawanmushi, tapi tips-nya tusuk chawanmushi dengan garpu, teksturnya akan seperti puding custard dengan rasa gurih – silahkan cek cooking with a dog di youtube untuk mendapatkan gambaran visualnya) Chawanmushi disajikan hangat-hangat, biasanya saya menaburkan irisan halus daun bawang sebelum disantap. 



Kalau kamu suka makan mie instant rebus dengan irisan cabe rawit, menambahkan chawanmushi itu aduhaaaii beneerrr...

Ibu saya mengajarkan untuk berhemat – siapa yang enggak – karena akan selalu ada kebutuhan lain yang mendesak. Hal ini juga berlaku untuk soal masak memasak. Kalau bisa melakukannya sendiri, sebaiknya kerjakan. Karena buat saya memasak itu relaxing sekali dan menantang. Main-main dengan api, tekstur, coba-coba utak-atik bumbu sampai ketemu rasa yang sesuai selera itu seru.

Saya gak share resep siomay dan bolognaise yaahh..karena sudah banyak yang tahu pasti, saya justru ingin share sirup lemon yang menurut saya rasanya eksotis.

Siapkan sekilo lemon california (betul yang warnanya kuning dan cuaanntttiikk banget itu). Kemudian kamu cek di youtube – cured lemon dari channel foodwishes.com supaya kira-kira dapat gambaran visualnya. Iris lemon california setebal 5mm dan buang bijinya. (kalau saya karena gak mau rugi, sebelum lemon-lemon itu diiris, kulit luarnya – lemon zazt – sudah saya kupas duluan seperti mengupas kulit wortel itu lho menjadi kupasan panjang berbentuk tali-tali). Dalam link itu, chef john menggunakan garam, tapi saya gunakan gula. Tata lemon dalam toples, taburi gula pasir, lemon zazt, gula pasir, lemon, gula pasir, lemon zazt, seterusnya sampai habis. Saya merebus 1 cangkir gula dengan 2 cangkir air dan sebatang kayu manis + 4 cengkeh (optional sih, tapi saya suka bau berempah). Setelah dingin saya tuang ke dalam toples bening berisi susunan lemon. Biarkan beberapa jam. Sirup itu akan kental dengan sendirinya.

Dari cairan manis itu, saya sering bereksperimen dengan macam-macam ingredients. Saya membikin jus kedondong  dengan sirup itu – dan itu jus kedondong itu lebih enak untuk standart saya dibanding jus kedondong dari resto makanan indonesia yang jual iga (gak sebut merk..hihihi). Kali lain saya merajang daun mint, strawberi, sedikit soda dan pemanisnya adalah sirup lemon itu, dan itu enakk. (saya merasa setiap kali membikin minuman, dengan menambahkan seedddiiikkkkkiiitttt sekali garam, membikin cita rasa minuman itu muncul).

demikian.

saya masih suka berburu kuliner dan menonton channel-channel di youtube, itu bener-bener les masak gratis. menyenangkan sekali.  

setup pear yang kecut manis berempah


*aduhh siapa ya yang mau bagi resep saus perendam chuka Iidako dan scallop nya sushi tei... slluurrrpp

ehh saya udah bisa bikin shorbet lemon-nya sushi tei lho.. dari sirip lemon eksotik itu, tanpa kayu manis dan cengkeh !!

boleh mampir ke sini juga.. 

http://wuntasanggili.blogspot.com/2013/06/take-love.html

Senin, 06 Agustus 2012

Puss





Ada kucing perlente, dia mengenakan sepatu boots. Tapi bootsnya bukan keluaran Doc.Marteen. Waktu kecil aku merengek minta dibelikan mama sepatu boots Doc.Marteen sementara kawan-kawan sebayaku sedang asyik dengan sepatu LA Gear yang  berkelap-kelip.
Aku kepingin dapat perhatian dari kakak kelasku Yoel. Dia gak ganteng tapi cerdas luar biasa, tak peduli pada sekitar dan itu yang membuatku gemas. Kami beda tiga tahun, dia kelas enam dan aku kelas 3 SD. Aku membuntuti dia di setiap jam istirahat. Dia suka ke perpustakaan. Suatu hari ia meminjam serial buku Rumah Kecil di Rimba Besar-nya Laura Ingals. Aku tak mau kalah dan ikut meminjam Anak Tani. Bu Erna penjaga perpustakaan heran ketika aku meminjam buku tersebut, katanya, kamu masih kecil sudah kuat baca begini? Buku itu agak tebal untuk bacaan anak seusiaku, umurku baru menjelang sembilan tahun waktu itu.
Per dua minggu aku menghabiskan membaca satu buku dari serial Rimba Besar, pelan-pelan, seperti menikmati menjilati lollypop sedikit-sedikit supaya manisnya tidak habis-habis. Setelah selesai membaca serial Rumah Kecil di Rimba Besar, aku berketetapan hati ingin menjadi penulis seperti Laura bila besar nanti. Laura memulai ceritanya dengan :
Suatu ketika, enam puluh tahun yang lalu, adalah seorang gadis cilik yang tinggal di rimba besar, di daerah Wisconsin, dalam sebuah rumah kecil kelabu yang terbuat dari balok-balok kayu. Pohon-pohon raksasa yang tinggi besar dan rindang mengelilingi rumah itu.
Aku ingin sekali bisa berada di Wisconsin, pada masa Laura hidup, bisa menjadi kawan permainannya. Merasakan datangnya musim dingin, pesta dansa dan meminum sirup mapel, mendengar lolongan serigala dari kejauhan, pokoknya aku suka membayangkan menjadi Laura.
Seingatku, karena tersihir oleh Laura, aku jadi kelupaan sedang naksir dengan Yoel. Pada satu kesempatan, berbulan-bulan setelah serial Rimba Besar itu tuntas aku baca, akhirnya bisa juga kami duduk berdua, bercerita tentang Almanzo dan Laura, tentang Wisconsin dan Minnesota. Itu cinta monyet yang lucu, rasanya bisa duduk berdua dengannya itu menyenangkan sekali.
Kami berjanji akan sering-sering bertemu di perpustakaan, besok-besok kami ingin tenggelam dalam dongeng-dongeng Grimms.
Ternyata Yoel tak suka kucing, apalagi yang bersepatu boots. Yoel suka gadis yang usianya sebaya, potongan rambutnya mirip Bibi Leung di serial Return of Condor Heroes-nya Andy Lau, wajahnya pun mirip. Aku memusuhi dia dan menenggelamkan diri dalam dongeng-dongeng Eropa.
Selain Cinderella, kucing bersepatu boots adalah cerita yang menarik. Sebab si kucing cerdik dan kepingin dianggap berguna. Padahal dia tak perlu bersusah payah demi kemujuran si tuan, anak ketiga pemilik penggilingan yang kehilangan semangat, dia bisa saja minggat dan hidup sendiri – si kucing itu, dengan keterampilan melobi dan berburu yang ia miliki. Kalau dipikir kucing ini agak bloon juga. Oh ya kelak tuan itu bernama Lord of Carabas.
Setiap hari kucing bersepatu boots mengirimkan hadiah untuk baginda raja. Ia mengatasnamakan Lord Carabas untuk kiriman-kiriman tersebut. Raja tersentuh. Orang mudah berubah loyal untuk orang-orang yang bisa mengambil hati, si kucing memenangkan perhatian Raja. Raja kepingin tahu lebih jauh tentang si Lord Carabas ini.
Singkat cerita, putri raja menikah dengan Lord Carabas, bukan ini masalah yang serius.  Si kucing ini pandai sekali mengkondisikan segala sesuatu dan ia begitu menyeramkan. Ia mengancam sekumpulan orang, dikisahkan kibul-kibulan itu berhasil. Dari kejauhan sebelum karavan raja melewati perladangan, si kucing berlari sambil berteriak-teriak :
good people,you that reap. if you do not tell the king that all this corn belongs to lord marquis of carabas, you shall be chopped as small as herbs of the pot!!
Tentu tak ada yang mau dimutilasi. Suasana di ladang pastilah mencekam dan mereka memilih untuk tak menolak.
Setelah membodohi banyak orang, si kucing dengan keberanian yang tak hilang datang ke kastil. Ia telah mempunyai rencana dan begitu percaya diri. Ia mengetuk pintu dan menjual kata-kata. Ia berhasil mempermainkan si Ogre busuk. Ia menyantap si ogre busuk yang telah berubah jadi tikus dengan kelihaiannya mengumbar kata. Aku heran dia tak mati mbeledug karena perutnya terisi si ogre busuk. Barangkali bersilat lidah itu ampuh untuk mendatangkan keajaiban, lepas dari maut dan petaka.
Cerita ini dikisahkan Perrault pada tahun 1697. Ada banyak anak dari masa ke masa mendengar cerita ini. Betapa tuanya bumi yang kita tinggali. Orang-orang datang dan pergi, lahir dan mati. Di Italia ada cerita serupa. Perrault bisa saja sudah mendengar. Ada rentang 63 tahun sebelum Lord Gagliuso bertemu muka dengan Lord Carabas. Kita tahu sebenarnya mereka berdua bukan sungguh-sungguh Lord.
si Lord Carabas ini agak memalukan menurut pendapatku, bahkan maling saja perlu bekerja.

the conversation, it is




[22:06]    gimana kabar? ada cerita menyenangkan apa hari ini
[22:06]  masih tetep nyinyir
[22:07]    malcolm gladwell-nya udah sampai mana? 
               nanti aku pinjemin what a dog saw kalau outliers-nya udah selesai. 
               btw, aku lagi nonton ulang capote sama infamous,  
               kok ditonton duakali aku masih belum ngerti ya, bodoh banget aku, 
               tapi phillip seymour ngegemesin banget  jadi capote..pengen aku tamparin, 
               karena ccuuuaaaapppeekkk banget dengerin dia ngomong apaan !!! sumpah !!
[22:09]  kemarin aku baru selesai baca breakfast at tiffany- nya kamu.
[22:10]   aku belum pernah bisa dapet filmnya, tapi kamu harus lihat di youtube, ada sepasang
               perempuan dan laki-laki, nyanyiin cover versionnya moon river itu indaaaahhh banget,
               berasa jantungku disilet-silet pelan- pelan... umm... the honey tree kalau gak salah,
               coba searching mereka..
[22:10]  eh
[22:11] kenapa?
[22:11]  enggak..ini tiba-tiba di radio ada lagunya elton john 
              yang written in the stars.. sebentar..sebentar
[22:12]  kenapa
[22:12]   nyesek banget liriknya
[22:12]  jangan dipikirin
[22:13]   kepikiran jadinya. pedih banget.
[22:13]   hardest day-nya the corrs juga nyesek, 
              ni kenapa radio muterin lagu patah hati  deh..malem- malem begini..
               aahh stupid..ngerusak mood aja
[22:18]   ada purnama merah jambu, dari kejauhan aku lihat siluet kucing bersepatu boot bawa gitar
[22:18]  wahh aku ngelihat anak kecil mancing dan duduk di bulan sabit
[22:20]   mungkin si anak kecil itu mau cariin ikan buat si kucing, soalnya si kucing sudah baik mau
               menghibur hati dia, sewaktu gak ada siapa pun yang bisa menolongnya menemukan 
               benang perak pemberian peri di kuntum bunga lili.
[22:21]  tapi si anak itu panggil-panggil terus si kucing....pusss...pusss... ini ikannya sudah   
               ada..kamu di mana
[22:21]   mereka gak bisa ketemu
[22.22]    karena purnama merah jambu gak pernah bisa ketemu bulan sabit berlangit biru..dan dia
                merasa biru..
[22:24]   siapa cowok yang bikin hati lo bimbang kali ini,nona jagoan yang tak mudah bersedih
[22:24]    butuh tau banget, kenapa emang
[22:24]   just asking.
[22:25]    wahhh perhatian banget sampai tanya-tanya segala, kenapa emang
[22:25]   gak papa semoga kamu betul-betul bahagia
[22:25]    ahhh baiknya kamu..dasar gombal
[22:27]    kamu sendiri gimana
[22:27]   apanya
[22:27]    apa harus diterangin lagi
[22:27]    ahahhahaaa
[22:30]    yang perlu kau lakukan untuk mencium seseorang 
              hanyalah mencondongkan badan – breakfast at tiffany.
[22:34]    Holly bilang : kurasa tidak akan ada yang
                merindukanku, aku tak punya teman. 
                Padahal sesungguhnya ada yang merindukan dia,
                betul-betul merindukan dia.
[22:36]    A conversation is a dialogue, not a monologue. 
               That's why there are so few good  conversations 
               : due to scarcity, two intelligent talkers seldom meet. Truman Capote.
[22:38]    mungkin gak ya kamu bilang ke aku : do you wanna sleep with me..
[22.38]    apa jadinya kita yaa..
[22:40]   kita jadi apa yaa..